Thursday, 30 May 2013

TEORI EVOLUSI PRA DARWIN

TEORI EVOLUSI PRA DARWIN

Sejumlah filsuf klasik yunani meyakini terjadinya evolusi kehidupan secara bertahap. Akan tetapi, para filsuf yang paling mempengaruhi kebudayaan barat, Plato (427-347 SM) dan muridnya aristoteles (384-322 SM), tetap memegang pendapat yang bertentangan dengan konsep evolusi. Plato yakin mengenai adanya dua dunia :

Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang dokter dan ahli botani Swedia, mencari keteraturan di dalam keanekaragaman kehidupan “untuk kemuliaan dan keagungan Tuhan”. Linnaeus adalah pendiri taksonomi, yaitu cabang biologi yang membahas penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang sangat beraneka ragam. Beliau mengembangkan sistem dua bagian atau binomial untuk menamai organisme menurut genus dan spesies yang masih tetap digunakan hingga saat ini. Selain itu, Linnaeus memakai suatu sistem untuk pengelompokan spesies yang saling mirip ke dalam suatu jenjang kategori yng semakin umum. Sebagai contoh, spesies yang mirip dikelompokkan ke dalam genus yang sama, genus yang mirip dikelompokkan dalam famili yang sama, dan demikian selanjutnya. Bagi Linnaeus, pengelompokan spesies yang mirip dalam satu kelompok tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga menurut garis evolusi, tetapi seabad kemudian sistem taksonominya ternyata menjadi titik fokus pendapat Darwin mengenai Evolusi.

Kajian mengenai fosil juga menjadi dasar kerja bagi ide Darwin. Fosil adalah replika atau peninggalan bersejarah organisme dari masa lalu, yang mengalami mineralisasi di dalam batuan. Sebagian besar fosil ditemukan dalam batuan sedimen atau batuan endapan yang terbentuk dari pasir dan lumpur yang mengendap di dasar laut, danau dan rawa. Lapisan-lapisan endapan baru akan menutupi lapisan endapan yang lebih tua dan menekannya menjadi lapisan-lapisan batu yang saling berimpitan dan disebut strata (tunggal: stratum). Kemudian erosi mungkin mengikis strata yang paling atas (yang lebih muda) dan menyingkap strata yang lebih tua yang telah terkubur. Fosil di dalam lapisan-lapisan itu menunjukkan bahwa suatu suksesi (urutan) organisme-organisme telah menghuni bumi sepanjang masa.

Paleontologi, yakni ilmu mengenai fosil, telah banyak dikembangkan oleh ahli anatomi Perancis, Georges Cuvier (1769-1832). Menyadari bahwa sejarah kehidupan terekan strata yang mengandung fosil, ia mendokumentasikan suksesi spesies-spesies fosil di Lembah Paris. Dia mencatat bahwa setiap stratum ditandai dengan suatu kelompok spesies fosil yang unik, dan semakin dalam (semakin tua) stratum maka semakin berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna (kehidupan binatang) dari kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa kepunahan merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari stratum ke stratum, spesies baru muncul dan spesies lain menghilang. Namun Cuvier merupakan penentang kuat bagi para penganut evolusi pada masanya. Sebagai gantinya, ia mendukung faham katastrofisme (catastrophism), dan berspekulasi bahwa setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu masa terjadinya bencana alam, seperti banjir atau kekeringan dan kemarau hebat, yang memusnahkan banyak spesies yang hidup di sana pada masa itu. Ia mengemukakan bahwa bencana alam periodik ini umumnya hanya terbatas pada suatu wilayah geografis lokal,dan bahwa daerah yang mengalami kerusakan atau bencana telah dihuni kembali oleh spesies yang berpindah dari daerah lain.

Bersaing dengan teori katastrofisme Cuvier adalah suatu ide yang berbeda mengenai bagaimana proses geologis membentuk lapisan bumi. Pada tahun 1795, ahli geologi Skotlandia James Hutton (1726-1797) mengemukakan bahwa adalah suatu hal yang mungkin untuk menjelaskan berbagai bentuk tanah denan mekanisme yang sedang bekerja di dunia. Sebagai contoh, ia menyarankan bahwa tebih terbentuk dari partikel yang telah terkena erosi dari daratan dan dibawa oleh sungai ke lautan. Hutton menjelaskan sifat-sifat dan ciri geologis bumi dengan teori gradualisme (secara bertahap), yang menganggap bahwa perubahan mendalam dan nyata merupakan produk kumulatif proses yang berlangsung lambat namun berlangsung terus-menerus.

No comments:

Post a Comment