Wednesday 10 April 2013

ANAK SAPI EMAS


ANAK SAPI EMAS

Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil dari Mesir, sebagaimana 
diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada 
mereka walaupun Ia telah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil 
tidak mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus cenderung 
kepada penyembahan berhala.

Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai 
pada suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah 
untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". 
Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat 
Tuhan)".

Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal 
apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !

Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam penentangan mereka, dan ketika 
Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. 
Dengan memanfaatkan ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup 
kecenderungan bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung seekor 
anak sapi dan menyembahnya.

“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata 
Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? 
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar 
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?".

Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami 
sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah 
melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri mengeluarkan 
untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: 
"Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)

Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil untuk membangun berhala dan 
menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini bersumber?

Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menyembah berhala tidak akan 
secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang 
memiliki kecenderungan alami terhadap berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.

Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani satu Tuhan semenjak masa leluhur 
mereka Ibrahim. Nama "bani Israil" atau "Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra 
Ya'kub, cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan keturunannya. Bani Israil telah 
menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim 
salam. Bersama Yusuf as., mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka 
waktu yang panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah dari kisah 
yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada mereka, bani Israil adalah kaum 
yang mengimani satu Tuhan.

Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil, betapapun banyaknya mereka 
menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan 
mulai meniru mereka, menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan 
penyembahan berhala dari negeri-negeri asing.

Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan sejarah, kita amati bahwa sekte 
pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang 
mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada 
di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, 
Too Long in the Sun, penulis Kristen Richard Rives menulis:

Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari 
penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan 
matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk 
membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…. 

Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang 
berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan bidah ini 
muncul dan, sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami 
sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS. Al 
A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai Musa, kami tidak akan beriman 
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." (QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan 
bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, 
sebagaimana yang terdapat pada agama pagan bangsa Mesir.

Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang telah kita gambarkan di sini, 
penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul 
dari Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada 
sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan filsafat materialis.

No comments:

Post a Comment