Powered By Blogger

Friday 10 May 2013

PEMALSUAN FOSIL PENIPUAN PADA GAMBAR


PEMALSUAN FOSIL PENIPUAN PADA GAMBAR

Catatan fosil merupakan sumber utama bagi pencari bukti teori evolusi. Ketiak ditelaah secara teliti dan tanpa praduga, catatan fosil lebih menyanggah teori evolusi daripada mendukungnya. Namun begitu, interpetasi yang menyesatkan tentang fosil oleh para evolusionis dan presentasi mereka yang penuh prasangka kepada publik telah memberi kesan pada banyak orang bahwa catatan fosil mendukung teori evolusi.

Kerentanan beberapa temuan dalam catatan fosil terhadap semua jenis interpretasi ternyata sangat baik melayani keinginan para evolusionis. Fosil-fosil yang digali kebanyakannya tidak memuaskan bagi identifikasi yang dapat diandalkan. Mereka kebanyakan merupakan fragmen-fragmen tulang yang tidak lengkap dan terpencar-pencar. Kare-na ini, sangat mudah mendistorsi data yang tersedia dan menggunakan-nya sebagaimana diinginkan. Tidak mengejutkan, rekonstruksi (gambar dan model) yang dibuat oleh evolusionis dengan berdassarkan pada sisa-sisa fosil semacam itu disiapkan secara sepenuhnya spekulatif untuk men-dukung tesis evolusioner. Karena publik telah dipengaruhi sebelumnya dengan informasi-informasi visual, model-model konstruksi imajinier ini digunakan utnuk meyakinkan mereka bahwa makhluk-makhluk yang direkonstruksi benar-benar ada di masa silam.

Periset-periset evolusionis menggambarkan makhluk-makhluk ima-jiner yang menyerupai manusia, biasanya dari hanya sepotong gigi, frag-men rahang, atau tulang lengan atas, dan menampilkan mereka kepada publik secara sensasional seolah mereka terhubung dalam evolusi manusia. Gambar-gambar ini telah memainkan peranan penting dalam pengukuhan gambaran tentang “manusia primitif” dalam benak banyak orang.

Kajian-kajian yang didasarkan pada sisa-sisa tulang ini hanya dapat menampilkan karakteristik sangat umum dari 0bjek tersebut. Detail yang khusus terdapat pada jaringan lunak yang dengan cepat musnah bersama waktu. Dengan jaringan lunak yang diinterpretasikan secara spekulatif, segala sesuatu menjadi mungkin dalam batasan imajinasi pembuat rekon-struksi. Earnst A. Hooten dari Universitas Harvard menjelaskan situasi-nya seperti ini:

Usaha untuk menyusun kembali bagian-bagian lunak adalah pekerjaan yang lebih berisiko lagi. Bibir, mata, telinga dan ujung hidung tidak meninggalkan tanda apa pun pada tulang di bawahnya yang bisa menjadi petunjuk. Dengan kemudahan yang sama, dari sebuah tengkorak Neandertaloid, Anda dapat merekonstruksi muka simpanse atau roman aristokrat seorang filsuf. Nilai ilmiah restorasi hipotetis tipe-tipe manusia purba ini sedikit sekali, itu pun kalau ada, dan ini cenderung hanya menyesatkan masyarakat.... Jadi, janganlah Anda mempercayai rekonstruksi.

No comments:

Post a Comment