Wednesday, 10 April 2013

DARI MESIR KUNO KE KABBALAH


DARI MESIR KUNO KE KABBALAH

Semasa Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala yang 
mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin sedikit yang menghalangi mereka 
dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang 
Yahudi, tetapi sebagian mereka memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka 
meneruskan doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi pondasi bagi 
kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan memasukkan doktrin-doktrin ini 
ke dalamnya.

Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti 
sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada praktik 
sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada 
yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir 
Kuno tentang keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan Turki, 
membahas topik ini sebagai berikut:

Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling 
penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda 
dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal 
penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbitorbit”, 
yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh 
yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini 
menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Jadi, Kabbalah 
jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur.

Dengan mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang 
berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang hal itu. Mereka 
mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menyatakan:

Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari
filsafat Persia Magi, Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi.

Ada ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahwa bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari sumber-sumber di luar agama mereka sendiri.

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".

Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 102) !

Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi, walau mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan mengambil praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka sendiri, terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka.

Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum Allah.

No comments:

Post a Comment