Friday, 31 May 2013

SEBERAPA BANYAK PERUBAHAN GENETIK YANG DIPERLUKAN UNTUK SPESIES?

SEBERAPA BANYAK PERUBAHAN GENETIK YANG DIPERLUKAN UNTUK SPESIES?

Membuat generalisasi mengenai “jarak genetik” antara spesies yang saling  dekat kekerabatannya merupakan hal yang tidak mungkin. Beberapa kasus yang mungkin melibatkan isolasi reproduktif sempurna bisa disebabkan oleh perbedaan kumulatif populasi pada banyak lokus gen. Pada kasus lain, perubahan yang hanya terjadi pada beberapa lokus saja menghasilkan spesies yang terpisah dan berbeda. Sebagai contoh, dua spesies Drosophila  Hawaii, D. silvstris dan D. heteroneura, berbeda dalam alel pada suatu lokus gen yang menentukan bentuk kepala, suatu karakter yang penting dalam pengenalan pasangan kawin oleh lalat ini. Akan tetapi, \efek fenotipik alel yang berbeda pada lokus ini digandakan oleh paling tidak sepuluh lokus gen lain yang berinteraksi dalam sistem epistasis. Dengan demikian, paling tidak lebih dari satu mutasi diperlukan untuk dapat membedakan kedua spesies Drosophila ini. Akan tetapi, jelas terlihat dari contoh seperti ini bahwa perubahan genetik secara besar-besaran yang melibatkan ratusan lokus bukan merupakan keharusan untuk terjadinya spesiasi. Kesimpulan ini relevan dengan perdebatan di antara para ahli biologi evolusi mengenai kecepatan spesiasi. 

KONSEP SPESIES KOHESI

KONSEP SPESIES KOHESI

Para ahli biologi evolusi memperdebatkan apakah populasi yang masih tetap berbeda meskipun terdapat zona hibrida harus dianggap sebagai subspesies atau spesies yang benar-benar berbeda. Banyak peneliti yang lebih menyukai status spesies untuk populasi seperti itu berpendapat bahwa zona hibrida yang stabil menimbulkan permasalahan bagi konsep spesies biologis. Sebaliknya, spesies dengan zona hibrida yang stabil cocok dengan konsep spesies kohesi; jika dua spesies dapat mempertahankan identitas taksonomiknya meskipun mereka telah saling berhibridisasi, pasti ada gaya kohesif selain dari isolasi reproduktif yang menyatukan suatu spesies dan mencegahnya bersatu secara sempurna dengan spesies lain yang berkerabat dekat. Seleksi penstabilan akan membatasi variasi fenotip sampai ke kisaran yang cukup sempit untuk dapat mendefinisikan spesies itu sebagai spesies yang terpisah dari spesies lain.

Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotipe tersendiri. Tergantung pada spesies, mekasinme semacam itu bisa meliputi sawar reproduktif, seleksi penstabilan, dan tautan antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik untuk spesies tersebut. Reproduksi aseksual adalah salah satu mekanisme kohesi atau pemersatu yang efektif, dan berlawanan dengan konsep spesies biologis dan konsep pengenalan. Konsep kohesi dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep kohesi juga mengakui bahwa perkawinan silang di antara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil, dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Sebagai contoh, jagung (Zea mays) memiliki beberapa alel yang dapat dilacak dampai ke rumput liar yang berkerabat dekat yang disebut dengan teosinte (Zea mexicana). Pencangkokan alel teosinte ke jagung melalui pencangkokan tanaman yang berhasil melakukan persilangan dengan tumbuhan jagung meningkatkan cadangan variasi genetik yang dapat dimanfaatkan oleh pemulia tanaman jagung yang mencoba menghasilkan varietas jagung baru melalui seleksi tiruan. Akan tetapi, hibridisasi yang terjadi sesekali ini tidak menghilangkan begitu saja perbatasan antara jagung dan teosinte. Konsep spesies kohesi menekankan pada adptasi yang mempertahankan spesies tertua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen di antara mereka. 

ZONA HIBRIDA

ZONA HIBRIDA

 Apa yang terjadi ketika dua populasi yang sangat dekat kekerabatannya dan telah menjadi spesies alopatrik selama beberapa waktu kembali lagi mengadakan kontak? Banyak hal yang dapat terjadi. Kedua populasi itu bisa kawin silang secara bebas dan menghasilkan hibrida yang subur, dan kumpulan gennya akan menyatu;spesieasi tidak terjadi selama periode isolasi geografis. Hasil kedua yang mungkin terjadi adalah bahwa perbedaan eolusioner selama periode terjadinya alopatrik menghasilkan sawar reproduktif yang mempertahankan kumpulan gen dari dua populasi tetap terpisah meskipun mereka tetap mengadakan kontak; proses spesieasi itu telah menghasilkan spesies biologis yang baru. Di antara kedua ekstrim ini, terdapat beberapa kemungkinan hasil lain. Sebagai contoh, perbedaan evolusioner mungkin tidak menghasilkan isolasi reproduksi, melainkan proses pembentukan sekumpulan sifat perilaku dan morfologi yang mendefinisikan spesies sesuai dengan konsep pengenalan. Hasil lain yang mungkin terjadi adalah pembentukan suatu zona hibrida.

Suatu zona hibrida (hybrid zone) adalah suatu daerah di mana dua populasi yang masih berkerabat, setelah terisolasi secara geografis, melakukan kontak yang kedua kalinya serta melakukan kawin silang di daerah geografis yang saling bersinggungan. Sebagai contoh, dua populasi burung pelatuk yang secara fenotipik jelas berbeda, burung red-shafted flicker di Amerika Utara bagian barat dan burung yellow-shafted flicker di Amerika Utara bagian tengah, melakukan kawin silang di sepanjang zona hibrida yang membentang sepanjang Great Plains dari ujung Texas sampai dengan Alaska bagian selatan. Kedua populasi itu mungkin terpisah selama zaman es, dan baru bertemu kembali paling tidak beberapa abad yang lalu. Meskipun kedua populasi burung pelatuk itu telah melakukan kawin silang di zona hibrida itu selama paling tidak dua ratus tahun, alel di dalam populasi burung pelatuk itu tidak bergerak melebihi zona hibrida tersebut.

Contoh lainnya adalah Spesies kodok dari genus Bombina, yaitu kodok perut-kuning (yellow-bellied toad) B.variegata  dan kodok perut-api (fire-belied toad) B. bombina  membentuk zona hibrida di area dekat Krakow, Polandia. Zona hibrida relatif stabil, dan tidak meluas. Dengan kata lain, frekuensi genotip dan fenotip yang membedakan kedua burung pelatuk tersebut bergradasi secara tajam di zona hibrida. Akan tetapi, kedua populasi burung pelatuk yang ada di wilayahnya masing-masing, jauh dari zona hibrida masih tetap berbeda.

Mempelajari zona hibrida rasanya seperti mengobservasi eksperimen alami pada spesiasi. Akankan hasil akhirnya menjadi seperti pembentukan massif sebuah spesies baru? Jika tidak, maka ada tiga kemungkinan hasil dari pembentukan zona hibrida seiring dengan berjalanya waktu :
1.  Sawar reproduktif semakin menguat, sehingga membatasi terbentuknya hibrid.
2.  Sawar reproduktif semakin melemah, menyebabkan dua spesies menyatu menjadi spesies baru.
3.   Hibrid terbentuk terus-menerus, menciptakan zona hibrida yang stabil dan bertahan lama.

DIVERGENSI ADAPTIF

DIVERGENSI ADAPTIF

Ketika dua populasi beradaptasi ke dua lingkungan yang berbeda, mereka akan mengakumulasi perbedaan dalam kumpulan gen, yaitu dalam hal perbedaan dalam frekuensi alel dan genotip. Dalam rangkaian perbedaan adaptif gradual dua kumpulan gen, sawar reproduktif di antara kedua populasi itu bisa berevolusi secara kebetulan, sehingga membedakan populasi itu menjadi dua spesies.

Suatu ide pokok dalam evolusi akibat divergensi adalah bahwa sawar reproduktif dapat muncul tanpa harus sidukung langsung oleh seleksi alam, sehingga spesiasi tidak terjadi demi kebaikan organisme itu sendiri. Isolasi reproduktif umumnya merupakan hasil sekunder perubahan dua populasi ketika mereka beradaptasi ke lingkungan yang berbeda. Sebagai contoh, sawar pascazigotik bisa disebabkan oleh gen dengan efek fenotippik ganda. Pada salah satu kasus seperti itu, hibrida laoratorium antara dua spesies Drosophila yang sangat dekat kekerabatannya, D. melanogaster dan D.simulans hanya mewarisi dua perangkat aktifdari dua perangkat gen yang diperlukan untuk sintesis RNA ribosom. Efek sampingnya adalah daya tahan hidup hibrida itu menjadi sangat rendah, dan menjadi sawar pascazigotik antara dua spsedies tersebut.

Sawar prazigotik dapat pula berkembang sebagai efek samping dari divergensi genetik secara bertahap pada dua populasi. Sebagai contoh, jika suatu perubahan dalam frekuensi gen memungkinkan suatu populasi spesies serangga menyesuaikan diri lebih baik dengan tumbuhan inang yang berbeda dibandingkan dengan populasi spesies serangga lain, maka sawar habitat yang mencegah kawin silang dengan populasi lain merupakan efek samping.

Terdapat kasus di mana isolasi reproduktif berevolusi lebih langsung akibat seleksi seksual dalam populasi yang terisolasi. Seleksi seperti itu bisa jadi teah membantu memisahkan Drosophila di Kepulauan Hawaii menjadi ratusan spesies. Sebagai contoh, kepala lebat D. heteroneura jantan meningkatkan keberhasilan reproduksi dengan betina spesies yang sama, tetapi tidak memungkinkan percumbuan yang berhasil dengan betina dari spesies lain. (gambar 3) Akan tetapi, bahkan ketika seleksi seksual mengakibatkan sawar reproduktif, sawar seperti itu berkembang sebagai adaptasi yang meningkatkan keberhasilan reproduktif di dalam satu populasi, bukan sebagai faktor yang menghalangi perkawinan silang dengan populasi lain.

Sebagaimana teah kita bahas, kritik utama pada konsep spesies biologis adalah mengenai penekanannya pada isolasi reproduktif. Sekarang kita melihat bahwa sawar reproduktif dapat merupakan efek samping spesiasi melalui divergensi adaptif. Sebaliknya, karakteristik yang ditekankan oleh konsep spesies pengenalan, yaitu karakteristik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan dengan anggota populasi yang sama sebenarnya dipengaruhi oleh seleksi alam. Bagi beberapa ahli biologi evolusi, hal ini merupakan alasan untuk lebih memilih konsep pengenalan.

PERUBAHAN GENETIK DALAM POPULASI DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA SPESIASI

PERUBAHAN GENETIK DALAM POPULASI DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA SPESIASI

Pengelompokan spesiasi menjadi alopatrik atau simpatrik memberikan penekanan pada faktor-faktor biogeografis dan mekanisme genetik yang dapat membedakan populasi menjadi spesies yang terpisah. Sekarang kita mengkaji perubahan yang diperlukan untuk permulaan terbentuknya spesies dalam konteks genetika populasi.

EVOLUSI TUNGKAI

EVOLUSI TUNGKAI

Terdapat dua hipotesis mengenai asal mula empat tungkai pada hewan tetrapoda, yaitu apakah struktur tungkai tersebut merupakan modifikasi struktur sebelumnya ataukah sebuah bentuk baru. Perbedaan umum dari kedua hpotesis itu adalah asal mula elemen proksimal pada tungkai. Pada sirip pectoral ikan Rhipidistian, terlihat sebuah tulang dasar yang kita sebut humerus bersambungan di ujung awalnya dengan scapula dan di ujung akhirnya dengan sepasang radial yang kita sebut radius dan ulna. Hilangnya lembaran sirip dan modifikasi tulang radial radial menjadi radius dan ulna diasumsikan mempu membentuk rangka tetrapoda pertama.

Hipotesis lainnya mengenai asal mula tungkai diungkapkan berdasarkan hasil studi yang berkembang baru-baru ini. Perkembangan tungkai tetrapoda berbeda dari ikan bersirip lembaran. Tungkai tetrapoda memiliki sebuah periode pembelahan sel yang kedua di sisi kanan sumbu tungkai hingga bahu. Pembelahan kedua inilah yang menghasilakn pertumbuhan tulang-tulang jari. Pola tersebut mengesankan bahwa tulang jadi merupakan kompnen baru pada tetrapoda dan bukan modifikasi struktur yang telah ada sebelumnya. (modifikasi dari tulang radial yang membentuk tuang jari).

Anatomi perbandingan tulang sirip pectoral dan caudal dengan tulang tetrapoda pertama (amfibi). Disini rangkaian morfologi berasadl dari satu tipe vertebrata (ikan) ke tipe lainnya (amfibi) dan dari satu lingkungan (air) ke lingkungan lainnya yang berbeda (daratan).

EVOLUSI RAHANG

EVOLUSI RAHANG

Asal mula rahang merupakan peristiwa adaptif pada awal filogeni vertebrata. Rahang vertebrata bersendi dan dapat bergerak ke atas dan ke bawah )secara dorsoventral). Rahang yang bersendi juga berkembang pada arthropoda, tetapi rahang ini memiliki asal mula yang berbeda dari rahang vertebrata. Rahang arthropoda adalah anggota badan yang termodfikasi yang bekerja dari sisi ke sisi. Rahang vertebrata berkembang melalui modifikasi batang rangka yang sebelumnya menyokong celah faring (insang) anterior. Celah insang yang tersisa, yang tidak lagi diperlukan untuk memakan suspensi, tetap merupakan tempat utama pertukaran gas dengan lingkungan eksternal. Asal mula rahang vertebrata dari bagian kerangka ini menggambarkan ciri umum perubahan evolusioner: adaptasi baru umumnya berkembang melalui modifikasi struktur yang telah ada. Sebagai suatu mekanisme adaptasi, evolusi dibatasi oleh bahan mentah yang harus diolah; evolusi umumnya lebih merupakan proses pemodelan ulang ketimbang penciptaan struktur baru.

Era Devon (Devonian) sekitar360-400 juta tahun silam disebut sebagai zaman ikan, yaitu masa di mana plakoderma dan kelompok ikan berahang lain yang disebut akantodian (yag ditempatkan dalam kelas yang terpisah) beradiasi dan banyak bantuk baru brkembang di perairan tawar dan laut. Plakoderma dan akantodian semakin menyusut jumlahnya dan hampir menghilang pada permulaan masa karboniferus, sekitar 360 juta tahun lalu. Leluhur plakoderma dan akantodian mungkin juga telah menurunkan hiu (kelas Chondrichthyes). Kelompok predator besar berahang lain, yaitu ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes), memisah dari leluhur sekitar 425 sampai 450 juta tahun silam. Hiu dan ikan ertulang keras memiliki geligi pada rahangnya dan geigi itu juga berganti secara teratur. Sebaliknya plakoderma dan akantodian memiliki lempengan pelindung eksternal yang membentuk tepian rahang. Hiu dan ikan bertulang keras adalah vertebrata yang berkuasa di perairan yang merupakan dua pertiga permukaan bumi ini.

EVOLUSI JANTUNG

EVOLUSI JANTUNG

Jantung vertebrata mulai dari ikan hingga mamalia sesungguhnya tersusun dari awal pembentukannya terdiri dari empat bagian yang sama, yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel, dan conus arteriosus yang masih tampak pada ikan yang memiliki dua ruang jantung dan aliran darah/sirkuasi tunggal. Namun menurut para ahli kemudian keempat bagian jantung itu bermodifikasi seiring dengan evolusi makhluk hidup untuk menyesuaikan dengan lingkungan dari yang awalnya akuatik menjadi daratan, sehingga membutuhkan sistem sirkulasi ganda yang mampu memompakan darah ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung. Ruang jantung seperti sinus venosus dan conus arteriosus pun semakin tidak berkembang dibandingkan atrium dan ventrikel sehingga tidak dapat dibedakan sebagai ruatu ruang pada jantung mamalia dewasa. Sinus venosus pada mamalia lebih dikenal sebagai lokasi keberadaan nodus sinoatrial (SA node) pada jantung. 

POLA DASAR VENA

POLA DASAR VENA

Pada umumnya seluruh vertebrata memiliki pola dasar vena yang sama, yaitu :

1)        Aliran kardinalis (menuju jantung), terdiri dari :
-     Vena kardinalis komunis, meneruskan aliran darah ke sinus venosus.
-     Vena kardinalis anterior, menerima darah dari kepala kecuali rahang bawah, berlanjut ke kaudal, dan bermuara pada ven akrdinalis komunis.
-     Vena kardinalis posterior, berkesinambungan dengan vena kaudalis pada masa embrio, bermuara di vena kardinalis komunis.
Embrio tertrapoda memiliki vena kardinalis anterior, vena kardinalis posterior, dan vena kardinalis komunis. Vena kardinalis posterior termodifikasi menjadi vena azygos dan vena hemia zygos. Pada mamalia dan urodela tetap seagai vena cava posterior, sedangkan pada anura, reptilia dan burung hilang.
2)        Aliran porta renalis
3)        Aliran abdominalis lateral
4)        Vena porta hepatika dan sinus hepatika

Pada amphibi dan reptil, aliran darah dari anggota belakang akan menuju ke sistem porta renalis. Pada burung dan mamalia, aliran dari anggota belakang tidak melalui sistem porta renalis melainkan postcava. Pada vertebrata, aliran darah dari organ-organ pencernaan akan menuju ke vena porta hepatika di hati. 

POLA DASAR ARTERI

POLA DASAR ARTERI

Secara embrionik, seluruh vertebrata memiliki pola dasar arteri yang sama, yaitu :
1)        Aorta ventral
2)       Aorta dorsal
3)      Pola Dasar Arteri
4)         Enam pasang lengkung aorta, yang menghubungkan aorta ventral dengan aorta dorsal, dan merupakan struktur yang paling jelas termodifikasi (gambar 8 dan 9)
Gambar 28. Lengkung aorta pada perwakilan craniata dilihat dari sisi ventral. L:  batang aorta yang menuju ke tubuh bagian kiri;  P: lengkung pulmonaris (ke paru-paru); R: lengkung aorta ke tubuh bagian kanan; da: duktus arteriosus; duktus karotikus; ec external carotid artery; ic: internal carotid artery.

Berikut ini merupakan perkembangan arteri pada vertebrata :
-       Teleostei : Lengkung Aorta (LA) I dan LA II hilang, LA III-VI terputus di wilayah insang, arah aliran aorta dorsal ke belakang, aorta ventral ke depan.
-       Amphibi : LA I, II, dan V hilang, LA III arteri carotid communis, LA IV LA dexter dan LA sinister, LA VI arteri pulmonalis.
-       Reptil  : LA I, II, dan V hilang, LA III arteri carotid communis, LA IV LA dexter dan LA sinister, LA VI arteri pulmonalis.
-       Aves : LA I, II, dan V hilang, LA III arteri carotid communisinternal dan eksternal, LA IV LA dexter, LA VI arteri pulmonalis.
-       Mamalia : LA I, II, dan V hilang, LA III arteri carotid communis, LA IV LA sinister dan arteri subclavia, LA VI arteri pulmonalis.


DIENCEPHALON DAN TELENCEPHALON : OTAK DEPAN

DIENCEPHALON DAN TELENCEPHALON : OTAK DEPAN

Pada bagian epithalamus diencephalon, terdapat penonjolan daerah habenular yang berperan dalam fungsi indra penghidu, disebut habenulae. Ukuran habenulae terbesar terdapat di spesies seperti hiu dan anjing pemburu, yang sangat bergantung pada indera penghidu (olfaktori) untuk mencari makan. Bagian ini tidak mencolok pada hampir semua burung, dan sangat tak berkembang pada mamalia akuatik, karena mereka tidak menggunakan epitelium olfaktorinya dalam mencari makan dan tentu saja agar mereka tidak tenggelam!

Struktur umum telencephalon terdiri dari sepasang hemisfer otak, kanan dan kiri yang merupakan cerebrum(otak besar). Cerebrum mamalia memiliki proporsi ukuran yang sangat besar dan berlipat dibandingkan dengan vertebrata lainnya, karena menyesuaikan dengan intelegensianya yang paling berkembang dibandingkan vertebrata lain.

MESENCEPHALON : OTAK TENGAH

MESENCEPHALON : OTAK TENGAH 

Tectum pada mesencephalon memperlihatkan struktur lobus optik yang jelas pada semua hewan craniata. Gelembung besar berwarna kelabu ini sebagian berfungsi sebagai pusat refleks dan penghubung impus yang diterima dari retina. Mesencephalon berukuran besar pada burung, yang memiliki mata berukuran esar dan bertanggung jawab memberi stilumus visual untuk informasi keadaan lingkungan sekitarnya. 

METENCEPHALON DAN MYELENCEPHALON : OTAK BELAKANG

METENCEPHALON DAN MYELENCEPHALON : OTAK BELAKANG

Myelencephalon utamanya diwakilkan oleh bagian medulla oblongata, yang berfusi dan akan berlanjut menjadi sum-sum tulang belakang (spinal cord). Bagian lain yang mencolok dari otak belakang adalah cerebellum, evaginasi di bagian dorsal dari metencephalon. Cerebellum mengkoordinasikan respon otot rangka dari input rangsang kanal lateral pada ikan, proprioreseptor di otot, sendi, dan tendon, serta dari refleks dan pusat pergerakan sadar di batang otak dan otak depan. Ukuran cerebellum berhubungan dengan tingkat kompleksitas pada aktivitas otot rangka. Cerebellum ikan lebih besar daripada amfibi, karena ikan berenang, yang melibatkan pergerakan vertikal, penyesuaian dengan aliran arus air, dan penyeimbangan bagian dorsal tubuh agar tidak miring, sehingga membutuhkan aktivitas otot yang lebih sinergis dibandingkan menyeret perut di tanah atau berjongkok di daun teratai. Ukuran cerebellum terbesar ada pada burung dan mamalia, yang membutuhkan pusat saraf besar seperti komputer untuk mengkoordinasikan otot kepala, leher, tubuh, dan anggora gerak untuk melakukan berbagai aktivitas seperti terbang, lari, memanjat, menjaga keseimbangan, atau aktivitas kompleks pada manusia, seperti bermain piano.

MODIFIKASI STRUKTUR DASAR ORGAN PADA FILUM CHORDATA SISTEM SARAF PUSAT : OTAK

MODIFIKASI STRUKTUR DASAR ORGAN PADA FILUM CHORDATA SISTEM SARAF PUSAT : OTAK

Ujung kranial pada fase embiro awal tabung saraf (neural tube) ikan hingga manusia membentuk tiga vesikel otak utama, yang secara berurutan yaitu prosenchepalon (calon atak depan), mesenchepalon (calon otak tengah), dan rhombenchepalon (calon otak belakang). Ketiga kantung utama itu kemudian berdiferensiasi untuk membentuk lima subdivisi utama pada otak dewasa, yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon.  Kita akan membahas  dari bagian otak yang paling sedikit terspesialisasi, yaitu otak belakang.


PERBEDAAN UMUM STRUKTUR ANATOMI FILUM-FILUM PADA KINGDOM ANIMALIA

PERBEDAAN UMUM STRUKTUR ANATOMI FILUM-FILUM PADA KINGDOM ANIMALIA

Pembeda
Porifera
Coelenterata
Platyhelmin-thes
Nemathelmin-thes
Annelida
Mollusca
Arthropoda
Echinoder-mata
Chordata
Sistem saraf
Tidak ada
Tersebar seperti jala, blm ada SSP
Ganglion anterior, tangga tali
Cincin saraf di sekeliling esophagus
Ganglion otak, tali saraf longitudinal
Tiga pasang ganglion saraf
Ganglion otak yang dihub. oleh saraf ventral
Serabut saraf sirkum oral dan radial
SSP berupa pembuluh, di bag. dorsal
Alat respirasi
Difusi
Difusi
Difusi
Difusi
Difusi
Pulmonum, insang, atau mantel
Insang, trakea, paru buku
Papula, insang, kaki tabung, tentakel
Paru-paru, kulit, insang
Sistem sirkulasi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada (tapi punya cairan tubuh
Tertutup
Tertutup
Terbuka
Sistem radial, tereduksi
Tertutup, limfatik terbuka
Sistem pencerna-an
Intraselu-ler, dlm koanosit
Mulut-Rongga gastrovaskuler-mulut
Belum sempurna (tidak punya anus)
Sempurna (memiliki anus)
Sempurna
Sempurna
Sempurna
Mulut, kerongkongan, usus
(-anus)
Ekstrasel, di sal. Pncernaan (smpurna)
Alat ekskresi
Difusi
Mulut
Sel-sel api (nefridia)
Anus
Nefridium
Ginjal
Buluh malpighi
Kaki tabung
Ginjal,kulit
Pergerakan, Rangka
Sesil, punya spikula
Ada yg sesil atau medusa, tidak berangka
Tidak berangka
Tidak berangka
Tidak berangka
Eksoskele-ton
Eksoskele-ton
Kaki tabung
Endoskele-ton
Sistem reproduksi
Aseksual (tunas dan gemulae), seksual
Aseksual (tunas), seksual
Aseksual (fragmentasi), seksual dengan daur hidup
Seksual, fertilisasi internal
Seksual, hermafro-dit
Seksual, dioseus
Seksual, dioseus
Sekseal, fertilisasi eksternal
Seksual, dioseus
Segmen-tasi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada