Wednesday 3 April 2013

USAHA NEKAT LAINNYA: EKSPERIMEN FOX


USAHA NEKAT LAINNYA: EKSPERIMEN FOX

Tertantang oleh dilema di atas, evolusionis mulai membuat skenario yang tidak realistis mengenai "masalah air" yang mutlak meruntuhkan teori mereka. Sydney Fox adalah salah satu ilmuwan terkemuka yang membuat skenario untuk menjawab masalah ini. Menurutnya, asam amino pertama mestilah terbawa ke karang dekat gunung berapi segera setelah terbentuk di dalam laut purba. Air dalam campuran ini pasti telah menguap karena suhu lingkungan mulut kawah meningkat melebihi suhu didih. Selanjutnya, asamasam amino "kering" ini dapat membentuk protein.

Akan tetapi, penjelasan "rumit" ini tidak disetujui banyak orang karena asam amino tidak dapat bertahan pada suhu setinggi itu. Penelitian telah memastikan bahwa asam amino akan segera hancur pada suhu tinggi.

Fox tidak menyerah begitu saja. Ia menggabungkan asam amino murni di laboratorium "dalam kondisi sangat khusus" dengan cara memanaskannya dalam lingkungan kering. Asam amino memang bergabung, tetapi tidak menghasilkan protein. Yang diperolehnya adalah rantai-rantai asam amino sederhana dan tidak teratur yang tersusun secara acak, dan rantai-rantai ini sama sekali tidak menyerupai protein hidup. Bahkan jika Fox menyimpan asam amino ini pada suhu yang stabil, rantai-rantai tidak berguna ini akan terurai.

Eksperimen ini juga tidak absah karena asam amino yang digunakan Fox bukan asam amino produk eksperimen Miller, tetapi asam amino murni dari organisme hidup. Padahal eksperimen ini dimaksudkan sebagai lanjutan dari eksperimen Miller, maka seharusnya menggunakan hasil yang telah didapatkan Miller. Namun, baik Fox maupun peneliti lain tidak menggunakannya.

Eksperimen Fox tidak ditanggapi positif bahkan oleh kalangan evolusionis sendiri, sebab jelas rantai asam amino atau proteinoid yang didapatkannya tidak mungkin terbentuk dalam kondisi alamiah. Selain itu, protein sebagai unit dasar kehidupan, tetap tidak dapat diproduksi. Masalah asal mula protein ini tetap tak terjawab. Sebuah artikel dalam majalah ilmu pengetahuan populer tahun 1970-an, Chemical Engineering News, mengomentari eksperimen Fox sebagai berikut:

Sydney Fox dan peneliti lain berhasil menggabungkan asam amino dalam bentuk "proteinoid" dengan menggunakan teknik pemanasan khusus dalam kondisi yang tidak ada sama sekali pada zaman bumi purba. Hasilnya pun tidak sama dengan protein biasa pada makhluk hidup. Proteinoid hanyalah rangkaian tak beraturan yang tidak berguna. Terungkap bahwa walaupun molekul-molekul seperti ini dapat terbentuk pada masa-masa awal, mereka sudah pasti akan hancur.

Proteinoid yang didapatkan Fox memang sama sekali berbeda dari protein sesungguhnya, dalam struktur maupun fungsi. Perbedaan antara protein dan "proteinoid" sama besarnya dengan perbedaan antara alat berteknologi tinggi dan setumpuk bahan mentah yang belum diproses.

Lagi pula, rantai asam amino tak beraturan ini tidak memiliki kesempatan untuk bertahan dalam atmosfir purba. Efek fisika serta kimia yang desktruktif dan berbahaya karena sinar ultraviolet yang kuat dan kondisi alam yang tidak stabil akan menguraikan proteinoid. Karena prinsip Le Châtelier, tidak mungkin asam amino bergabung membentuk protein di dalam air, tempat yang tidak terjangkau sinar ultraviolet. Dengan pertimbangan ini, akhirnya banyak ilmuwan menarik dukungan mereka terhadap gagasan tentang proteinoid sebagai dasar kehidupan.

No comments:

Post a Comment