KEGANDRUNGAN FASIS TERHADAP KEKERASAN
Dalam sebuah laporan berjudul "Orang Inggris di Afrika Kekurangan Dorongan Pembunuh" yang diterbitkan The New York Times pada 24 Juni 1942, James Aldridge
menggambarkan pandangan Nazi tentang perang dan pembunuhan dalam kalimat-kalimat
berikut:
Para komandan pasukan Jerman adalah ilmuwan-ilmuwan yang terus menerus
bereksperimen dan meningkatkan formula pembunuhan yang matematis dan keras.
Mereka dilatih bagaikan para ahli matematika, insinyur dan ahli kimia yang
berhadapan dengan berbagai masalah rumit. Tidak ada nilai seni di dalamnya, tidak
juga imajinasi. Bagi mereka, perang adalah ilmu alam semata. Tentara Jerman dilatih
dengan psikologi pencari jejak berani mati. Ia adalah pembunuh profesional tanpa
rasa ragu. Ia percaya bahwa ia adalah yang manusia terkuat di muka bumi.
Model "pembunuh profesional" yang di gunakan ol eh Nazi ini adalah ciri umum
fasisme. Kaum fasis memandang penggunaan kekuatan dan kekerasan sebagai tujuan
itu sendiri. Pengaruh Darwinisme memainkan peranan penting di sini. Takhyul
Darwinis bahwa manusia hanyalah pengembangan dari hewan, dan bahwa hanya
yang kuat yang mampu bertahan hidup, sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika.
Cinta dan kasih sayang digantikan oleh rasa agresi, membalas dendam dan merebut,
perasaan yang diperlihatkan kepada manusia sebagai kebutuhan ilmiah.
Kaum fasis menganggap konflik sebagai hukum alam, dan percaya bahwa
perdamaian, keamanan dan ketenangan merintangi kemajuan umat manusia. Kata-kata
Mussolini saat membuka Sekolah Propaganda dan Budaya Fasis di Milan tahun
1921, merupakan sebuah indikasi tentang ini; ia menyebut aksi sebagai kekuatan
yang akan membawa fasisme menuju kemenangan.
Berbagai aksi kekerasan, penghancuran, penyerangan, dan peperangan itulah
yang menjaga semangat juang kaum fasis tetap tinggi. Semua ini benar-benar
bertolak belakang dari perdamaian, persaudaraan, dan ketenangan.
Kebodohan kaum fasis juga memegang peran sangat penting dalam
kecenderungan mereka akan kekerasan. Karena itulah Hitler membutuhkan tentara
tempur, bukan para intelektual, dalam rezim rasisnya.
Berbagai aksi kekerasan Nazi dibawa ke tujuan itu melalui organisasi -organisasi
yang dibentuk khusus. Yang paling pertama adalah SA (Sturmabteilung, atau Pasukan
Badai) yang dibentuk tahun 1920, dan mencapai kualitas paramiliter pada tahun 1921.
Banyak sekali penjahat jalanan yang tergabung dalam barisan SA. K elompok ini juga
dikenal sebagai pasukan "Kemeja Coklat", dan di pimpin oleh Ernst Röhm, yang
terkenal dengan pembawaan psikopatiknya (dan kecenderungan homoseksualnya).
SA melakukan tindakan terorisme yang tak terhitung jumlahnya selama tahun 1920-
an untuk memperkuat Partai Nazi. Unit-unit SA melakukan berbagai serangan
mendadak terhadap para penentang Nazi, menumpahkan darah dalam perkelahian
jalanan, dan menyiksa para penentang yang mereka jadikan "tawanan perang". Hitler
sangat membanggakan kekejaman SA. Dalam buku Mein Kampf, ia melukiskan sebuah
penyerangan yang "sukses" terhadap penentang Nazi:
Ketika aku memasuki ruang depan Hofbräuhaus (aula bir) pada pukul delapan
seperempat, tidak ada keraguan lagi atas tujuan yang ada. Ruangan itu begitu padat
dan karenanya telah ditutup ol eh polisi… Sekelompok kecil SA menantiku di ruang
depan. Aku memerintahkan pintu-pintu menuju ruang besar ditutup dan menyuruh
45 atau 46 orang untuk berbaris… pasukan badaiku begitulah mereka disebut sejak
saat itu menyerang. Bagaikan serigala, mereka menyerbu musuh dalam kelompok
delapan atau sepuluh orang berkali-kali, dan sedikit demi sedikit mulai melempar
mereka keluar dari ruangan. Setelah lima menit saja, aku hampir tak melihat satu
orang pun yang tubuhnya tak tertutupi darah.
SA mulai kehilangan pamor saat Nazi berkuasa, dan SS (Schutzstaffel, atau
Detasemen Pengawal) yang lebih profesional, dengan disiplin militernya, mulai naik
daun. Kesatuan ini memakai seragam hitam. Para pemuda diseleksi berdasarkan "
kriteria ras" untuk menj adi anggota SS. Mereka harus memiliki ciri -ciri ras Aria.
Waffen-SS adalah sayap militer dari SS. Totenkopf, atau Kepala Maut, divisi dalam
Waffen-SS sangat terkenal dengan kekejamannya, dan ditarik untuk mengelola kamp-kamp
konsentrasi.
Kamp-kamp serupa juga dibangun oleh Mussolini, dan 18.000 dari 35.000 orang
yang dijebloskan ke dalam "kamp-kamp pembasmian" ini mati di bunuh. Masih
banyak lagi kematian dan pembunuhan lainnya, serta pembunuhan yang tak
terbongkar selama periode fasis di Italia. Mussolini mengakui kekejaman fasisme ini
dalam salah satu pidatonya: "Fasisme bukan lagi pembebasan, melainkan tirani,
bukan lagi pengawal bangsa, melainkan bagi kepentingan-kepenti ngan pribadi."
Contoh-contoh kekejaman seperti itu juga dapat ditemui saat Franco berkuasa
di Spanyol. Bahkan saat perang saudara baru berawal, cara-cara bengis yang
digunakan Franco telah menarik perhatian. Misalnya, di sebuah desa gunung di utara
Madrid, 18 orang ditangkap karena memberikan suara kepada Front Populer. Setelah
ditanyai, 13 orang diantaranya dibawa keluar desa dengan sebuah lori dan dibunuh di
pinggir jalan. Saat kaum fasis memasuki kota kecil di Loro del Rio yang berpopulasi
11.000 jiwa dekat Seville, mereka membunuh lebih dari 300 orang. Penindasan
utamanya berbentuk kekerasan di kota-kota. Begitu meluasnya sehingga jumlah
orang yang dibunuh bahkan tidak diketahui pasti hingga saat ini.48 Franco telah
memerintahkan pembunuhan ribuan rakyatnya sendiri, bahkan termasuk orang-orang
tua, wanita dan anak-anak. Ucapan seorang anggota perlawanan anti -Franco pada
bulan Juni 1936 menggambarkan situasi ini:
Ribuan orang disiksa, wanita-wanita yang menolak menyerahkan orang-orang
kecintaan mereka digantung terbalik, anak-anak ditembak, dan para ibu yang
menyaksikan penyiksaan anak-anak mereka menj adi gila…
Franco menyeret Spanyol kepada perang saudara yang mengerikan. Saudara
memerangi saudara, ayah memerangi anak. Rata-rata 500 orang mati setiap harinya.
Aksi-aksi kekejaman, pembantaian, penyiksaan massal, dan pembunuhan
berlangsung tanpa akhir. Perang Saudara Spanyol telah menyebabkan 600.000 orang
mati dalam kebangkitannya.
Hitler dan Mussolini menggunakan Spanyol sebagai sebuah laboratorium,
ladang percobaan bagi pasukan dan senjata baru. Contoh paling mengerikan
adalah sebuah desa yang dihadiahkan Franco pada Hitler sebagai balas jasa atas
bantuannya. Pada 5 Mei 1937 pagi hari, penduduk desa di Guernica ditumpas habis
oleh pesawat-pesawat terbang pembom besar buatan teknologi Nazi. Franco
menjadikan desa kecil itu sebagai lahan uji coba pesawat-pesawat Nazi.
No comments:
Post a Comment