Powered By Blogger

Saturday, 1 June 2013

EVOLUSI ALGA HIJAU PURBA MENJADI LUMUT

EVOLUSI ALGA HIJAU PURBA MENJADI LUMUT

Bagaimana asalnya alga hijau eukariot uniseluler berevolusi menjadi eukariot multiseluler? Diperkirakan awalnya adalah pada sifat ganggang satu sel yang cenderung membentuk koloni dan tingkat sederhana sampai pada tingkat yang telah berdiferensiasi dalam fungsi sel-selnya. Hal ini terlihat pada jenis-jenis Chiamidomonas, Gonium, Pandorina, sampai dengan Volvar.

Adaptasi jenis alga hijau purba untuk hidup di darat baru terjadi di zaman Silur (400-500 tahun yang lalu), sedangkan kelompok alga sebelumnya telah ada lebih dari satu miliar tahun yang lalu. Catatan fosil mengenai transisi menjadi tumbuhan darat sulit diinterpretasikan pada fosil-fosil yang ditemukan. Kemungkinan besar alga kompleks seperti jenis Chara adalah nenek moyang tumbuhan darat. Alga purba tersebut mungkin berevolusi dalam dua arah, yaitu menjadi tumbuhan yang tidak berjaring pembuluh (nonvascular plants) seperti lumut dan menjadi kelompok yang berpembuluh (vascular plants) seperti paku dan tumbuhan berbiji.

Arah evolusi ganggang hijau adalah perubahan dari uniseluler menjadi koloni-koloni, terbentuknya filamen (pita) dan sel-sel secara memanjang, pembentukan talus tiga dimensi dan juga perubahan dari isogami ke heterogami lalu ke oogami. Siklus hidup beberapa alga terdiri dari tahap multiseluler yang haploid berbentuk talus dan berbentuk ebnang (filamen) dan zigotnya adalah diploid. Reproduksi seksual sudah dengan isogami. Contoh yang berbentuk thalus itu adalah Ulva yang bentuknya seperti daun dan yang menunjukkan suatu pergantian generasi saprofit ke generasi gametofit dan seterusnya.

Garis evolusi yang terjadi dari alga hijau adalah dua arah. Pertama Bryophyta dengan gametofit yang yang dapat tumbuh di tempat basah karena tumbuhan ini tidak mempunyai jaringan pembuluh, tetapi memiliki gamet jantan berflagel dan beberapa sifat baru lain untuk hidup di darat, seperti adanya stomata dan kutikula. Perubahan evolusioner lainnya yang diperoleh bryophyta adalah terbentuknya struktur reproduksi bersel banyak yang dilindungi oleh jaringan sel-sel somatis dan dalam siklus hidupnya gametofit lebih dominan daropada sporofit.

Arah evolusi kedua adalah terbentuknya jaringan pembuluh. Tumbuhan jenis itu adalah tumbuhan vaskuler yang pertama ditemukan adalah jenis coocksonia yang hidup antara 420-345 juta tahun yang lalu. Cooksonia adalah tumbuhan kecil sederhana mirip paku Psilotum, tak punya akar ataupun daun. 

EVOLUSI TUMBUHAN

EVOLUSI TUMBUHAN

Sampai zaman ini tumbuhan darat dikira berasal dari sejenis alga-hijau purba (Chlorophyta) yang mulai muncul sebagai tumbuhan darat di tempat-tempat setengah basah misalnya di daerah pantai. Kehidupan yang kadang-kadang kering dan basah, membuka peluang penyesuaian atau adaptasi dengan kandungan oksigen yang tinggi di udara, sehingga ganggang di daerah peralihan itu mendapatkan kemampuan baru, yaitu melakukan respirasi aerobik. Selanjutnya ganggang hijau ada yang mendapat peluang mengembangkan sifat-sifat baru lain yang sesuai dengan kehidupan daratan.

Dalam evolusi lainnya, nanti tumbuhan darat pun ada yang berkembang menjadi tumbuhan air lagi (aquatic plants). 

EVOLUSI PROTISTA UNISELULER

EVOLUSI PROTISTA UNISELULER


Dalam klasifikasi protista terdapat banyak kesulitan yang disebabkan variasi yang besar pada eukariotik uniseluler. Hidupnya juga ada yang berbentuk sel tunggal dan ada yang berkoloni seperti volvox, di samping ciri-ciri lainnya yang cukup beragam. Akibatnya, regnum protista disebut juga “tong sampah” karena organisme-organisme yang tidak dapat digolongkan ke dalam keempat regnum yang lain dimasukkan ke dalam protista.

Akibat kesulitan ciri-ciri tersebut, munculah tiga pandangan tentang evolusi protista, yaitu :
1.    Kelompok protista sebagai moyang asal organisme multiseuler
2.    Kelompok potista mempunyai garis evolusi sendiri
3.    Kelompok protista mempunyai garis evolusi sendiri dan begitu juga dengan jamur lendir.

Regnum protista selain dicirikan sebagai eukariotik uniseluler juga berperilaku seperti hewan, karena sel-selnya tidak mempunyai dinding sel. Selama daur hidupnya pada fase tertentu bisa bergerak. Dalam klasifikasi modern, protista dibagi menjadi (1) protista yang mirip hewan atau protozoa, (2) protista mirip fungi yaitu jamur lendir dan (3) protista mirip tumbuhan (alga uniseluler dan multiseluler).

Protista protozoa mempunyai motilitas yang kuat, kecuali jenis-jenis yang parasitik. Mekanisme gerakannya dijadikan dasar penggolongan protozoa. Yang termasuk protozoa adalah filum-filum sarcodina, mastigophora, sporozoa dan cilliata.

Alga yang uniseluler dan alga yang dapat membentuk koloni digolongkan dalam protista. Garis evolusinya adalah sampai kepada alga berkoloni yang telah menyesuaikan hidupnya di daratan. Umumnya alat pembiakan pada alga terdiri dari satu sel tanpa dinding pelindung. Organ-organ kelamin jantan dan betina diberi nama khusus yaitu antheridium untuk jantan dan arkegonium untuk alat betina.

Sifat baru yang diperoleh pada evolusi tumbuhan darat pertama adalah oogami, yaitu telur dibuahi di dalam arkegonium.

Pada alga besar seperti alga coklat (Phaeophyta) dan alga merah (rhodophyta) kecenderungan evolusinya adalah pada makin berkurangnya tahap gametofit dan makin dominannya tahap sporofit. Transisi dominasi gametofit menjadi sporofit terlihat juga pada tumbuhan darat lainnya. Terdapat pengurangan gradual dari gametofit baik dalam ukuran maupun fungsi dari gametofit ke sporofit. 

EVOLUSI EUKARIOTIK

EVOLUSI EUKARIOTIK

Sampai saat ini fosil sel yang merupakan bentuk antara dari prokariotik dengan eukariotik seluler belum ditemukan. Juga belum diketahui bagaimana organel-organel terbentuk pada sel eukariotik. Berbagai hipotesis diusulkan untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi hanya dua hipotesis yang umum diterima yaitu hipotesis autogenik dan hipotesis endosimbiotik.

Hipotesis autogenik atau autogen dengan terbentuknya organel dalam sel menyatakan bahwa sel prokariotik secara gradual meningkat kompleksitasnya. Struktur yang kompleks dengan adanya mitokondria dan plastida-plastida muncul dalam evolusi. Sel yang ada berasal berasal dari modifikasi dan berlipatnya membran palsma yanag disebut plasma dalam endoplasma. Melewati generasi demi generasi, organel-organel mengembangkan struktur dari fungsi yang makin khusus. Hipotesis autogen ini banyak diterima karena sesuai dengan pandangan ilmiah bahwa proses evolusi adalah suatu rangkaian perubahan-perubahan kecil yang berakumulasi secara berangsur-angsur.

Hipotesis endosimbiosis diusulkan oleh Linn Marqulis pada tahun 1971 yang menyatakan bahwa struktur-struktur dalam sel eukariotik muncul karena bergabungnya sel prokariotik dari jenis yang berbeda-beda. Menurut pandangan ini sel-sel prokariotik besar memakan sel yang lebih kecil, tetapi tidak dicerna, sampai akhirnya terjadi hubungan endosimbiosis pada fungsi khusus. Selanjutnya sel-sel kecil itu menjadi organel sel yang tidak lagi berfungsi sendiri. Mitokondria yang semula adalah berupa bakteria aerobik yang hidup bebas dan mampu melakukan resspirasi aerobik seluler. Kloroplas yang terdapat pada sel tumbuhan dan euglena dulunya adalah bakteri fotosintetik yang hidup bebas, yang masih diragukan adalah asal-usul flagela pada protista yang dikira berasal dari bakteri spiroket yang masuk ke dalam bakteri yang lebih besar. Butir-butir klorofil zaman ini dulunya adalah bakteri fotosintetik yang hidup bebas. Mitokondria, kloroplas dan organel lainnya adlah sel-sel eukariotik yang telah mengalami evolusi jutaan tahun dalam sel-sel itu.

Bukti-bukti yang mendukung hipotesis endosimbiosis adalah kenyataan bahwa mitokondria dan kloroplas mengandung molekul-molekul DNA sendiri. Ribosom dan molekul RNA organel-organel tersebut, strukturnya khas seperti yang terdapat pada sel-sel eukariotik. Kedua organel tersebut melakukan sintesis sendiri untuk sebagian dari protein yang diperlukannya dan ukuran organel-organel tersebut juga sama dengan ukuran bakteri biasa. Kecenderungan endosimbiosis dan mikroorganisme telah dibuktikan dengan ditemukannya bakteri spiroket yang suka melekat pada protista eukariotk Mixotrichiaperidoxa yang hidup dalam usus rayap. Akibatnya protista ini dapat bergerak lebih cepat walaupun selnya tidak mempunyai mitokondria. Terdapat pula sejenis bakteri lain yang hidup dalam selnya yang tampaknya berperan sebagi sumber ATP.

Kedua hipotesis tersebut masih dapat memberikan jawaban yang memuaskan tentang asal-usul organel pada sel-sel eukariotik sampai dengan ditemukannya di masa yang akan datang fosil-fosil sel eukariotik dalam bentuk antara yang mungkin melemahkan atau memperkuat hipotesis itu. 

EVOLUSI MONERA ATAU PROKARIOTIK

EVOLUSI MONERA ATAU PROKARIOTIK

Dalam evolusi prokariotik fosil tertua yang ditemukan adalah berupa sel – sel prokariotik tanpa inti (nukleus), tanpa kromosom dan tanpa organel-organel. Strukturnya berbeda sekali dengan sel-sel prokariotik zaman sekarang, tetapi lebih mirip bakteri-bakteri heterotrof yang modern. Bagaimana sel-sel prokariotik purba itu terbentuk masih belum dapat dipastikan.

Para ilmuwan evolusionis mengira bahwa molekul-molekul polimer besar seperti protein dan RNA purba memanfaatkan tersedianya agregat fosfolipida yang terbentuk membran (membran plasma) menjadi pelindung yang menyebabkan terjadinya pengaturan keluar masuknya zat tertentu dalam kegiatan kimiawi protein dan RNA itu (membran semi permeabel).

Dalam mendapat energi yang diperlukan untuk kegiatan molekul besar itu, maka sel-sel primitif yang mempunyai bungkus plasma membaran telah memanfaatkan zat-zat organik yang melimpah dalam laut purba yang tadinya terbentuk secara abiotik misalnya ATP. Sama seperti mikroba kini yang hidup dalam lumpur (detritivor) dan bahan organik setengah terurai, bakteri purba itu mungkin semula memecahkannya menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Selanjutnya bakteri atau prokariot bersifat heterotrof lalu menggunakan ATP untuk energi dan molekul organik untuk berfotosintesis.

Pada tahap-tahap selanjutnya molekul-molekul organik dalam laut purba makin berkurang karena persaingan antara sel-sel heterotrof yang berkembang biak. Seleksi alam mendukung sel-sel heterotrof mampu merubah makanan organik menjadi zat-zat yang diperlukan. Dari sini munculnya secara berangsur-angsur jalur-jalur biokimia. Salah satu jalur yang muncul secara demikian adalah glikolisis, yaitu yang memecah bahan organik secara anaerobik dalam menghasilkan ATP. Proses anaerobik ini disebut fermentasi. Dalam proses itu asam piruvat dihasilkan sebagai produk sampingan.

Fase evolusioner selanjutnya terjadi karena makin berkurangnya molekul-molekul organik abiotik dalam lautan. Bahan makanan yang mungkin digunakan adalah molekul-molekul anorganik. Varian-varian bakteri heterotrof purba yang memecah molekul anorganik untuk mendapat energi menjadi dominan dalam populasi misalnya bakteri kemoautotrof metanogen yang mendapat energi dari ikatan kovalen metan untuk emmbuat molekul organik dan CO2 dan H2 (bakteri metanogen).

Kemudian, muncul pula bakteri fotoautotrof yang dengan memanfaatkan energi cahaya matahari kira-kira tiga miliar tahun yang lalu. Bakteri-bakteri jenis ini menggunakan sinar matahari yang dirubah menjadi energi kimai dalam ikatan atom-atom karbon yang berasal dari CO2 menjadi molekul organik. Sumber atom H untuk mereduksi CO2 bukanlah H2O tetapi H2S. Bakteri jenis ini mirip bakteri belerang hijau dan belerang ungu yang ada di masa sekarang. Bakteri-bakteri belerang menggunakan H2S sebagai sumber atom H  dan tidak menghasilkan oksigen, serta mempunyai fotosistem I yang dapat melakukan fotofosforilasi siklik.

Cyanobakteria (dulu dinamakan ganggang Cyanophyceae) muncul kurang lebih 2,5 miliar tahun lalu. Bakteri autotrof yang lebih maju ini menggunakan air sebagai sumber atom H dan telah mempunyai fotosistem I dan fotosistem II yang bekerja dalam rangkaian fosforilasi non siklik. Mereka lebih banyak mengambil energi untuk oksida dari molekul  O2 yang dulunya beracun untuk organismme, tetapi oleh tekanan seleksi akhirnya menggunakan O2 untuk respirasi seluler aerobik. Evolusi monera atau bakteri berkembang seperti terlihat pada  filogeni prokariotik.


PENGGOLONGAN MAKHLUK HIDUP

PENGGOLONGAN MAKHLUK HIDUP

Penggolongan mutakhir makhluk hidup adalah taksonomi yang diusulkan oleh R.M. Whittaker, 1969 dan oleh Linn Marguilis pada tahun 1971, yaitu berbeda dengan penggolongan (klasfikasi) Linnaeus dan lainnya. Semua organisme digolongkan kini ke dalam lima regnum atau kingdom:
1)    Regnum Monera, yaitu semua organisme monoseluler yang tidak mempunyai inti sel (nukleus), yiatu prokariotik atau bakteria.
2)    Regnum Protista, yaitu semua organisme satu sel dan beberapa ganggang multiseluler yang telah mempunyai inti sel (nukleus) beserta organel-organel lainnya.
3)    Regnum Fungi, yaitu jenis jamur atau cendawan (yang tidak berklorofil) dan heterotrofik yang menghisap zat makanan atau hara yang diperlukan dan proses penguraian bahan organik (saprofit) dan parasit pada organisme lain (patogen) atau bersimbiose dengan organisme lain (symbion).
4)    Regnum Plantae, yaitu tumbuhan autotrofik berklorofil, bersel banyak (multiseluler), aerobik dan berfotosintesis untuk memperoleh energi yaitu jenis-jenis ganggang, lumut dan paku.
5)    Regnum Animalia, yaitu organissme multiseluler, heterotrofik yang memakan dan mencerna bahan-bahan organik yang berasal dari mangsanya (hewan vertebrala dan invertebrata).

Kelima regnum itu terdiri dari  kurang lebih 2 juta spesies yang telah dipelajari. Regnum tumbuhan (plantae) terdiri dari alga hijau (Chlorophyta) 7000 spesies, alga merah (Rhodophyta) 1500 spesies, alga coklat (Phaeophyta) 1500 spesies, lumut (Bryophyta) 14.000 spesies, lumut daun (Marchantia) 8000 spesies, paku (Pterophyta) 12.000 spesies. Tumbuhan berbiji terbuka (Cycadophyta,Ginkophyta,Gnetophyta) yang disebut juga Gymnospermae 650 spesies. Tumbuhan monocotyl 6500 spesies dan Dikotil 170.000 spesies.

Protista 30.000 spesies, Monera 2000 spesies. Hewan (animalia) terdiri dari invertebrata 45000 spesies (Molusca 80.000 spesies, Crustaceae 25.000 spesies, Arachnidae 55.000 spesies, Myriapoda 8.000 spesies, Insecta 792.500 spesies). Diantara Vertebrata terdapat 54.000 spesies dari berbagai taksa.

Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa 75% dari hewan (Animalia) terdiri dari serangga (Insecta). Banyaknya spesies makhluk hidup di bumii adalah akibat evolusi radiatif yang terus terjadi sejak 3,5 miliar tahun yang lalu. 

PENEMUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI PENDUKUNG KONSEP EVOLUSI

PENEMUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI PENDUKUNG KONSEP EVOLUSI

Sampai dengan zaman kini, telah ditemukan dan dipelajari kurang lebih 2 juta spesies organisme yang terdapat di muka bumi. Akan tetapi, pengamatan dalam belantara di Amerika Serikat dan dalam samudra-samudra, diperkirakan sedikitnya ada 30 juta spesies yang ada dan pernah hidup di muka bumi ini.


Terdapat tiga penjelasan umum mengenai terjadinya keanekaragaman hayati, antara lain :
1. Ciptaan khusus dari Sang Pencipta
2. Terbentuk sendiri dari benda-benda tidak hidup (generatio-spontanea)
3. Transmutasi spesies-spesies yaitu spesies baru terbentuk dari spesies sebelumnya.

Dari catatan lapisan-lapisan kulit bumi terlihat bahwa pada lapisan lebih tua mengandung lebih sedikit keanekaragaman organisme yang ditemukan berupa fosil. Fosil-fosil yang terbentuk pada suatu zaman geologi yang makin muda umurnya makin besar keanekaragamannya. Walaupun banyak juga jenis-jenis yang punah tetapi lebih banyak jenis yang muncul pada lapisan yang lebih muda.

Dari manakah munculnya jenis-jenis organisme yang makin banyak itu? Bila teori “ciptaan terus menerus” tidak diterima dalam sains sesuai dengan konsep dan konvensinya, maka berarti organisme berkembang di bumi ini secara evolusioner.

BIOMA AIR TAWAR

BIOMA AIR TAWAR

Air tawar memiliki sifat salinitas (kadar garam) rendah. Bioma air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (yang airnya tenang), misalnya danau, kolam, rawa, dan ekosistem lotik (yang airnya mengalir), misalnya sungai.

Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar ada yang berukuran besar (makrohidrofita), ada yang berukuran kecil (mikrohidrofita), yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Tumbuhan yang berukuran mikroskopis misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatom. Kehidupan yang subur terdapat pada zona fotik, yaitu daerah yang dapat ditembus cahaya.

BIOMA BERDASARKAN ALTITUDE MIRIP DENGAN BIOMA BERDASARKAN LATITUDE

BIOMA BERDASARKAN ALTITUDE MIRIP DENGAN BIOMA BERDASARKAN LATITUDE

Urutan bioma dari dataran rendah ke dataran tinggi mirip dengan urutan bioma dari daerah tropik ke daerah kutub. Altitude (ketinggian dari permukaan laut) dan latitude (letak garis lintang) merupakan faktor fisik yang mendukung persebaran tumbuhan di muka bumi.

Daerah khatulistiwa merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Di daerah ini, dijumpai hutan hujan tropik, terdiri dari tumbuhan berdaun lebar yang hijau terus sepanjang tahun. Pada daerah yang terletak lebih dari 66 0LU atau LS terdapat daerah yang 6 bulan sekali mendapatkan cahaya matahari. Wilayah ini merupakan daerah kutub utara/selatan. Jenis tumbuhan yang ada adalah tumbuhan berdaun jarum dan terdapat padang lumut yang disebut Tundra.

Gambaran penyebaran bioma secara horizontal (berdasarkan latitude) tersebut. Ternyata mirip dengan gambaran penyebaran secara vertikal (berdasarkan altitude). Indonesia terletak di daerah khatulistiwa memiliki pola penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran horizontal di atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai hingga ke puncak Jaya Wijaya di Irian Jaya.

PADANG PASIR (GURUN)

PADANG PASIR (GURUN)

Terdapat di Asia Kecil, Afrika Utara dan Selatan, Amerika Selatan dan Barat, China, dan Mongolia.

Ciri-ciri lingkungan :
ü  Curah hujan rendah (25 cm/tahun) dan mempunyai kecepatan evaporasi yang tinggi.
ü  Suhu udara mencapai 0 0C sampai 40 0C, gersang, panas, sangat terik, dan penguapan tinggi.
ü  Diberi nama yang berbeda-beda seperti :
·        Gurun atau setengah gurun (RRC, Arab, Australia)
·        Sahara (Afrika Utara)
·        Kalahari (Afrika Selatan)
·        Atakama (Amerika Selatan)

Tumbuhan yang hidup seperti kaktus, tumbuhan xerofita (jenis tumbuhan yang tahan pada kondisi kurang air), dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu hujan cepat tumbuh, cepat berbunga, dan memiliki biji yang dorman). Umumnya tumbuhan yang hidup di padang pasir mempunyai ciri-ciri seperti memiliki daun berduri atau tidak berdaun sama sekali, memiliki jaringan batang yang menyimpan air dan perakaran yang panjang dan lebat.

HUTAN HUJAN TROPIS

HUTAN HUJAN TROPIS

Terdapat di Indonesia, Costa Rica, Amazon, Kongo.

Ciri-ciri lingkungan :
ü  Curah hujan paling tinggi (200 – 225 cm/tahun).
ü  Suhu rata-rata mencapai 25 0C.
ü  Musim hujan dan musim kemarau merata sepanjang tahun.
ü  Intensitas penyinaran tinggi.
ü  Siang dan malam sama panjang.

Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, rapat, tinggi serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, anggrek, rotan, dan epifit.

PADANG RUMPUT

PADANG RUMPUT

Terdapat di Eropa (Hongaria, Rusia Selatan), Asia, Amerika Utara dan Selatan. Afrika Tengah dan Selatan.
Ciri-ciri lingkungan :
ü  Curah hujan rendah (25 – 30 cm/tahun).
ü  Suhu udara 100 – 30 0C.
ü  Porositasnya rendah sehingga tidak mampu menyimpan air.

Vegetasi klimaks yang dominan adalah jenis rumput yang diselingi oleh tumbuhan perdu. Padang rumput tersebut mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa tempat, antara lain :
ü  Stepa (di Rusia Selatan)
ü  Puzta (di Hongaria)
ü  Prairi (Amerika Utara)
ü  Pampa (Argentina / Amerika Selatan)
ü  Savana (Afrika)

HUTAN GUGUR (HUTAN DESIDUA)

HUTAN GUGUR (HUTAN DESIDUA)

Terdapat di Amerika Serikat bagian Timur, Eropa Barat, dan beberapa di Asia seperti Korea dan Jepang Utara.

Ciri-ciri lingkungan :
ü  Memiliki empat musim (panas, dingin, semi, dan musim gugur).
ü  Curah hujan merata sepanjang tahun (75 – 100 cm/tahun).
ü  Suhu udaranya :
·        Dingin pada musim dingin
·        Panas pada musim panas panjang
·        Sejuk pada musim semi dan gugur

Pohon-pohonnya tidak begitu rapat dan jumlah spesiesnya antara 10 – 20 spesies. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, elu, hikori, sikamor, dan elm yang selalu meranggas (menggugurkan daun-daunnya) selama musim dingin.

TAIGA (HUTAN KONIFER)

TAIGA (HUTAN KONIFER)

Terdapat di belahan bumi sebelah utara, misalnya di Rusia, dan Eropa Utara, serta Kanada dan Alaska.

Ciri-ciri lingkungan :
ü  Musim dinginnya panjang disertai dengan salju.
ü  Penetrasi sinar matahari lebih tinggi daripada di Tundra.
ü  Musim panas lebih panjang dan lebih panas daripada di Tundra, salju di lapisan atas tanah pada musim ini mencair sehingga dapat ditumbuhi pohon.
ü  Curah hujan rata-rata 400 –  600 mm/tahun.
ü  Suhu  sangat rendah mencapai –60 0C.
ü  Tanah asam dan pedrolid (kurang subur).

Tumbuhan yang tersebar dan hidup di hutan ini terdiri atas anggota-anggota kelompok pohon jarum, seperti cemara, pinus, pohon spruce, alder, dan bir. Selain itu terdapat herba semak.

TUNDRA

TUNDRA

Artinya daratan tanpa pohon. Terdapat di wilayah paling utara Skandinavia, Rusia, Siberia, dan Kanada.

Ciri-ciri lingkungan :
ü  Dingin, kering
ü  Penetrasi sinar matahari sedikit atau tidak ada pada musim-musim tertentu
ü  Suhu rendah –400 (tanah beku)
ü  Pada musim panas salju meleleh, hanya pada lapisan tanah sebelah atas menjadi cair sedang lapisan bawah tetap beku dan dinamakan permafrost.

Tumbuhan yang tersebar dan hidup di hutan ini adalah lumut sphagnum, lumut kerak, dan berbagai jenis rumput. Terdapat pula tanaman berbiji semusim, yaitu musim pertumbuhannya pendek (sekitar 60 hari) dan berbunga serempak. Selain itu juga terdapat tumbuhan bunga seperti strawberry.

KETINGGIAN

KETINGGIAN

Ketinggian juga penting, elevasi yang tinggi sering menghasilkan suhu lebih rendah dan curah hujan tinggi. Pegunungan juga dapat mempengaruhi daerah sekitar dengan jalan melindungi daratan dari gerakan udara lembab, seperti halnya pegunungan Himalaya melindungi gurun Gobi dari hujan Monsoon.

IKLIM

IKLIM

Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi dibagi menjadi beberapa iklim, yaitu :
a.  Daerah tropik berada diantara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanya memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau.
b.  Daerah temperata berada diantara garis lintang 23,50 dan 660. Daerah ini memiliki empat musim yaitu panas, gugur, semi, dan dingin (salju).
c. Daerah kutub berada pada garis lintang lebih dari 660.

PERSEBARAN TUMBUHAN

PERSEBARAN TUMBUHAN

Persebaran tumbuhan ditentukan oleh letak geologis, geografis, dan faktor fisik yang lain misalnya ketinggian, letak garis lintang, serta curah hujan. Sistem bioma merupakan salah satu sistem untuk mempelajari persebaran tumbuhan dan sistem bioma menekankan dinamika komunitas yang berhubungan dengan iklim dan faktor lingkungan lainnya.