Wednesday, 17 April 2013

TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN


TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN

Sebagaimana dinyatakan di awal, teori evolusi bersandar pada klaim bahwa makhluk hidup tidak 
diciptakan, tetapi muncul dan berkembang karena kebetulan dan hukum-hukum alam. Untuk menguji 
teori ini secara ilmiah, perlu diperhatikan setiap tahapan dari proses yang direka ini, dan mengkaji dapat 
tidaknya proses semacam itu terjadi di masa lampau dan apakah proses demikian itu mungkin.

Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis di mana materi tak hidup dapat 
memunculkan organisme hidup.

Sebelum mengamati kondisi ini, kita harus mengingat hukum yang telah diakui di dalam biologi 
sejak masa Pasteur: “Kehidupan berasal dari kehidupan”. Artinya, organisme hidup hanya dapat 
dimunculkan dari organisme hidup lainnya. Misalnya, mamalia lahir dari induknya. Spesies-spesies 
hewan lainnya menetas dari telur yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari biji. Organisme 
bersel tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang biak.

Tidak pernah sekali pun terjadi sebaliknya. Sepanjang sejarah dunia, tidak seorang pun pernah 
menyaksikan materi tak hidup melahirkan makhluk hidup. Tentu saja, ada sebagian dari mereka yang 
hidup di Mesir dan Yunani Kuno, serta pada Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil 
seperti itu: orang Mesir percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil, kepercayaan yang juga 
didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles. Di Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus 
lahir dari gandum di lumbung. Namun, semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari kebodohan, dan 
akhirnya, dalam percobaannya yang terkenal di tahun 1860, Pasteur membuktikan bahwa bahkan 
bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar, tidak muncul tanpa pendahulu, artinya, mustahil benda tak 
bernyawa menghasilkan kehidupan.

Namun, teori evolusi tergantung pada kemustahilan ini karena klaimnya bahwa makhluk-makhluk 
hidup lahir dan berkembang tanpa keterlibatan sebentuk pencipta, dan ini mensyaratkan bahwa pada 
tahap-tahap awal skenario rekaan ini, makhluk hidup muncul dari kebetulan.

Darwin berusaha menjelaskan asal usul kehidupan, yang hanya sedikit diketahuinya, dalam 
sebuah kalimat pendek, di mana ia menyatakan bahwa kehidupan pertama kali mestilah berupa 
“semacam kolam kecil yang hangat”, 111 namun para evolusionis setelahnya merasa khawatir untuk 
memperdalam masalah ini. Walau demikian, berbagai upaya yang dilakukan sepanjang abad kedua 
puluh untuk memberikan penjelasan evolusionis tentang asal usul kehidupan hanya kian memperdalam 
kebuntuan yang menjebak para evolusionis. Selain tidak mampu memberikan bukti ilmiah sedikit pun 
bahwa kehidupan dapat bermula dari materi tak hidup, para evolusionis juga tidak mampu memberikan 
satu pun penjelasan teoretis. Ini karena struktur organisme hidup bersel tunggal yang paling dasar pun 
teramat kompleks. Secara matematis bahkan mustahil bahwa unsur pokok sel protein, DNA atau RNA 
dapat muncul secara kebetulan, apalagi sel itu sendiri.

Fakta tentang mustahilnya kehidupan muncul melalui peristiwa kebetulan sendiri membuktikan 
adanya rancangan, dan ini pada gilirannya membuktikan fakta penciptaan. Tentang masalah ini, ahli 
astronomi dan matematika terkenal dari Inggris, Fred Hoyle, berkomentar:

Tentu saja, teori semacam itu (bahwa kehidupan disusun oleh sebentuk kecerdasan) begitu 
jelas sehingga siapa pun akan bertanya-tanya mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan 
sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah.

“Alasan psikologis” yang disebutkan Hoyle ini adalah watak para evolusionis, di mana mereka 
berkeras menolak sejak awal, setiap hasil yang akan membuat mereka menerima keberadaan Tuhan dan 
mengondisikan diri mereka dengan ini.

Pada buku lain yang berfokus pada ketidaksahihan teori evolusi, kami mengutip banyak 
pengakuan para evolusionis tentang fakta ini dan mengkaji hipotesis tidak masuk akal yang diajukan 
para evolusionis secara membuta semata untuk menolak keberadaan Tuhan. Namun pada titik ini, kita 
akan memfokuskan perhatian kepada loge Masonik untuk memahami pandangan mereka akan hal ini. 
Walau demikian jelas bahwa “kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang cerdas”, bagaimana pendapat 
para Mason?

Imam Mason, Selami Isindag, dalam bukunya yang ditujukan untuk kalangan Mason berjudul 
Evrim Yolu (Jalan Evolusi) menjelaskan sebagai berikut:

Karakteristik terpenting dari ajaran moralitas kita adalah tidak memisahkan diri dari prinsip-prinsip 
logika dan tidak memasuki teisme (ketuhanan), makna-makna rahasia, atau dogma yang tidak 
diketahui. Dengan landasan ini kita menegaskan bahwa penampakan kehidupan pertama bermula di 
dalam kristal-kristal pada kondisi-kondisi yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini. Makhluk 
hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi dan perlahan-lahan menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil 
dari evolusi, manusia sekarang ini muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran 
maupun kecerdasan.

Penting kita perhatikan hubungan sebab akibat yang diajukan dalam kutipan di atas: Isindag 
menekankan bahwa karakteristik Masonry yang terpenting adalah menolak teisme, yakni kepercayaan 
akan Tuhan. Dan segera setelahnya, dia mengklaim “berlandaskan ini” bahwa kehidupan muncul secara 
spontan dari materi tak hidup, dan kemudian mengalami evolusi yang menghasilkan kemunculan 
manusia. 

Kita akan amati bahwa Isindag tidak mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung teori 
evolusi. (Fakta tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata tumpul bahwa ini adalah fakta “yang 
tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini”). Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk 
teori evolusi adalah penolakan Masonik akan teisme.

Dengan kata lain, kaum Mason adalah evolusionis karena mereka tidak mengakui keberadaan 
Tuhan. Inilah satu-satunya alasan mereka menjadi evolusionis. 

Di dalam konstitusi “Konsili Agung Turki” yang diselenggarakan oleh Mason Turki tingkat ke- 
33, skenario evolusionis sekali lagi disebutkan, dan penolakan kaum Mason akan penjelasan kreasionis 
terungkap dalam kata-kata berikut ini:

Pada masa yang amat awal dan sesuai dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul. 
Untuk menghasilkan organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat maju dan 
lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah ia berasal dari tiupan nafas Tuhan 
kepada lumpur tak berbentuk? Kita menolak penjelasan dari bentuk penciptaan yang abnormal; 
bentuk penciptaan yang memisahkan manusia. Karena kehidupan dan silsilahnya ada, kita harus 
mengikuti jalur filogenetis dan merasakan, memahami dan mengakui bahwa ada sebuah roda yang 
menjelasan perilaku luar biasa ini, yakni aksi “lompatan”. Kita harus meyakini bahwa terdapat sebuah 
tahapan perkembangan dengan serbuan besar aktivitas yang menyebabkan kehidupan berlanjut pada 
sebuah momen tertentu dari tahapan itu ke tahapan lainnya.

Di sini sangat mungkin kita mengenali fanatisme Masonik. Ketika menyebutkan bahwa mereka 
“menolak bentuk penciptaan yang mengecualikan manusia”, penulis mengulangi dogma dasar 
humanisme, bahwa “manusia adalah makhluk tertinggi yang ada,” dan mengumumkan bahwa kaum 
Mason menolak penjelasan selain itu. Ketika menyebutkan, “bentuk penciptaan yang tidak normal”, 
yang ia maksud adalah turut campur Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup, dengan menolak 
kemungkinan ini secara apriori. (Namun, yang sesungguhnya tidak normal adalah bagaimana kaum 
Mason menerima, tanpa observasi maupun eksperimen, keyakinan tidak masuk akal bahwa materi tidak 
hidup menjadi hidup secara kebetulan dan membentuk kehidupan di muka bumi, termasuk manusia.) 
Akan tampak bahwa dalam penjelasan Masonik tidak ada lontaran berupa bukti ilmiah. Kaum Mason 
tidak berkata, “Ada bukti evolusi dan karenanya kami menolak penciptaan.” Mereka semata dibutakan 
oleh fantisme filosofis.

Publikasi-publikasi Masonik berkeras dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag 
mengklaim bahwa, “Selain alam tidak ada kekuatan lain yang membimbing kita, dan bertanggung 
jawab atas pemikiran dan tindakan kita.” Dia segera melanjutkan, “kehidupan berawal dari satu 
sel dan mencapai tahapannya saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi.”

Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason:

Dari sudut pandang evolusi, manusia tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan 
manusia dan evolusinya tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada binatang.

Penegasan ini menunjukkan dengan jelas mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu 
penting. Tujuan mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak diciptakan dan 
untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis mereka sendiri.

Jadi, dengan alasan inilah kaum Mason, hingga tingkat apa pun, memercayai teori evolusi dan 
berusaha menyebarkannya ke seluruh masyarakat.

Ini menunjukkan bahwa kaum Mason, yang tak henti-hentinya menuduh mereka yang 
memercayai Tuhan sebagai dogmatis, justru bersikap dogmatis.

No comments:

Post a Comment