Dalam klasifikasi
protista terdapat banyak kesulitan yang disebabkan variasi yang besar pada
eukariotik uniseluler. Hidupnya juga ada yang berbentuk sel tunggal dan ada
yang berkoloni seperti volvox, di samping ciri-ciri lainnya yang cukup beragam.
Akibatnya, regnum protista disebut juga “tong sampah” karena
organisme-organisme yang tidak dapat digolongkan ke dalam keempat regnum yang
lain dimasukkan ke dalam protista.
Akibat
kesulitan ciri-ciri tersebut, munculah tiga pandangan tentang evolusi protista,
yaitu :
1. Kelompok
protista sebagai moyang asal organisme multiseuler
2.
Kelompok potista mempunyai garis evolusi sendiri
3.
Kelompok protista mempunyai garis evolusi sendiri dan
begitu juga dengan jamur lendir.
Regnum protista selain dicirikan
sebagai eukariotik uniseluler juga berperilaku seperti hewan, karena sel-selnya
tidak mempunyai dinding sel. Selama daur hidupnya pada fase tertentu bisa
bergerak. Dalam klasifikasi modern, protista dibagi menjadi (1) protista yang
mirip hewan atau protozoa, (2) protista mirip fungi yaitu jamur lendir dan (3)
protista mirip tumbuhan (alga uniseluler dan multiseluler).
Protista protozoa mempunyai motilitas
yang kuat, kecuali jenis-jenis yang parasitik. Mekanisme gerakannya dijadikan
dasar penggolongan protozoa. Yang termasuk protozoa adalah filum-filum
sarcodina, mastigophora, sporozoa dan cilliata.
Alga yang
uniseluler dan alga yang dapat membentuk koloni digolongkan dalam protista.
Garis evolusinya adalah sampai kepada alga berkoloni yang telah menyesuaikan
hidupnya di daratan. Umumnya alat pembiakan pada alga terdiri dari satu sel
tanpa dinding pelindung. Organ-organ kelamin jantan dan betina diberi nama
khusus yaitu antheridium untuk jantan dan arkegonium untuk alat betina.
Sifat baru yang diperoleh pada
evolusi tumbuhan darat pertama adalah oogami, yaitu telur dibuahi di dalam
arkegonium.
Pada alga besar seperti alga coklat
(Phaeophyta) dan alga merah (rhodophyta) kecenderungan evolusinya adalah pada
makin berkurangnya tahap gametofit dan makin dominannya tahap sporofit.
Transisi dominasi gametofit menjadi sporofit terlihat juga pada tumbuhan darat
lainnya. Terdapat pengurangan gradual dari gametofit baik dalam ukuran maupun
fungsi dari gametofit ke sporofit.
No comments:
Post a Comment