Wednesday, 1 May 2013

TEORI EVOLUSI SINTESIS


TEORI EVOLUSI SINTESIS

Sekelompok ilmuwan yang bersikukuh mempertemukan Darwinisme dengan ilmu genetika dengan segala cara berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh “The Geological Society of Amerika” atau Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika, pada tahun 1941. Setelah dilakukan pembicaraan panjang, mereka setuju untuk membuat penjelasan baru tentang Darwinisme. Beberapa tahun setelah itu, beberapa ahli menghasilkan sebuah sintesis yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai bidang mereka menjadi sebuah teori evolusi lain yang diperbaharui.

Para ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori baru ini termasuk ahli genetika, yaitu G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli palaentologi George Gaylond Simpson dan Glenn L, serta ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright.

Mutasi adalah kerusakan yang terjadi untuk alasan yang tidak diketahui, dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk hidup. Makhluk hidup yang mengalami mutasi memperoleh bentuk yang tak lazim dan menyimpang dari informasi genetik yang mereka warisi dari induknya. Konsep “mutasi acak” diharapkan bisa menjawab pertanyaan tentang asal usul variasi menguntungkan yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi sesuai dengan teori Darwin, sebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa menjelaskannya, tetapi hanya mencoba menghindarinya dengan mengacu pada teori Lamarck. Kelompok The Geological Society of America (Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika) menamai teori baru ini dan membuat rumusan dengan menambahkan gagasan mutasi pada teori seleksi alam Darwin sebagai teori evolusi sintesis. Dalam waktu singkat teori ini menjadi dikenal dengan nama neo-Darwinisme. Namun, terdapat sebuah masalah besar. Memang benar bahwa mutasi mengubah informasi genetik makhluk hidup, tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak merugikan bagi makhluk hidup bersangkutan.

Semua mutasi yang teramati menghasilkan makhluk yang cacat dan lemah, atau berpenyakit dan kadang membawa kematian pada makhluk tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya untuk mendapatkan contoh mutasi-mutasi menguntungkan yang memperbaiki informasi genetika pada makhluk hidup neo-Darwinisme melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama puluhan tahun, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai spesies lainnya. Namun, tak satu pun dari percobaan ini memperlihatkan mutasi yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup.

Menurut para penganut neo-Darwinisme, saat ini permasalahan mutasi masih menjadi kebuntuan besar bagi Darwinisme. Meskipun teori seleksi alam menganggap mutasi sebagai satu-satunya sumber dari perubahan menguntungkan, tidak ada mutasi dalam bentuk apapun yang teramati dan benar-benar menguntungkan yang memperbaiki informasi genetik.

Satu kebuntuan lain bagi neo-Darwinisme datang dari catatan fosil. Bahkan pada masa Darwin, fosil telah menjadi rintangan yang penting bagi teori ini. Sementara Darwin sendiri mengakui tak adanya fosil spesies peralihan. Dia juga meramalkan bahwa penelitian selanjutnya akan menyediakan bukti atas bentuk peralihan yang hilang ini.

No comments:

Post a Comment