Tuesday 2 April 2013

PENAFSIRAN MENYESATKAN TENTANG FOSIL


PENAFSIRAN MENYESATKAN TENTANG FOSIL

Sebelum melangkah ke bagian terperinci dari mitos evolusi manusia, perlu disebutkan metode propaganda 
yang telah meyakinkan masyarakat umum tentang gagasan bahwa di masa lampau pernah hidup makhluk 
separo manusia - separo kera. Metode propaganda ini menggunakan "rekonstruksi" yang dibuat 
berdasarkan fosil-fosil. Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau model makhluk hidup 
berdasarkan sepotong tulang - kadangkala hanya berupa fragmen - yang berhasil digali. "Manusia kera" 
yang kita lihat dalam surat kabar, majalah, atau film semuanya adalah hasil rekonstruksi.




Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap. Karenanya, rekaan apa pun yang didasarkan padanya 
cenderung sangat spekulatif. Kenyataannya, rekonstruksi (gambar atau model) yang dibuat evolusionis 
berdasarkan peninggalan-peninggalan fosil itu telah dipersiapkan secara spekulatif namun cermat untuk 
mendukung pernyataan evolusi. Seorang ahli antropologi dari Harvard, David R. Pilbeam, menegaskan 
fakta ini ketika mengatakan, "Setidaknya dalam paleoantropologi, data masih sangat jarang sehingga teori 
sangat mempengaruhi penafsiran. Teori-teori, di masa lampau, dengan jelas mencerminkan ideologi-ideologi 
kita bukannya mewakili data sesungguhnya".1 Karena masyarakat sangat terpengaruh oleh 
informasi visual, rekonstruksi-rekonstruksi ini adalah cara terbaik untuk membantu kaum evolusionis 
mencapai tujuannya, yaitu meyakinkan orang bahwa makhluk-makhluk ini benar-benar ada di masa lalu.





Sampai di sini, kita perlu menggarisbawahi satu hal: rekonstruksi berdasarkan sisa-sisa tulang hanya dapat 
mengungkapkan karakteristik sangat umum dari obyek tersebut, karena penjelasan terperinci 
sesungguhnya terletak pada jaringan lunak yang cepat sekali hancur. Jadi, dengan penafsiran spekulatif 
terhadap jaringan lunak, gambar atau model rekonstruksi menjadi sangat tergantung pada imajinasi 
pembuatnya. Earnst A. Hooten dari Universitas Harvard, menjelaskan situasi ini sebagai berikut:





Usaha untuk menyusun kembali bagian-bagian lunak adalah pekerjaan yang lebih berisiko lagi. Bibir, mata, 
telinga dan ujung hidung tidak meninggalkan tanda apa pun pada tulang di bawahnya yang bisa menjadi 
petunjuk. Dengan kemudahan yang sama, dari sebuah tengkorak Neandertaloid, Anda dapat 
merekonstruksi muka simpanse atau roman aristokrat seorang filsuf. Nilai ilmiah restorasi hipotetis 
tipe-tipe manusia purba ini sedikit sekali, itu pun kalau ada, dan ini cenderung hanya menyesatkan 
masyarakat.... Jadi, janganlah Anda mempercayai rekonstruksi.






Kenyataannya, evolusionis mengarang cerita yang sangat tidak masuk akal sehingga untuk satu tengkorak 
yang sama, mereka bahkan menggambarkan wajah-wajah yang berbeda. Satu contoh terkenal dari 
penipuan semacam ini adalah tiga gambar rekonstruksi berlainan yang dibuat untuk satu fosil bernama 
Australopithecus robustus (Zinjanthropus).





Penafsiran menyimpang terhadap fosil maupun pembuatan banyak rekonstruksi rekaan bisa menjadi 
indikasi betapa sering evolusionis melakukan tipu muslihat. Namun ini tidak seberapa dibandingkan dengan 
semua pemalsuan yang sengaja dilakukan sepanjang sejarah evolusi.






















No comments:

Post a Comment