Powered By Blogger

Wednesday 12 August 2020

Menstruasi, Fertilisasi (Pembuahan), Perkembangan Embrio (Kehamilan) dan Melahirkan

Menstruasi

Siklus menstruasi dimulai ketika anak perempuan sudah masuk ke masa pubertas. Siklus ini merupakan siklus dimana organ reproduksi wanita menghasilkan sel telur untuk pembuahan (fertilisasi).

Selama siklus menstruasi, rahim (uterus = endometrium) akan mempersiapkan diri untuk melakukan implantasi sel telur yang sudah dibuahi atau jika ini pembuahan tidak terjadi, maka akan terjadi pembuangan lapisan rahim keluar tubuh. Peritiwa ini dikenal dengan menstuasi.

Rata – rata siklus menstruasi pada wanita terjadi setiap 28 – 35 hari sekali. Hari pertama dari siklus menstruasi akan dimulai dengan terjadinya pendarahan yang keluar dari organ reproduksi wanita (vagina). Pendarahan ini bisa berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus menstruasi berakhir tepat saat periode menstruasi berikutnya dimulai.

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
1. Luteinizing Hormone (LH)
2. Follicle-Strimulating Hormone (FSH)
3. Esterogen
4. Progesteron

Perubahan Hormon Saat Menstruasi

Perubahan Hormon Saat Menstruas


Siklus menstruasi secara umum bisa dibagi menjadi tiga fase yaitu sebagai berikut:
Fase 1 – Fase Pembentukan Folikel
Fase ini dimulai pada hari pertama terjadiny pendarahan.

Aspek kunci dari fase ini adalah terjadinya perkembangan folikel di ovarium.

Pada awal fase pembentukan folikel (fase folikuler), lapisan rahim akan menebal akibat diisi oleh cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk memberi makan embrio setelah pembuahan. Tetapi jika tidak ada embrio, kadar hormon esterogen dan progesteron akan rendah sehingga menyebabkan terjadinya peluruhan lapisan tebal rahim tadi. Pada saat ini menstruasi sudah terjadi.

Kelenjer pituitary yang ada di otak akan meningkatakan produksi hormon perangsang folikel (FSH). Hormon ini merangsang pertumbuhan beberapa folikel yang masing – masing berisi sel telur untuk berkembang di ovarium.

Tingkat hormon FSH akan mulai menurun dan folikel mulai mengeluarkan hormon esterogen. Folikel yang berkembang pertama (disebut folikel dominan) adalah folikel yang mengeluarkan hormon esterogen terbanyak. Sekresi hormon esterogen oleh folikel dominan ini akan menekan perkembangan folikel lain.

Fase ini berlangsung sekitar 13 atau 14 hari. Fase ini akan berakhir ketika tingkat hormon luteinizing (LH) melonjak drastis

Fase 2 – Fase Ovulatori
Fase ini dimulai dengan adanya hormon luteinizing surge (LH surge). Tingkat dari hormon FSH akan menurun ketingkat yang lebih rendah.

LH merangsang enzim dalam folikel dominan dan seiring dengan meningkatnya tekanan, folikel akan pecah dan melepaskan sel telur. Saat ini terjadi peristiwa ovulasi.

Telur yang dilepaskan folikel dominan akan bergerak ke tuba falopii dan siap untuk dibuahi. Telur yang telah dilepaskan oleh folikel bisa bertahan selama 12 – 24 jam setelah ovulasi.

Lonjakan LH dapat dijadikan indikator kapan seorang wanita berada dalam masa subur. Setelah 12 sampai 24 jam massa ovulasi, lonjakan LH dapat dideteksi dengan mengukur kadarnya didalam urin.

Fase ini biasanya berlangsung selama 16 sampai 32 jam, dan berakhir saat sel telur dilepaskan.

Fase 3 – Fase Luteal
Fase ini dimulai setelah ovulasi dan berlangsung sekitar 14 hari dan berakhir saat periode menstruasi berikutnya dimulai.

Pada fase ini, sel telur bergerak di sepanjang tuba falopi. Sisa folikel yang pecah di dalam ovarium akan tertutup kembali setelah melepaskan sel telur keluar. Sisa folikel ini kemudian akan emmbentuk struktur yang disebut dengan korpus luteum.

Korpus luteum mensekresikan sejumlah besar hormon esterogen dan progesteron dan mempersipakan rahim untuk pembuahan. Progesteron menyebabkan endometrium menebal, dan berisi cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk memberi makan embrio.

Selain itu hormon progesteron juga menyebabkan lendir di leher rahim (serviks) menebal sehingga sel sperma laki – laki bisa masuk ke dalam rahim. Progesteron juga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat sedikit selama fase luteal, dan tetap meningkat sampai periode menstruasi dimulai. Kenaikan suhu tubuh dapat dijadikan indikator untuk memprediksi apakah ovulasi sudah terjadi.

Tingkat LH dan FSH akan kembali rendah. Esterogen dan progesteron akan terus disekresikan oleh korpus luteum sehingga jumlahnya meningkat. Peningkatan kedua hormon ini akan menyebabkan saluran susu di payudara membesar. Atau kadang payudara menjadi membesar dan lebih empuk.

Jika sel telur tidak dibuahi, maka korpus luteum akan menyusut dan meluruh setelah 14 hari. Telur yang tidak dibuahi juga akan mati dan keluar dari rahim berupa pendarahan. Pada saat ini terjadi, hormon esterogen dan progesteron akan kembali menurun.


Menstruasi pertama terjadi pada usia 8-13 tahun, dan terus berlanjut sampai usia 45-55 tahun. Pada usia 50-an siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan berhenti untuk selamanya, peristiwa inidisebut menopause.


Fertilisasi dan Perkembangan Embrio

Apabila ada sel sperma yang masuk ke dalam saluran reproduksi perempuan, sel sperma tersebut akan bergerak menuju sel telur, bagian kepala sperma akan masuk ke dalam sel telur dan meninggalkan bagian ekornya di luar sel telur. Proses inilah yang mengawali terjadinya fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses peleburan inti sel sperma dengan inti sel telur, sehingga membentuk zigot. Proses fertilisasi ini terjadi di dalam tuba fallopii.

Sel sperma menggunakan flagela yang bergerak memutar sebagai baling-baling untuk menggerakan tubuh dalam cairan yang ada pada tuba fallopi menuju ke sel telur. Gerakan flagela ini dianalogikan dengan baling-baling untuk mendorong perahu.

Skema Pergerakan Flagela sel Sperma

Ada beberapa mekanisme sel sperma dapat menemui sel telur. Sel sperma dapat menemukan lokasi sel telur karena sel telur menghasilkan senyawa kimia berupa hormon progesteron. Selain itu, juga karena adanya sensor panas (suhu tuba fallopi atau tempat sel telur berada, lebih tinggi dibandingkan suhu tempat penyimpanan sperma).

Zigot yang terbentuk setelah terjadinya fertilisasi akan melakukan pembelahan, selanjutnya berkembang menjadi embrio yang akan menuju ke rahim kemudian tertanam (implantasi) ke dalam endometrium. Pada kondisi ini seseorang mengalami kehamilan.

Berikut ini skema proses fertilisasi dan implantasi,

Skema Proses Fertilisasi Hingga Implantasi

Dari jutaan sel sperma yang masuk ke saluran reproduksi perempuan, hanya satu sel sperma yang dapat membuahi sel telur. Mengapa demikian? Setelah salah satu sel sperma memasuki membran sel telur maka secara langsung sel telur akan membentuk benteng yang tidak dapat dilewati oleh sperma lainnya.

MASA KEHAMILAN

Masa kehamilan dapat diartikan sebagain kondisi sejak terjadinya fertilisasi dan embrio terimplantasi dalam endometrium hingga terjadinya kelahiran. Pada manusia, masa kehamilan rata-rata berlangsung selama 38 minggu (266 hari) mulai dari fertilisasi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir.

Kehamilan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) periode (trimester), dimana masing-masing trimester lamanya tiga bulan.

Trimester Pertama

Trimester pertama berlangsung dari minggu pertama sampai minggu ke-13 masa kehamilan. Pada trimeter pertama, perubahan pada ibu belum terlihat jelas. Akan tetapi, terjadi perubahan besar dalam tubuhnya, misalnya peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron. Rahim mulai mendukung untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Tubuh juga akan meningkatkan supai darah untum membawa oksgen dan nutrisi ke janin yang sedang berkembang.

Selama trimester pertama, ibu harus menjaga kondisi tubuhnya, karena janin mudah mengalami keguguran.

Kondisi janin pada trimester pertama memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Ukuran embrio kurang lebih 7 mm
  2. Embrio telah memiliki bakal tulang belakang
  3. Otak dan sumsum tulang mulai terbentuk
  4. Embrio sudah dapat disebut janin, yang terlekat pada tali pusar dengan terhubung plasenta dan terlindungi oleh kantong ketuban (amnion).
  5. Janin berukuran sekitar 5,5 cm.
  6. Otot, tulang belakang, tulang rusuk, lengan, dan jari mulai terbentuk.
  7. Janin sudah dapat menggerakkan lengan dan kaki, serta mampu memutar kepala.
  8. Pada akhir trimester pertama, janin terlihat seperti miniatur manusia, jenis kelamin sudah tampak, dan detak jantung dapat dideteksi.

Trimester Kedua

Trimester kedua berlangsung dari minggu ke-13 sampai dengan minggu ke-27. Trimestrer kedua merupakan periode yang dirasakan paling nyaman oleh ibu hamil, karena kegelisahan gejala kehamilan awal sudah hilang. Perut ibu akan mulai terlihat membesar seiring pertumbuhan rahim yang lebih cepat dari sebelumnya. Pada trimester kedua ini, ibu dapat merasakan janin mulai bergerak, bahkan janin dapat mendengar dan mengenali suara ibunya. Jenis kelamin janin juga sudah dapat dideteksi secara lebih jelas.

Kondisi janin pada trimester kedua memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Janin berukuran 10 cm, berat badan 0,5 kg, dan janin sudah terlihat seperti bayi.
  2. Jari tangan dan jari kaki sudah terbentuk, bagian ujung jari sudah tumbuh kuku.
  3. Janin telah memiliki alis dan bulu mata.
  4. Permukaan kulit ditumbuhi oleh rambut.
  5. Janin mulai bergerak aktif.
  6. Pada trimester kedua, mata janin sudah membuka.

Trimester Ketiga

Trimester ketiga berlangsung mulai dari minggu ke-28 sampai dengan masa kelahiran bayi. Pada periode ini, janin sudah bisa membuka dan menutupo mata, mendendang, meregangkan badan, dan bahkan merespon cahaya. Ketika memasuki bulan kedelapan, pertumbuhan otak janin akan berlangung lebih cepat. Sedangkan bulan kesembilan, paru-paru sudah siap untuk berespirasi sendiri.

Kondisi janin pada trimester ketiga memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Sistem sirkulasi dan respirasi janin mengalami perubahan yang memungkinkan untuk bernapas dengan dunia luar.
  2. Janin mengembangkan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh sendiri.
  3. Tulang mulai mengeras dan otot menebal.

Selama perkembangan embrio di dalam rahim, terbentuk membran embrio yang berfungsi untuk melindungi dan memberi makan embrio. Membran embrio terdiri atas empat bagian, yaitu sakus vitenelus, amnion, karion, dan alantois.

Sakus Vitenalus

Sakus vitenalus (kantung kuning telur) terletak di antara amnion dan plasenta, merupakan tempat keluarnya sel-sel darah merah dan pembuluh darah yang pertama.

Amnion

Amnion merupakan selaput pelindung embrio. Dinding amnion menghasilkan getah berupa air ketuban yang berfungsi sebagai berikut.

  1. Melindungi janin dari tekanan dan benturan.
  2. Memberi ruang gerak bagi janin.
  3. Sebagai cadangan nutrisi bagi janin.

Korion

Korion adalah selaput yang terdapat di luar amnion. Korion dan alantois akan tumbuh keluar membentuk jonjot dan berhubungan dengan dinding rahim. Jonjot-jonjot korion menempel pada dinding rahim. Di dalam jonjot tersebut terdapat pembuluh-pembuluh darah yang berhubungan dengan peredaran darah ibu melalui perantara plasenta.

Alantois

Alantois terletak di dalam tali pusar, berfungsi menghubungkan sirkulasi embrio dengan plasenta. Plasenta dengan embrio dihubungkan oleh tali pusar. Di dalam tali pusar terdapat dua buah pembuluh nadi dan sebuah pembuluh balik yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah dalam plasenta. Zat makanan dan oksigen dari pembuluh darah ibu dialirkan melalui plasenta ke tali pusar, selanjutnya ke pembuluh darah embrio. Sedangkan zat sisa dan karbondioksida dari pembuluh darah embrio dikeluarkan melalui tali pusar menuju plasenta dan akhirnya dialirkan ke pembuluh darah ibu.


PROSES MELAHIRKAN

Proses melahirkan dipicu oleh tingginya level hormon estrogen. Tingginya kadar estrogen dalam darah memicu kepekaan uterus terhadap hormon oksitosin. Oksitosin dihasilkan oleh fetus (janin), oksitosin juga merangsang plasenta untuk menghasilkan hormon prostaglandin. Hormon oksitosin dan prostaglandin akan meningkatkan frekuensi kontraksi otot uterus, kekuatan kontraksi, dan durasi kontraksi hingga bayi lahir.

Pada mulanya kontraksi terjadi selama 30 detik atau kurang dalam rentang waktu 25 hingga 30 menit. Pada saat puncaknya, kontraksi dapat terjadi selama 60 hingga 90 detik dan terjadi setiap 2 hingga 3 menit. Kontraksi  otot uterus dimulai dari otot bagian atas lalu menuju ke bawah, memberikan gaya dorong pada bayi untuk keluar melalui serviks. Gaya dorong ini semakin kuat saat kepala bayi mendorong dinding serviks.

Hal ini terjadi karena, saat dinding serviks terdorong dan melebar, maka akan merangsang dihasilkannya hormon oksitosin. Meningkatnya hormon ini akan membuat kontraksi otot uterus semakin kuat, sehingga gaya dorong yang dihasilkan semakin besar.

Gaya Dorong dan Gaya Gesek yang Terjadi pada Saat Melahirkan

Selain gaya dorong terdapat pula gaya gesek antara bayi dengan cairan plasenta dan gaya gesek antara bayi dengan saluran serviks. Panah berwarna biru menunjukkan arah gaya dorong, sementara panah warna kuning menunjukkan arah gaya gesek. Arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah gerak benda. Pada proses kelahiran, arah gerak bayi yang mendesak keluar berlawanan dengan arah gaya gesek yang arahnya menuju ke dalam. Ketika bayi keluar dari serviks gaya gesek di saluran serviks akan semakin membesar karena kecilnya diameter serviks.

Gaya gesek ini menahan gerakan bayi untuk keluar. Akan tetapi, hormon oksitosin yang dihasilkan selama dinding serviks terdorong akan memperkecil gaya gesek tersebut. Selain adanya oksitosin, gaya gesek juga diperkecil dengan adanya cairan ketuban yang berperan sebagai pelumas atau pelicin ketika bayi keluar.

No comments:

Post a Comment