Thursday, 30 May 2013

GEORGES CUVIER (1769-1832)

GEORGES CUVIER (1769-1832)

1.  Profil
Georges Leopold Cuvier lahir tanggal 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard yang berbahasa Prancis di daerah Wurttemberg, tidak jauh dari Prancis. Minatnya terhadap zoologi dan botani telah tampak sejak dini. Pendidikan dasar ditempuhnya di Montbeliard. Dari tahun 1784 sampai 1788 dia melanjutkan pendidikannya di Akademi Caroline di Stuttgart.

Tahun 1795, Cuvier bertemu dengan A.H. Tessier, seorang ahli pertanian. Tessier mengakui kemampuan Cuvier dan mengusulkan dia menjadi asisten guru besar dalam bidang anatomi perbandingan di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris. Anatomi perbandingan meliputi kajian bagian-bagian badan hewan dan manusia serta fungsinya, persamaan dan perbedaannya. Sumbangan ilmiah besar yang diberikan Cuvier adalah bahwa dia "telah memantapkan ilmu anatomi perbandingan dan paleontologi. Dia juga memberikan sumbangan berarti untuk proses penggolongan hewan dan tumbuhan.

2.  Teori Katastropisme/Kataklisma
Georges Cuvier menyadari bahwa sejarah kehidupan terekam dalam strata lapisan tanah yang mengandung fosil, ia mendokumentasikan suksesi spesies-spesies fosil di Lembah Paris. Dia mencatat bahwa setiap stratum ditandai dengan suatu kelompok spesies fosil yang unik, dan semakin dalam (semakin tua) stratum maka semakin berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna (kehidupan binatang) dari kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa kepunahan merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari stratum ke stratum, spesies baru muncul dan spesies lain menghilang.

Cuvier merupakan penentang kuat bagi para penganut evolusi pada masanya yang dikemukakan oleh Jean Baptise Lamarck. Penentangannya terhadap teori evolusi nampak pada sanggahannya terhadap berbagai hal yang dianggap sebagai petunjuk evolusi berikut ini:

a.      Anatomi Perbandingan - Kelestarian Spesies
Cuvier beranggapan bahwa ciri-ciri anatomi yang membedakan kelompok hewan, membuktikan bahwa spesies tidak pernah berubah sejak masa kejadian. Setiap spesies begitu sempurna terkoordinasi, baik secara fungsi maupun secara struktur, sehingga tidak mungkin bisa bertahan menghadapi perubahan yang berarti. Maksudnya, Cuvier percaya bahwa hewan-hewan diciptakan dalam kelompok yang berbeda dan tetap.

b.      Bukti Fosil
Dalam perdebatan panjang tersebut, argumentasi paling kuat yang diajukan Cuvier adalah bahwa Lamarck tidak bisa membuktikan adanya transformasi spesies. Sedangkan Cuvier bisa menunjukkannya dari bukti-bukti yang dibawa kembali ke Prancis oleh tentara Napoleon. Bukti-bukti itu memperlihatkan bahwa hewan peliharaan tidak berubah sejak zaman Mesir kuno. Dia juga menunjukkan bahwa lenyapnya berbagai jenis hewan adalah karena hewan tersebut punah, bukan karena berubah menjadi spesies baru.

Cuvier dengan tepat menunjukkan bahwa dokumen fosil justru menentang evolusi, tidak mendukungnya. Dia mengatakan bahwa "jika spesies memang berubah secara bertahap, kita seharusnya bisa menemukan jejak perubahan itu; antara (fosil) paleotherium dan spesies yang ada sekarang seharusnya ada bentuk antara: tapi ini tidak pernah ada. Meskipun kini para pendukung teori evolusi menggunakan fosil nenk mooyang kuda dan fosil Archaeopteryx sebagai bukti fosil kebenaran teori evolusi.

c.      Ketidaksepakatan Mengenai Pemunculan Kehidupan Secara Spontan
Cuvier dan Lamarck juga tidak sepaham mengenai bagaimana kehidupan dimulai. Lamarck percaya adanya pemunculan spontan, yaitu bahwa kehidupan bisa berasal dari benda tak bernyawa. Namun, Cuvier menunjukkan bahwa "kehidupan selalu berasal dari kehidupan.” Kita melihat kehidupan dialihkan tapi tidak pernah diciptakan. Sampai hari ini, tidak pernah ditemukan adanya kehidupan yang berasal dari yang non-hidup. Meskipun begitu, kaum evolusionis bersikukuh bahwa hal ini pasti pernah terjadi pada suatu saat di masa lampau.

d.      Struktur yang Serupa
Anatomi perbandingan tidak membuktikan adanya hewan yang sedang dalam proses transformasi menjadi spesies lain, melainkan menunjukkan bahwa berbagai jenis hewan memiliki struktur yang serupa. Kaum evolusionis seringkali menyatakan, ini membenarkan keyakinan mereka bahwa satu jenis hewan bisa berubah menjadi hewan lain. Tapi masuk akal juga bahwa kesamaan ini disebabkan karena Pencipta yang sama merancang dan menggunakan pola yang sama untuk fungsi yang sama pada jenis hewan yang berbeda. Cuvier sendiri menolak gagasan keserupaan struktur tulang sebagai dasar pembenaran evolusi.
  
e.      Organ Vestigial
Dalam mempelajari anatomi berbagai hewan, para ilmuwan kadang menemukan organ yang fungsinya tidak diketahui. Organ semacam ini dikenal sebagai "organ vestigial". Kaum evolusionis mengasumsikan bahwa organ-organ ini adalah sisa dari organ yang dulu berguna bagi nenek-moyang makhluk yang berevolusi.

Meskipun Curier mengakui bahwa organ vestigial ada dan karena itu harus dipelajari, dia tidak menganggap hal itu penting, karena dua alasan. Pertama, pada masa Cuvier tidak banyak ditemukan organ yang tidak jelas fungsinya. Kedua, Cuvier menganggap organ-organ itu sebagai "bagian penting dari Penciptaan”, dan oleh karena itu keberadaannya pasti mempunyai alasan, sekalipun kita tetap tidak tahu. Cuvier yakin bahwa organ yang disebut "vestigial" bukanlah sisa-sisa evolusi yang tak ada manfaatnya, melainkan organ berguna yang masih belum diketahui fungsinya.

Temuan ilmiah akhir-akhir ini membenarkan keyakinan Cuvier mengenai kegunaan organ-organ tersebut. Misalnya, ujung tulang belakang manusia (sering disebut sebagai tulang ekor) dulu dianggap sebagai sisa (yang tidak berguna) dari ekor monyet yang dianggap Sebagai nenek-moyang kita. Sekarang diketahui bahwa tulang itu adalah titik kaitan penting bagi otot-otot penopang tubuh dan isi perut kita. Contoh lain adalah amandel, yang dulu dianggap tidak berguna dan biasanya dibuang jika mengalami peradangan. Sekarang diketahui bahwa "amandel adalah alat penting untuk melawan penyakit. Seratus delapan puluh organ lain yang dulu dianggap tidak berguna dan hanya sebagai sisa evolusi saja, sekarang diketahui mempunyai fungsi penting.

Sebagai sanggahan terhadap teori evolusi, ia mendukung faham katastrofisme (catastrophism), dan berspekulasi bahwa setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu masa terjadinya bencana alam, seperti banjir atau kekeringan dan kemarau hebat, yang memusnahkan banyak spesies yang hidup di sana pada masa itu. Sesudah itu oleh Tuhan mungkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru. Ia mengemukakan bahwa bencana alam periodik ini umumnya hanya terbatas pada suatu wilayah geografis lokal,dan bahwa daerah yang mengalami kerusakan atau bencana telah dihuni kembali oleh spesies yang berpindah dari daerah lain. Jadi teori Cuvier ini pada hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan yang dimaksudnya terjadi berulang-ulang.

2 comments:

  1. mas, mohon dituliskan sumbernya dong, saya ingin membaca lebih jauh juga hehe. terima kasih, artikelnya sangat bermanfaat.

    ReplyDelete
  2. Hanya itu, mungkin bisa googling untuk mendapatkan informasi yang lebih.

    ReplyDelete