Monday, 1 April 2013

SATU LAGI BENTUK TRANSISI HIPOTETIS: ARCHCOPTERYX


SATU LAGI BENTUK TRANSISI HIPOTETIS: ARCHCOPTERYX

Sebagai jawaban, evolusionis mengajukan satu makhluk yaitu fosil bu-rung yang disebut Archcopteryx. 
Burung ini dikenal luas sebagai salah satu 'bentuk transisi' dari hanya beberapa yang masih mereka 
pertahankan. Archcopteryx, nenek moyang burung modern menurut kaum evolusionis, hidup 150 juta tahun 
lalu. Teori tersebut menyatakan bahwa sejenis dinosaurus berukuran kecil yang disebut Velociraptor atau 
Dromeosaurus berevolusi dengan mendapatkan sayap dan kemudian mulai terbang. Archcopteryx 
diasumsikan sebagai makhluk transisi dari dinosaurus, nenek moyangnya, dan kemudian terbang untuk 
pertama kalinya.





Akan tetapi, penelitian terakhir pada fosil Archcopteryx menunjukkan bahwa makhluk ini sama sekali bukan 
bentuk transisi, melainkan spesies burung dengan beberapa karakteristik yang berbeda dari burung masa 
kini.



Hingga beberapa waktu yang lalu, pernyataan bahwa Archcopteryx merupakan makhluk "separo burung" 
yang tidak dapat terbang dengan sempurna, masih sangat populer di kalangan evolusionis. Ketiadaan 
sternum (tulang dada) pada makhluk ini, atau paling tidak perbedaannya dengan sternum milik unggas yang 
dapat terbang, dianggap sebagai bukti paling penting bahwa burung ini tidak dapat terbang secara 
sempurna. (Tulang dada terdapat di bawah toraks, sebagai tempat bertambatnya otot-otot yang digunakan 
untuk terbang. Pada masa kini, tulang dada terdapat pada semua unggas yang dapat atau tidak dapat 
terbang, dan bah-kan pada kelelawar - mamalia terbang dari famili yang sangat berbeda).



Namun, fosil Archcopteryx ketujuh yang ditemukan pada tahun 1992 menimbulkan kegemparan luar 
biasa di kalangan evolusionis. Pada fosil Archcopteryx tersebut, tulang dada yang sejak lama dianggap 
hilang oleh evolusionis ternyata benar-benar ada. Fosil temuan terakhir itu digambarkan oleh majalah 
Nature sebagai berikut:





Fosil Archcopteryx ketujuh yang baru-baru ini ditemukan masih memiliki sebagian sternum berbentuk 
persegi panjang. Sternum ini sudah lama diperkirakan ada, tetapi tidak pernah terdokumentasikan 
sebelumnya. Temuan tersebut membuktikan bahwa makhluk ini memiliki otot-otot kuat untuk terbang.





Penemuan ini menggugurkan pernyataan bahwa Archcopteryx adalah makhluk setengah burung yang tidak 
dapat terbang dengan baik.




Di sisi lain, struktur bulu burung tersebut menjadi salah satu bukti terpenting yang menegaskan bahwa 
Archcopteryx benar-benar burung yang dapat terbang. Struktur bulu Archcopteryx yang asimetris tidak 
berbeda dari burung modern, menunjukkan bahwa binatang ini dapat terbang dengan sempurna. Seorang 
ahli paleontologi terkenal, Carl O. Dunbar menyatakan, "Karena bulunya, Archcopteryx dipastikan termasuk 
kelas burung."





Fakta lain yang terungkap dari struktur bulu Archcopteryx adalah bahwa hewan ini berdarah panas. 
Sebagaimana telah diketahui, reptil dan dinosaurus adalah binatang berdarah dingin yang dipengaruhi oleh 
suhu lingkungan, dan tidak dapat mengendalikan sendiri suhu tubuh mereka. Fungsi terpenting bulu burung 
adalah untuk mempertahankan suhu tubuh. Fakta bahwa Archcopteryx memiliki bulu menunjukkan bahwa 
makhluk ini benar-benar seekor burung berdarah panas yang perlu mempertahankan suhu tubuh, 
sementara dinosaurus tidak.


No comments:

Post a Comment