Powered By Blogger

Wednesday 3 April 2013

USAHA LAIN EVOLUSIONIS YANG SIA-SIA: "DUNIA RNA"


USAHA LAIN EVOLUSIONIS YANG SIA-SIA: "DUNIA RNA"

Penemuan pada tahun 1970-an bahwa gas-gas di dalam atmosfir primitif tidak memungkinkan sintesis asam amino, adalah pukulan berat bagi teori evolusi molekuler. Kemudian diakui bahwa "eksperimen atmosfir primitif" oleh evolusionis seperti Miller, Fox dan Ponnamperuma, tidak absah. Untuk itu, pada tahun 1980-an evolusionis mencoba meneruskan usahanya. Hasilnya adalah sebuah skenario yang dinamai "Dunia RNA" yang menyatakan bahwa molekul pertama terbentuk bukan protein, melainkan RNA yang mengandung informasi tentang protein.

Skenario ini diusulkan tahun 1986 oleh Walter Gilbert, seorang ahli kimia dari Harvard. Menurutnya, miliaran tahun lalu sebuah molekul RNA yang dapat melakukan replikasi terbentuk secara kebetulan. Diaktifkan oleh pengaruh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu cara terbentuklah molekul DNA.

Skenario yang sukar dibayangkan ini, yang tersusun dari rangkaian kemustahilan pada setiap tahapnya, tidak memberikan jawaban, justru memperbesar masalah dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang terlalu rumit untuk dijawab:

1. Jika pembentukan secara kebetulan satu nukleotida yang membangun RNA mustahil diterangkan, bagaimana mungkin nukleotida rekaan ini membentuk RNA dengan saling bergabung dalam urutan yang benar? John Horgan, ahli biologi evolusionis, mengakui kemustahilan ini sebagai berikut :

Semakin konsep dunia RNA dikaji oleh para peneliti, semakin banyak masalah muncul. Bagimana RNA muncul pertama kali? Dalam kondisi terbaik sekali-pun, RNA dan komponennya sangat sulit disintesis di laboratorium, apalagi dalam kondisi seadanya.

2. Bahkan jika kita menganggap RNA terbentuk secara kebetulan, bagaimana mungkin RNA yang hanya terdiri dari rantai nukleotida ini "memutuskan" untuk mereplikasi diri, dan mekanisme apa yang digunakannya untuk proses itu? Dari mana RNA mendapatkan nukleotida untuk replikasinya? Bahkan, ahli mikrobiologi evolusionis, Gerald Joyce dan Leslie Orgel mengungkapkan keputusasaan mereka dalam bukunya yang berjudul "In the RNA World".

Diskusi ini..., dalam suatu artian, telah berfokus pada sebentuk mitos tentang molekul RNA yang bereplikasi diri dan muncul dari sup polinukleotida acak secara mendadak. Hal ini bukan saja tidak realistis dalam pengertian kita saat ini tentang kimia prebiotik, bahkan seharusnya menyaring kepercayaan yang terlalu mudah dari pandangan optimis tentang potensi katalitis RNA."


3. Bahkan jika kita menganggap bahwa di bumi purba, RNA dapat mereplikasi diri, seluruh asam amino siap pakai tersedia dan semua yang mustahil ini terjadi, situasi ini tidak berakhir dengan pembentukan satu molekul protein pun. Hal ini karena RNA hanya mengandung informasi mengenai struktur protein, sedangkan asam amino hanya bahan mentah. Lagipula, tidak ada mekanisme untuk memproduksi protein. Anggapan bahwa kehadiran RNA sudah cukup untuk produksi protein adalah sama mustahilnya dengan mengharapkan sebuah mobil dapat terakit sendiri hanya dengan melemparkan secarik kertas yang berisi rancangannya ke atas tumpukan onderdil mobil. Dalam kasus ini, juga tidak ada produksi karena tidak ada pabrik atau pekerja yang terlibat dalam proses.

Protein diproduksi oleh ribosom dengan bantuan berbagai enzim, dan merupakan hasil proses-proses yang sangat kompleks di dalam sel. Ribosom sendiri adalah organel sel yang kompleks dan terbuat dari protein. Jadi, situasi ini juga menimbulkan asumsi tidak masuk akal bahwa ribosom pun muncul secara kebetulan pada saat yang sama. Bahkan pemenang Hadiah Nobel, Jacques Monod, seorang pembela teori evolusi yang fanatik, menjelaskan bahwa sintesis protein tidak bisa dianggap proses remeh yang hanya bergantung pada informasi dalam asam nukleat:

Kode DNA tidak berarti jika tidak diterjemahkan. Perangkat penerjemah modern sel-sel ini terdiri dari paling sedikit 50 komponen makromolekuler yang juga dikode dalam DNA: kode-kode ini tidak dapat diterjemahkan kecuali oleh hasil penerjemahannya sendiri. Ini sesuai dengan ungkapan omne vivum ex ovo (ayam atau telur yang lebih dulu). Kapan dan bagaimana lingkaran ini berujung? Suatu hal yang sangat sulit dibayangkan.

Bagaimana sebuah rantai RNA di bumi purba dapat mengambil keputusan seperti itu? Dan bagaimana ia merealisasikan produksi protein dengan melakukan sendiri pekerjaan 50 partikel terspesialisasi?Evolusionis tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

Dr. Leslie Orgel, seorang rekanan Stanley Miller dan Francis Crick dari Universitas San Diego California, menggunakan istilah "skenario" untuk kemungkinan "asal usul kehidupan melalui dunia RNA". Orgel menggambarkan sifat-sifat yang harus dimiliki RNA berikut kemustahilannya dalam artikelnya "The Origin of Life" yang dimuat dalam American Scientist pada bulan Oktober 1994 :

Jika kita amati, skenario ini mungkin saja terjadi jika RNA prebiotik memiliki dua sifat yang tidak dimilikinya sekarang: kemampuan untuk bereplikasi tanpa bantuan protein dan kemampuan untuk mengkatalisasi setiap tahap sintesis protein.

Jelaslah, mengasumsikan bahwa kedua kemampuan yang sangat kompleks dan penting di atas dimiliki molekul seperti RNA hanya daya imajinasi dan pandangan seorang evolusionis. Di lain pihak, fakta-fakta ilmiah konkret menunjukkan secara eksplisit bahwa tesis "Dunia RNA", yang diajukan sebagai model baru pembentukan kehidupan, juga merupakan dongeng yang tidak masuk akal.

No comments:

Post a Comment