Wednesday, 10 April 2013

HUMANISME MASONIK: PENYEMBAHAN MANUSIA


HUMANISME MASONIK: PENYEMBAHAN MANUSIA

Berbagai terbitan internal Mason secara rinci menjelaskan filosofi humanis organisasi ini dan 
permusuhan mereka terhadap monoteisme. Tak terhitung banyaknya penjelasan, penafsiran, kutipan, 
dan alegori yang diajukan tentang topik ini di dalam terbitan Masonik.

Sebagaimana diungkapkan di awal, humanisme telah memalingkan wajahnya dari Pencipta umat 
manusia dan menerima manusia sebagai “bentuk tertinggi dari keberadaan di alam semesta”. Nyatanya, 
ini bermakna penyembahan terhadap manusia. Keyakinan tidak rasionil ini, yang diawali dengan kaum 
humanis pengikut Kabbalah di abad keempat belas dan kelima belas, berlanjut hari ini dengan Masonry 
modern.

Salah satu humanis paling terkenal dari abad keempat belas adalah Pico Della Mirandola. 
Karyanya yang berjudul Conclusiones philosophicae, cablisticae, et theologicae dihujat oleh Paus 
Innocent VIII pada tahun 1489 sebagai mengandung pemikiran-pemikiran bidah. Mirandola menulis 
bahwa tidak ada yang lebih tinggi di dunia selain kegemilangan manusia. Gereja memandang ini sebagai 
gagasan bidah dan tidak pelak lagi adalah penyembahan terhadap manusia. Memang, ini merupakan 
gagasan bidah karena tidak ada sesuatu pun yang patut dimuliakan selain Allah. Manusia hanyalah 
ciptaan-Nya.

Dewasa ini, kaum Mason memroklamirkan pemikiran bidah Mirandola tentang penyembahan 
manusia secara jauh lebih terbuka. Misalnya, pada sebuah buku kecil Masonik dikatakan:

Masyarakat-masyarakat primitif dahulu lemah, dan karena kelemahan ini, mereka 
menuhankan kekuatan dan fenomena di sekitar mereka. Namun Masonry menuhankan manusia 
saja.

Di dalam The Lost Key of Freemasonry, Manly P. Hall menjelaskan bahwa doktrin humanis 
Masonik ini berakar dari Mesir Kuno:

Manusia adalah tuhan dalam proses penciptaan, dan sebagaimana di dalam mitos-mitos 
mistik Mesir, di atas jentera pembuat tembikar, dia dibentuk. Ketika cahayanya bersinar untuk 
mengangkat dan melindungi segala sesuatu, dia menerima mahkota rangkap tiga ketuhanan, dan 
bergabung dengan rombongan Pemimpin Mason, yang dengan jubah Biru dan Emas mereka, berupaya 
untuk menghalau kegelapan malam dengan cahaya rangkap tiga dari Loge Masonik.

Artinya, menurut kepercayaan palsu Masonry, manusia adalah tuhan, namun hanya pemimpin 
agung yang mencapai kesempurnaan ketuhanan. Agar menjadi seorang pemimpin agung adalah dengan 
menolak sepenuhnya keimanan pada Tuhan dan fakta bahwa manusia adalah abdi-Nya. Fakta ini secara ringkas disebutkan oleh penulis lain, J.D. Buck, dalam bukunya Mystic Masonry:

Satu-satunya diri Tuhan yang diterima Freemasonry adalah kemanusiaan sempurna…. Karenanya kemanusiaan adalah satu-satunya tuhan.

Jelaslah bahwa Masonry adalah suatu bentuk agama. Namun, agama di sini tidaklah Monoteistik;
melainkan suatu agama humanis, dan karenanya merupakan agama yang keliru. Ia mencakup penyembahan atas manusia, bukan Tuhan. Tulisan-tulisan Masonik menekankan poin ini. Pada sebuah artikel di majalah Turk Mason (Mason Turki), disebutkan, “Kita selalu menyatakan bahwa cita-cita tinggi Masonry terletak pada doktrin 'Humanisme'.”

Terbitan Turki lainnya menerangkan bahwa humanisme adalah sebuah agama:

Sama sekali bukan upacara kering dari dogma-dogma keagamaan, melainkan sebuah agama yang murni. Dan humanisme kita, ke mana arti hidup mengakar, akan memenuhi kerinduan yang tidak disadari kaum muda.

Bagaimana kaum Mason melayani agama palsu yang mereka percayai ini? Untuk memahaminya, kita harus mengamati sedikit lebih dekat pada pesan-pesan yang mereka sebarkan kepada masyarakat.

No comments:

Post a Comment