Powered By Blogger

Saturday 1 June 2013

EVOLUSI PROTISTA UNISELULER

EVOLUSI PROTISTA UNISELULER


Dalam klasifikasi protista terdapat banyak kesulitan yang disebabkan variasi yang besar pada eukariotik uniseluler. Hidupnya juga ada yang berbentuk sel tunggal dan ada yang berkoloni seperti volvox, di samping ciri-ciri lainnya yang cukup beragam. Akibatnya, regnum protista disebut juga “tong sampah” karena organisme-organisme yang tidak dapat digolongkan ke dalam keempat regnum yang lain dimasukkan ke dalam protista.

Akibat kesulitan ciri-ciri tersebut, munculah tiga pandangan tentang evolusi protista, yaitu :
1.    Kelompok protista sebagai moyang asal organisme multiseuler
2.    Kelompok potista mempunyai garis evolusi sendiri
3.    Kelompok protista mempunyai garis evolusi sendiri dan begitu juga dengan jamur lendir.

Regnum protista selain dicirikan sebagai eukariotik uniseluler juga berperilaku seperti hewan, karena sel-selnya tidak mempunyai dinding sel. Selama daur hidupnya pada fase tertentu bisa bergerak. Dalam klasifikasi modern, protista dibagi menjadi (1) protista yang mirip hewan atau protozoa, (2) protista mirip fungi yaitu jamur lendir dan (3) protista mirip tumbuhan (alga uniseluler dan multiseluler).

Protista protozoa mempunyai motilitas yang kuat, kecuali jenis-jenis yang parasitik. Mekanisme gerakannya dijadikan dasar penggolongan protozoa. Yang termasuk protozoa adalah filum-filum sarcodina, mastigophora, sporozoa dan cilliata.

Alga yang uniseluler dan alga yang dapat membentuk koloni digolongkan dalam protista. Garis evolusinya adalah sampai kepada alga berkoloni yang telah menyesuaikan hidupnya di daratan. Umumnya alat pembiakan pada alga terdiri dari satu sel tanpa dinding pelindung. Organ-organ kelamin jantan dan betina diberi nama khusus yaitu antheridium untuk jantan dan arkegonium untuk alat betina.

Sifat baru yang diperoleh pada evolusi tumbuhan darat pertama adalah oogami, yaitu telur dibuahi di dalam arkegonium.

Pada alga besar seperti alga coklat (Phaeophyta) dan alga merah (rhodophyta) kecenderungan evolusinya adalah pada makin berkurangnya tahap gametofit dan makin dominannya tahap sporofit. Transisi dominasi gametofit menjadi sporofit terlihat juga pada tumbuhan darat lainnya. Terdapat pengurangan gradual dari gametofit baik dalam ukuran maupun fungsi dari gametofit ke sporofit. 

No comments:

Post a Comment