Wednesday 3 April 2013

KEAJAIBAN DALAM SEL DAN AKHIR TEORI EVOLUSI


KEAJAIBAN DALAM SEL DAN AKHIR TEORI EVOLUSI

Di masa Darwin, struktur kompleks sel hidup belum diketahui. Saat itu, anggapan bahwa "kebetulan dan 
kondisi alamiah" dapat menghasilkan kehidupan dirasa cukup meyakinkan oleh evolusionis.

Teknologi abad ke-20 telah menguak partikel terkecil kehidupan dan mengungkapkan bahwa sel merupakan 
sistem paling kompleks yang pernah ditemui manusia. Sekarang kita tahu bahwa sel memiliki stasiun 
pembangkit energi, pabrik-pabrik pembuat enzim dan hormon-hormon yang penting bagi kehidupan. Sel 
juga memiliki bank data yang mencatat semua informasi penting tentang seluruh produk yang harus 
dihasilkan, sistem transportasi yang kompleks dan pipa-pipa penyalur bahan mentah dan bahan jadi dari 
satu tempat ke tempat lain. Di dalam sel terdapat pula laboratorium dan tempat penyulingan canggih untuk 
menghancurkan bahan mentah dari luar menjadi bahan-bahan berguna, dan protein membran sel khusus 
untuk mengontrol keluar-masuknya materi. Dan semua ini hanya sebagian kecil dari sistem yang sangat 
kompleks tersebut.

W. H. Thorpe, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui bahwa "jenis sel yang paling sederhana terdiri 
atas 'mekanisme' yang jauh lebih kompleks dari mesin manapun yang mungkin baru terpikirkan dan 
belum lagi dibuat manusia."

Sebuah sel begitu kompleks, sehingga teknologi tercanggih manusia tidak dapat membuatnya. Upaya 
pembuatan sel tiruan tidak pernah membuahkan hasil. Tentu saja, upaya seperti ini telah ditinggalkan.

Teori evolusi menyatakan bahwa sistem ini - yang tidak dapat ditiru manusia meski dengan mengerahkan 
segala kecerdasan, pengetahuan dan teknologinya - muncul secara "kebetulan" dalam kondisi bumi purba. 
Sebagai contoh lain, kemungkinan sel terbentuk secara kebetulan sama mustahilnya dengan kemungkinan 
sebuah buku tercetak akibat ledakan kantor percetakan.

Seorang ahli astronomi dan matematika dari Inggris, Sir Fred Hoyle, membuat perbandingan serupa dalam 
salah satu wawacaranya dalam majalah Nature edisi 12 November 1981. Meskipun seorang evolusionis, 
Hoyle menyatakan bahwa kemungkinan makhluk hidup tingkat tinggi muncul secara kebetulan adalah sama 
dengan kemungkinan sebuah Boeing 747 terakit dengan material dari tempat penampungan barang 
rongsokan yang disapu tornado.2 Ini berarti bahwa sel tidak mungkin muncul secara kebetulan, jadi 
sudah pasti sel itu "diciptakan".

Satu alasan dasar mengapa teori evolusi tidak dapat menjelaskan kemunculan sel adalah "kompleksitas 
tidak tersederhanakan" (irreducible complexity) dari sel. Sebuah sel hidup menjaga kelangsungan dirinya 
atas kerjasama harmonis dengan banyak organel. Jika ada satu organel saja yang tidak berfungsi, sel itu 
tidak akan dapat bertahan hidup. Sel tidak mungkin berkembang dengan menunggu suatu mekanisme 
"tanpa kesadaran" seperti seleksi alam atau mutasi. Jadi, sel pertama di bumi haruslah sebuah sel utuh 
yang memiliki semua organel dan semua fungsi yang diperlukan. Ini tentu berati bahwa sel adalah hasil 
penciptaan.


No comments:

Post a Comment