Tuesday 2 April 2013

HOMO ERECTUS DAN SETELAHNYA: MANUSIA


HOMO ERECTUS DAN SETELAHNYA: MANUSIA

Menurut skema rekaan evolusionis, evolusi internal spesies Homo adalah sebagai berikut: pertama Homo 
erectus, kemudian Homo sapiens purba dan Manusia Neandertal, lalu Manusia Cro-Magnon dan terakhir 
manusia modern. Akan tetapi, semua klasifikasi ini ternyata hanya ras-ras asli manusia. Perbedaan di 
antara mereka tidak lebih dari perbedaan antara orang Inuit (eskimo) dengan negro atau antara pigmi 
dengan orang Eropa.




Mari kita terlebih dulu mengkaji Homo erectus, yang dikatakan sebagai spesies manusia paling primitif. Kata 
"erect" berarti "tegak", maka "Homo erectus" berarti "manusia yang berjalan tegak". Evolusionis harus 
memisahkan manusia-manusia ini dari yang sebelumnya dengan menambahkan ciri "tegak", sebab semua 
fosil Homo erectus bertubuh tegak, tidak seperti spesimen Australopithecus atau Homo habilis. Jadi, tidak terdapat perbedaan antara kerangka manusia modern dan Homo erectus.

Alasan utama evolusionis mendefinisikan Homo erectus sebagai "primitif" adalah ukuran tengkoraknya (900-1100 cc) yang lebih kecil dari rata-rata manusia modern, dan tonjolan alisnya yang tebal. Namun, banyak manusia yang hidup di dunia sekarang memiliki volume tengkorak sama dengan Homo erectus (misalnya suku Pigmi) dan ada beberapa ras yang memiliki alis menonjol (seperti suku Aborigin Australia).

Sudah menjadi fakta yang disepakati bersama bahwa perbedaan ukuran tengkorak tidak selalu menunjukkan perbedaan kecerdasan atau kemampuan. Kecerdasan bergantung pada organisasi internal otak, dan bukan pada volumenya.

Fosil yang telah menjadikan Homo erectus terkenal di dunia adalah fosil Manusia Peking dan Manusia Jawa yang ditemukan di Asia. Akan tetapi, akhirnya diketahui bahwa dua fosil ini tidak bisa diandalkan. Manusia Peking terdiri dari beberapa bagian yang terbuat dari plester untuk menggantikan bagian asli yang hilang. Sedangkan Manusia Jawa "tersusun" dari fragmen-fragmen tengkorak, ditambah dengan tulang panggul yang ditemukan beberapa meter darinya, tanpa indikasi bahwa tulang-tulang tersebut berasal dari satu makhluk hidup yang sama. Itu sebabnya fosil Homo erectus yang ditemukan di Afrika menjadi lebih penting. (Perlu diketahui pula bahwa sejumlah fosil yang dikatakan sebagai Homo erectus, oleh sebagian evolusionis dimasukkan ke dalam kelompok kedua yang diberi nama "Homo ergaster". Ada perbedaan pendapat di antara mereka tentang masalah ini. Kita akan menganggap semua fosil ini termasuk kelompok Homo erectus).

Spesimen Homo erectus paling terkenal dari Afrika adalah fosil "Narikotome homo erectus" atau "Anak Lelaki Turkana", yang ditemukan dekat danau Turkana, Kenya. Dipastikan bahwa fosil tersebut milik seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang mungkin akan mencapai tinggi dewasa 1,83 meter. Struktur kerangka yang tegak dari fosil tidak berbeda dengan manusia modern. Mengenai ini, seorang ahli paleoantropologi Amerika, Alan Walker, meragukan kemampuan ahli patologi kebanyakan untuk membedakan kerangka fosil tersebut dengan kerangka manusia modern."12 Tentang tengkorak tersebut, Walker berkata bahwa "tengkorak itu tampak sangat mirip dengan Neandertal".13 Seperti yang akan kita temukan pada bab berikutnya, Neandertal adalah ras manusia modern. Jadi, Homo erectus adalah ras manusia modern juga.


Bahkan evolusionis Richard Leakey menyatakan bahwa perbedaan antara Homo erectus dan manusia 
modern tidak lebih dari variasi ras:


Perbedaan bentuk tengkorak, tingkat tonjolan wajah, kekokohan dahi dan sebagainya akan terlihat. 
Perbedaan-perbedaan ini mungkin seperti yang kita saksikan saat ini pada ras-ras manusia modern 
yang terpisah secara geografis. Variasi biologis semacam ini muncul ketika populasi-populasi saling 
terpisah secara geografis untuk kurun waktu yang lama.




Prof. William Laughlin dari Universitas Connecticut melakukan pengujian anatomi menyeluruh terhadap 
orang-orang Inuit dan orang-orang yang hidup di kepulauan Aleut. Ia mendapati mereka sangat mirip 
dengan Homo erectus. Laughlin berkesimpulan bahwa semua ras ini ternyata ras-ras yang bervariasi dari 
Homo sapiens (manusia modern).


Jika kita mempertimbangkan perbedaan besar antara kelompok-kelompok yang berjauhan seperti Eskimo 
dan Bushman, yang diketahui berasal dari satu spesies Homo sapiens, maka dapat disimpulkan bahwa 
Sinanthropus [spesimen erectus-ALC] termasuk dalam spesies yang sama.




Di lain pihak, terdapat jurang pemisah yang lebar antara Homo erectus, suatu ras manusia, dan kera yang 
mendahului Homo erectus dalam skenario "evolusi manusia" (Australopithecus, Homo habilis, Homo 
rudolfensis). Ini berarti bahwa manusia pertama muncul secara tiba-tiba dalam catatan fosil dan tanpa 
sejarah evolusi apa pun. Hal ini sudah cukup jelas mengindikasikan bahwa mereka diciptakan. 





Akan tetapi, pengakuan atas fakta ini akan sangat bertentangan dengan filsafat dogmatis dan ideologi 
evolusionis. Karenanya, mereka mencoba menggambarkan Homo erectus, ras manusia sesungguhnya, 
sebagai makhluk separo kera. Pada rekonstruksi Homo erectus, evolusionis berkeras menggambarkan ciri-ciri 
kera. Sebaliknya, dengan metode penggambaran yang sama, mereka memanusiakan kera seperti 
Australopithecus atau Homo habilis. Dengan cara ini, mereka berupaya "mendekatkan" kera dan manusia, 
dan menutup celah antara dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini.

No comments:

Post a Comment