Tuesday, 16 April 2013

PENOLAKAN AKAN KEBERADAAN RUH DAN AKHIRAT


PENOLAKAN AKAN KEBERADAAN RUH DAN AKHIRAT

Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima keberadaan roh 
manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat. Walau demikian, tulisan-tulisan 
Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau 
ungkapan spiritual sejenisnya. Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena 
semua rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”:

Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini kebangkitan setelah mati secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa kebenaran selalu menang atas kematian dan kegelapan. Masonry tidak menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di dalam Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan meninggalkan karya spiritual dan material sebagai warisan kepada umat manusia. Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang tidak mampu mengabadikan nama di kehidupan manusia yang jelas-jelas singkat ini adalah orang yang gagal. Kita menganggap barang siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang telah mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang sezamannya maupun generasi setelah mereka, untuk memberi kebahagiaan dan memastikan sebuah dunia yang lebih ramah bagi manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan gerak hati yang ramah yang memengaruhi kehidupan manusia.… Manusia yang telah berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat mencapainya dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti pada kehidupannya. Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan tercipta di dunia ini dan manusia akan mencapai kebajikan tertinggi yang dapat diraih”

Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis:

HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai energi dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia — roh dan jasad — bahwa tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak, tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry. Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir dan penjelasan yang berbeda dari agama.

Mengingkari kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern, nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:

Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain 
hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, 
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal? 
Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. 
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-Syu'araa, 26: 124-131)

Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah mendirikan gedung-gedung indah. 
Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu yang penting; dengan membuatnya, mereka 
mencoba memperindah dunia. Perbedaannya terletak pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni 
sejauh itu mengekspresikan keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada manusia. 
Orang-orang yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai sebuah jalan menuju kekekalan.

No comments:

Post a Comment