Wednesday, 29 May 2013

TEORI EVOLUSI TEILHARD DECARDIN

TEORI EVOLUSI TEILHARD DECARDIN

Jika Darwin tokoh vital teori evolusi awal, di zaman modern ini, Teilhard de Chardin, sarjana paleontology dari Perancis, yang sangat popular dalam teori evolusi. Menurut Teilhard bumi mengalami 3 fase evolusi:

A. Fase Geosfer:
Fase terciptanya matahari dan planet-planet (termasuk bumi). Pada fase ini belum ada kehidupan, namun perubahan alam berjalan terus.

B. Fase Kehidupan (biosfer):
Fase ini bermula dari sel-sel, sampai pada tingkat perkembangan tertinggi. Loncatan evolusi terpenting adalah munculnya manusia.

C. Fase pikiran:
 Pada fase ini manusia berkembang dari pola kehidupan primitif sampai pada kehidupan modern yang ditandai teknik dan industri modern.

Teilhard mengatakan, setiap benda memiliki dua segi yang saling berjalin, yaitu segi luar (without): seluruh struktur benda sejauh dapat diukur, diperiksa secara fisika-kimia, dan segi dalam (within): konsentrasi psikis-inti kecendrungan dari benda. Oleh Teilhard, konsentrasi psikis itu disebut “kesadaran”. Kesadaran nampak jelas dalam diri manusia, namun ada juga dalam binatang sebagai perasaan dan insting, dan dalam tumbuh-tumbuhan sebgai hidup vegetatif. Sedangkan dalam benda mati “kesadaran” itu masih tipis.

Segi luar dan segi dalam tidaklah merupakan dua bagian yang berlainan dalam suatu benda, melainkan dua sudut dari kenyataan yang sama, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Jadi benda bukanlah semacam kumpulan atom-atom yang berjajaran secara mekanis saja, melainkan suatu penyatuan atom-atom dan molekul-molekul dengan daya kecendrungan tertentu. Kecendrungan itu, “kesadaran” itu, adalah kunci evolusi. Dalam benda mati, kombinasi atom dan molekul masih relatif sederhana dan sejalan dengan kesederhanaan segi luar itu, konsentrasi psikis, segi dalamnya-pun masih sederhana dan tipis. Makin kompleks, makin kaya segi lahir, yakni kombinasi molekul-molekulnya, makin padat dan kuatlah segi batinnya. Evolusi menuju struktur benda yang semakin sempurna adalah sekaligus evolusi menuju kesadaran batin yang semakin memusat. Sampai suatu saat, terjadilah loncatan maha penting dalam proses evolusi alam semesta, yaitu: meningkatnya kesadaran instinktif menjadi kesadaran reflektif, lahirnya pikiran. Terjadilah jiwa manusiawi. Manusia sadar bahwa dirinya “sadar”, dapat berkata “aku”, dapat memikirkan masa lampau dan masa depan, mengambil kesimpulan, dan merencanakan. Ia sendiri kini menjadi pendorong evolusi.

Semakin kompleks, makin bersatulah benda – itulah hukum evolusi–, yang disebut oleh Teilhard “loi de complexite et de conscience” (hukum eratnya hubungan antara kompleksifikasi materi dan konsentrasi batin, yaitu kesadaran). Dan bisa ditambahkan bahwa; makin bersatu, makin bebas dari pengaruh luar, makin merdekalah ia dalam dirinya sendiri. Kebebasan mencapai puncaknya dalam diri manusia. Ia merupakan satu personality, kepribadian yang menyeluruh dalam dirinya sendiri. Ia bebas menentukan nasibnya sendiri.

Penjelasan dari Teilhard merupakan pukulan yang mematikan bagi materialisme. Ia menunjukan bahwa evolusi tidak berjalan atas susunan materi belaka, tidak berkembang dari kebetulan, tetapi secara terarah, berdasarkan kesadaran batin, seakan-akan dalam benda itu tertanam suatu rencana. Persatuan mutlak antara segi lahir dan batin (tubuh dan jiwa) membawa kesimpulan-kesimpulan yang revolusioner. Pertama, manusia, seluruhnya jiwa dan badan berasal dari bapak ibu, dari leluhur. Jadi bukanlah bahwa anak bayi tubuhnya berasal dari sel telur perempuan dan sperma lelaki, sedang jiwanya pada pembuahan langsung diciptakan Tuhan. Tetapi, bapak ibu secara total, jiwa dan badan, menurunkan anak. Kedua: jika manusia meninggal, tubuh tidak akan mutlak terpisah dari jiwa, dan itu merupakan dasar dari kebangkitan.

No comments:

Post a Comment