Friday, 24 May 2013

FOSIL HIDUP

FOSIL HIDUP

Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru‐paru ini dianggap telah punah semenjak akhir Masa Kretaseus,sekitar 65 juta tahun yang silam.Sampai ketika seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di muka kuala Sungai Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di kota East London, yang ketika itu dipimpin oleh nona Marjorie Courtney‐Latimer.

Seorang iktiologis (ahli ikan)setempat,DrJ.L.B.Smith kemudian mendeskripsi ikantersebut dan menerbitkan artikelnya dijurnal Nature pada tahun 1939.Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kuratormuseumdanlokasipenemuanikanitu.

Coelacanth pertamayangditemukandiAfrikaSelatan,dihadapan nona Courtenay‐Latimer,kurator museum East London.Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m.Di luar kepulauan itu,sampai tahun1990an beberapa individu jugat ertangkap diperairan Mozambique, Madagaskar, dan juga Afrika Selatan.

Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama. Pada tahun 1998, enampuluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarnacoklat,sementara coelacanth Komoro berwarna biru baja.

Ikan raja laut tersebut kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado,Mark Erdmann, yang kemudian bersama dua koleganya,R.L.Caldwell dan Moh.Kasim Moosa dari LIPI,menerbitkan temuannya di Nature, 1998.

Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindiadanpulau‐pulaudiIndonesiabaratsejauhkurang‐lebih10.000km. Belakangan, berdasarkan analisis DNA‐mitokondria dan isolasi populasi, beberapa peneliti Indonesia dan Prancis mengusulkan ikan raja laut sebagai spesiesbaru Latimeria menadoensis.

Dua tahun kemudian ditemukan pula sekelompok coelacanth yang hidup diperairan Kawasan Lindung Laut (Marine Protected Areas) St.Lucia di Afrika Selatan. Orang kemudian menyadari bahwa kemungkinan
masih terdapat populasi‐populasi coelacanth yang lain di dunia, termasuk pula di bagian lain Nusantara, mengingat bahwa ikan ini hidup terisolir di kedalaman laut,terutama di sekitar pulau‐pulau vulkanik.

Hingga saat ini status taksonomi coelacanth yang baru in imasih diperdebatkan. Coelacanth memiliki ciri khas ikan‐ikan purba, ekornya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar,dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu).

Baru‐baru ini, di Bunaken ditemukan seekor coelacanth hidup berenang dengan bebasnya. Ukurannya kira‐kira 2/3 tubuhorangdewasadantubuhnyaberwarnaungugelap. Nama coelacanth berasal dari kata‐kataYunani "coelia” (berongga) dan ”acanthos” (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga.

Berdasarkan catatan sejarah, ikan coelacanth hidup pertama kali ”ditangkap” kalangan ilmiah pada tanggal 23 Desember 1938, ketika Kapten Hendrick Goosen mendapatkannya dari Laut India, tak jauh dari mulut sungai Chalumna. Oleh Marjorie Courtenay‐Latimer seorang kurator museum di East London , Afrika Selatan . Ikan tersebut diserahkannya kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof.J.L.B.Smith.

Untuk menghormati jasa Latimerdan Smith, ikan purba itu kemudian diberi nama LatimeriachalumnaeSmith.
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro, sebelah barat Madagaskar,sebagai habitatnya.Disitulah beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m.

Di luar kepulauan itu,sampaitahun1990‐an beberapaindividujugatertangkapdi perairan Mozambique, Madagaskar ,dan Afrika Selatan.Namun,semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama dengan yang ada di Kepulauan Komoro.

Pada 1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya oleh dunia ilmu pengetahuan. 

No comments:

Post a Comment