Tuesday, 28 May 2013

TEORI EVOLUSI GENETIKA

TEORI EVOLUSI GENETIKA

Buku The Origin of Spesies meyakinkan sebagian besar ahli biologi bahwa spesies merupakan hasil dari evolusi, tetapi Darwin saat itu tidak begitu berhasil mendapatkan pengakuan atas idenya yaitu bahwa seleksi alam adalah mekanisme evolusi. Seleksi alam memerlukan proses penurunan sifat yang tidak dapat dijelaskan oleh Darwin. Teorinya didasarkan paada apa yang terlihat seerti paradoks pewarisan : yang sama menurunkan yang sama, tetapi tidak persis demikian, Kekurangan dari teori Darwin adalah suatu pemahaman pewarisan yang dapat menjelaskna bagaimana variasi acak akan muncul dalam suatu populasi, namun tetap bertanggungjawab atas pewarisan variasi ini secara tepat dari induk kepada keturunannya.

Meskipun Gregor Mendel dan Charles Darwin hidup pada masa yang sama, akan tetapi penemuan Mendel pada saat itu tidak dihargai oleh orang lain, dan ternyata tidak ada yang dapat melihat dan menyadari saat itu bahwa Mendel telah menjelaskan prrinsip dasar pewarisan yang sudah pasti saat itu menyelesaikan paradoks Darwin dan memberikan kredibilitas terhadap konsep seleksi alam.

Teori evolusi genetika dipelopori oleh Gregor Johann Mendel. Gregor Johann Mendel (20 Juli 1822 - 6 Januari 1884) adalah seorang Augustinian imam dan ilmuwan, yang memperoleh ketenaran dari ilmu baru genetika untuk studi tentang warisan tertentu pada tanaman. Ia mengemukakan teori genetika yang berkaitan dengan adanya sejumlah sifat yang dikode oleh suatu macam gen. Dengan demikian banyaknya variasi alel menentukan kemampuan terhadap ketahanan untuk dapat bertahan hidup. Hanya saja pada zaman Mendel, teori ini belum dipahami dan belum diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori yang lain. Teori genetika mengalami stagnasi hampir selama 35 tahun sejak dikemukakan, dan baru disadari kegunaannya di awal abad ke-20. Teori evolusi genetika terdiri dari :

a. Hukum Pertama Mendel
Berdasarkan eksperimen persilangan yang dilakukan Mendel dengan menggunakan satu sifat beda dari tanaman ercis (Pisum sativum), Mendel menarik beberapa kesimpulan yaitu setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi dari parental. Satu informasi berasal dari sel jantan dan yang satu lagi berasal dari sel betina. Hukum petama ini dikenal dengan Hukum segregasi.         

b. Hukum Kedua Mendel
   Hukum kedua Mendel ini menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel gamet jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dalam keturunannyam dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karenan didominasi oleh gen yang lebih kuat.

    Temuan Mendel mempunyai implikasi penting dalam evolusi. Karyanya membantah adanya teori percampuran dalam keturunan (The Blending Theory of Inheritence) yaitu pemikiran bahwa ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diwariskan ke generasi berikut dalam bentuk campuran. Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar, yaitu faktor genetik yang diwarisi dari orang tua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam generasi berikutnya faktor genetik tersebut akan memisah lagi menjadi satuan yang ada pada induk aslinya.

No comments:

Post a Comment