RASISME DAN DARWINISME
Dalam
bab-bab terdahulu pada buku ini, kita melihat bahwa rasisme adalah bagian dari budaya pagan, dan bahwa
meskipun rasisme sempat musnah seiring dengan
munculnya agama-agama ketuhanan, paham ini kembali ke Eropa pada abad ke-18 dan 19. Penyebab terbesar di balik
ini adalah akibat paham “Darwinisme” menggantikan
kepercayaan Kristiani bahwa “Tuhan
menci ptakan manusia sama derajat”. Dengan mengemukakan bahwa manusia
telah berevolusi dari makhluk-makhluk yang lebih primitif, dan bahwa beberapa
ras telah berevolusi lebih jauh dibanding
ras lainnya, Darwinisme telah memberikan kedok ilmiah bagi rasisme.
Pendeknya,
Darwin adalah bapak bagi rasisme modern. Teorinya telah diambil dan diulas ol eh para penggagas ―resmi‖ teori ras modern seperti
Arthur Gobineau dan
Houston Stewart Chamberlain, dan ideologi rasis yang muncul ini kemudian dipraktikkan oleh Nazi dan kaum fasis
lainnya. James Joll, yang bertahun-tahun menjadi
profesor sejarah di berbagai universitas seperti Oxford, Stanford dan Harvard, menjelaskan hubungan antara
Darwinisme dan rasisme dalam bukunya Europe
Since 1870, yang masih diajarkan sebagai buku teks di
universitas:
Charles
Darwin, seorang penyelidik alam dari Inggris yang bukunya On the Origin of Species,
terbit tahun 1859, dan The Descent of Man yang kemudian menyusul tahun 1871, mengobarkan kontroversi yang
mempengaruhi banyak cabang dari pemikiran
Eropa… Gagasan-gagasan Darwin dan orang-orang sejamannya seperti filsuf Inggris Herbert Spencer, … serta
merta di pergunakan untuk persoalan-persoalan yang
jauh dari sains … Unsur Darwinisme yang tampak paling dapat diterapkan dalam pembangunan masyarakat adalah keyakinan
bahwa jumlah populasi yang melebihi sarana
pendukung mengharuskan perjuangan terus menerus untuk bertahan hidup, di mana yang terkuat atau yang “terbaik” yang akan menang. Dari sini, mudah bagi sebagian pemikir sosial untuk memberi
kandungan moral pada ungkapan yang terbaik,
sehingga spesies atau ras yang mampu bertahan adalah mereka yang pantas secara moral.
Oleh
karena itu, doktrin seleksi alam dengan sangat mudah dapat dihubungkan dengan rangkaian pemikiran lain yang
dikembangkan oleh penulis Prancis, Count Joseph-Arthur
Gobineau, yang menerbitkan Esai tentang Ketidaksetaraan Ras Manusia pada tahun 1853. Gobineau menekankan
bahwa faktor terpenting dalam pembangunan
adalah ras; dan bahwa ras-ras yang tetap unggul adalah yang menjaga kemurnian rasnya tetap utuh. Dari
ras-ras ini, menurut Gobineau, ras Aria lah yang paling
mampu bertahan… Adalah… Houston Stewart Chamberlain yang telah berjasa membawa gagasan ini satu tingkat lebih
tinggi… Hitler sendiri cukup mengagumi sang
penulis ini [Chamberlain] hingga ia mengunjunginya menjelang kematiannnya pada tahun 1927.
Bab-bab
terdahulu dalam buku ini menjelaskan bagaimana ahli biologi evolusionis Jerman Ernst Haeckel
merupakan salah satu bapak spiritual Nazisme yang terpenting.
Haeckel membawa teori Darwin ke Jerman, dan merumuskannya menjadi sebuah program yang siap digunakan oleh
Nazi. Dari para rasis seperti Arthur Gobineau
dan Houston Stewart Chamberlain, Hitler mengadopsi sebuah rasisme yang berorientasi politis, dan dari Haeckel
sebuah pendekatan biologis. Pengkajian mendalam
akan mengungkap bahwa para rasis ini memperoleh inspirasinya dari Darwinisme.
Tentu
saja, pengaruh Darwinisme yang dalam dapat ditemukan dalam semua ideologi Nazi. Ketika kita mengkaji
teori Nazi, yang dibentuk oleh Hitler dan Alfred Rosenberg,
kita melihat di dalamnya konsep-konsep seperti “seleksi alam”, “perkawinan sel ektif”,
dan “perjuangan
untuk bertahan hidup di antara ras-ras”, semua yang diulang-ulang ribuan kali
dalam buku Darwin The Origin of Species. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, judul
buku karya Hitler Mein Kampf terinspirasi oleh
prinsip-prinsip Darwin bahwa kehidupan merupakan perjuangan terus-menerus untuk bertahan hidup, dan mereka yang
tampil sebagai pemenang akan bertahan hidup.
Dalam buku tersebut, Hitler berbicara tentang perjuangan di antara ras-ras, dan berpendapat bahwa “Sejarah akan mencapai puncaknya dengan
munculnya sebuah kerajaan
milenial baru dengan kemegahan yang tiada taranya, berdasarkan pada sebuah hirarki rasial baru yang
telah ditetapkan ol eh alam itu sendiri.”
Dalam
rapat umum partai di Nuremberg tahun 1933, ia menyatakan bahwa “ras yang
lebih tinggi memperbudak ras yang lebi h rendah bagi dirinya… . suatu hak yang kita lihat di alam dan dapat dianggap
sebagai satu-satunya hak yang mungkin.”
Bahwa
Nazisme dipengaruhi oleh Darwinisme diterima secara luas oleh hampir semua sejarawan yang ahli mengenai
periode ini. Peter Chrisp mengungkapkannya dalam
The Rise of Fascism sebagai berikut:
Ketika
pertama kali dipublikasikan, teori Charles Darwin bahwa manusia telah berevolusi dari kera ditertawakan orang.
Namun, kemudian teori ini diterima secara luas.
Kaum Nazi menyimpangkan teori-teori Darwin, menggunakannya untuk membenarkan peperangan dan rasisme.
Sejarawan
R. Hickman mengungkapkan pengaruh Darwinisme terhadap Hitler sebagai berikut:
(Hitler)
adalah seorang pengikut dan penyebar evolusi yang setia. Betapapun dalam, berat, dan kompleks penyakit
jiwanya, bisa dipastikan bahwa (konsep perjuangan
adalah penting karena)… bukunya, Mein Kampf, dengan jelas mengajukan sejumlah gagasan evolusioner, terutama
yang menekankan tentang perjuangan, yang terkuat
bertahan hidup, dan pemusnahan kaum lemah untuk menghasilkan masyarakat yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment