Teks
Drama VIII – 2
“MAAFKAN
KAMI GURU”
Oleh: Rosid Marwanto, S.Pd
Tokoh:
- Abdul Malik (Pak Guru)
- Iqbal (Murid)
- Andre (Murid)
- Dwi Ayu (Murid)
- Siti Halimah (Murid)
- Dina (Murid Baru)
- Adinda (Murid)
- Suvi (Murid)
- Fadhila (Kepala Sekolah)
Dalang:
- Ervan
Ervan : “Pada pagi hari yang cerah,
Pak Guru masuk ke ruangan kelas. Seperti biasa dia mengajar IPA. Pak Guru pun
lalu memasuki ruang kelas.”
Abdul Malik : “Assalamu’alaikum wrwb anak-anak.”
(Memasuki kelas)
Murid-murid : “Wa’alaikumsalam wrwb Pak Guru.”
Abdul Malik : “Ayo kita mulai pelajaran kita. Anak-anak sudah sampai mana
pelajaran kita?”
Murid-murid : “Gatau Pak, kami lupa.”
Abdul Malik : “Oh ya, kemarin seingat Bapak, Bapak memberikan kalian PR,
sudah dikerjakan nak?”
Dwi Ayu : “PR opo pak?PR yang mana?”
Adinda : “Iya Pak, saya juga nda
ingat pak.”
Abdul Malik : “Tapi Bapak ingat Nak. Masak sih ndak
ada?”
Dwi Ayu : “Ish. Mboten enten bapak. Kita
nggak ada PR kan Wi?”
Siti Halimah : “Tau ah, gelap. Takono sama
Ningsih.”
Suvi : “Ada Pak halaman 27.”
Adinda : “Ish. Ningsih. Bilang aja ndak
ada.”
Iqbal : “iya ni Ningsih, dah
tau aku belum ngerjain,pakai bilang ada PR.”
Andre : “Tau tuh.”
Suvi : “Suka-suka aku lah mau
ngomong apa.”
Abdul Malik : “Ya sudah, wis-uwis, kalau dah siap kumpulkan ke depan kalau
belum cepat kerjakan.”
Iqbal : “Kapan Pak
dikerjainnya?”
Abdul Malik : “Minggu ngesuk Nak?! Yo saiki lah. Kamu
ini ono-ono wae.”
Iqbal :
“Bapak yang ono-ono wae, masak ngerjainnya minggu ngenjang? Yo saiki Pak.”
Abdul Malik : “Ya sudah itu yang saya bilang, legowo, sabar (Mengelus dada)
Ya sudah, ayo cepat kerjakan.”
Ervan : “Tidak lama kemudian kepala
sekolah datang ke ruang kelas bersama seorang murid baru.”
Fadhila : “(Mengetuk pintu) Permisi
sebentar Pak mengganggu pelajaran.”
Abdul
Malik : “Iya Bu, lama-lama juga ndak
apa-apa Bu.”
Fadhila : “Ini Pak, ada murid baru
mau bersekolah disini. Dimohon bimbingannya ya Pak.”
Abdul
Malik : “Njeh Bu.”
Fadhila : “Matur suwun Pak, saya
permisi dulu.”
Ervan : “Setelah kepala sekolah
pergi, Pak Guru pun menyuruh si murid baru untuk memperkenalkan dirinya di
depan kelas.”
Abdul
Malik : “Ayo Nak silahkan perkenalkan
diri kamu di depan kelas.”
Dina : “Baik Pak. Teman-teman,
perkenalkan nama saya Siti Hajar. Mohon bantuannya ya Pak Guru dan
teman-teman.”
Iqbal : “Alamat rumahnya neng ndi?”
Andre : “Oh iyo, pine piro?wa,line,twitter,fb
mu opo?”
Dwi Ayu : “Is, kalian ini so akrab banget. Ndak
bisa sekali nengok cewek cantik.”
Iqbal : “Masalah buat loe?, orang
aku yang nanya. Hajar aja ndak popo. Iyo to Jar?”
Abdul Malik : “Sudahlah sudah. Ayo, hajar silahkan
pilih bangku yang kosong.”
Dina : “Tapi Pak, ndak ada bangku
yang kosong. Gimana saya mau duduk?”
Abdul Malik : “Yo wis, kamu duduk di hati Bapak piye?,
hati Bapak lagi kosong.”
Adinda : “Ish. Bapak ini udah
tua,tetep wae modus gombal gaweane. Murid bae digombali.”
Abdul Malik : “Koe iki! Ngomong sama Guru ndak sopan banget!Arep
dadi opo koe nek wis gede ngono wae?!” (Terlihat kesal)
Adinda : “Saya mau jadi dokter Pak.”
Murid-murid : (Tertawa)
Abdul Malik : “(Mengelus dada) Sudah sudah.
Ervan : “Hajar pun lalu duduk, dan
murid-murid kembali mengerjakan tugas mereka. Tak berapa lama, murid-murid
kembali berulah.”
Suvi : “(Melirik
Tiwi yang sedang main hp) Pak…? Tiwi main hp.”
Abdul Malik :
“Benar itu Tiwi? (sambil melihat kearah tiwi)”
Siti Halimah : “Nggak ah Pak,Ningsih cepu.”
Abdul Malik : “Hem… Ya sudah kerjakan kembali tugas
kalian.”
Murid-murid : “Baik Pak.”
Andre : “(berbisik) Eh Ry, minta
dong gorengannya. Pelit banget.”
Iqbal : “(berbisik) Beli sendiri.”
Andre dan Iqbal : “(makan gorengan)”
Suvi :
“(Melirik Nofrizal dan Ary yang sedang makan gorengan) Pak…? Nofrizal sama Ary makan
gorengan.”
Abdul Malik : “(menghampiri meja Nofrizal dan Ary lalu mengambil gorengan
mereka) Ini yang kalian kerjakan dari tadi! Bukannya ngerjakan tugas malah makan
gorengan.”
Iqbal : “Waduh… bayar sini seribu.”
Andre : “Tadi kan aku minta sama
kau ry.”
Abdul Malik : “(batinnya) Dasar anak-anak ini tingkahe ono-ono wae.
Abdul Malik : “(batinnya) Dasar anak-anak ini tingkahe ono-ono wae.
Murid-murid : “Ealah…
Terserah Bapak.”
Andre dan Iqbal : (Melempar-lempar
kertas ke arah Hajar dan Fika)
Suvi : “Pak…?
Ary sama Nofrizal ngelempar-lempar kertas.”
Dina :
“Iya Pak, orang ini dari tadi gangguin kita. Kalo suka bilang!”
Abdul Malik : “Nofri! Ary! Dari tadi kalian bertingkah. Bapak sudah capek
menasihati kalian. (datang ke meja Ary dan Nofrizal sambil mencubit mereka)”
Andre :
“Bapak, kalau capek istirahat Pak.”
Iqbal :
“Mendingan Bapak duduk ndak usah hukum kami, nanti Bapak tambah capek.”
Abdul Malik : “Ya sudah, tapi jangan gangguin mereka lagi. Kerjakan tugas
kalian dewek-dewek.”
Andre dan Iqbal : “Njeh Pak.”
Ervan :
“Pak Guru kembali duduk di kursinya. Tak berapa lama Pak Guru,keluar untuk
mengisi spidol sebentar dan anak-anak kembali berulah.”
Iqbal :
"Haii???" (Menatap ke arah Hajar)
Dina : "Iya???"
Iqbal :
"Jeneng mu hajar yo?"
Dina :
"Iyo, neng ngopo?"
Iqbal :
"Soalnya kamu udah menghajar aku hingga jatuh ke hatimu." #eaaa
Andre :
"Hajar??? Boleh pinjem lem ndak?"
Dina :
"Boleh, buat apa?"
Andre : "Buat
nempelin hati aku ke hati kamu" #eaaa
Iqbal :
"Hajar??? Bapak kamu tukang parfum ya?"
Dina :
"Kok tau?"
Iqbal :
"Pantes, semalam aku ketemu di pasar" #GombalGagal
Andre : "Hajar???
Kamu kayak kupu kupu deh"
Dina :
"Kok gitu?"
Andre : "Soalnya
kamu selalu hinggap di hatiku" #eaaa
Iqbal :
(Melirik ke arah Nofrizal) "Eh kau melu-melu bae!"
Andre : "Suka
suka akulah! Jadi apa nih? Ra senang critane?"
Iqbal :
"Ayok geluten ngene!”
Dina :
"Ehhh jangan......"
Iqbal :
"Udah jar, tenang wae, ki urusan wong lanang"
Dina :
"Maksudnya jangan sampai gak jadi"
Ervan :
“Nofrizal dan Ary pun maju ke depan kelas dan mulai berkelahi, murid-murid pun
bersorak sorai. Tiba-tiba Pak Guru pun masuk ke dalam kelas.”
Abdul Malik : "Hei hei ada apa ini" (Melerai Nofrizal dan Ary)
Iqbal :
"Ini Pak Nofrizal, masa saya gombali Hajar dia juga ikutan."
Andre : "Kan
gombalan saya beda sama punya dia Pak"
Abdul Malik :
"Hadehhh -_- Sudah-sudah ayo saling minta maaf dan berjabat tangan."
Iqbal :
"Bapak gak minta maaf sama kami?"
Abdul Malik :
"Ya sudah Bapak minta maaf juga ya."
Andre : "Gitu
dong Pak"
Ervan :
“Pak Guru pun kembali ke mejanya.”
Adinda :
“(berbisik) Eh, tau nggak (geregetan)”
Dwi Ayu :
“(berbisik) Ah. Biasa itu biasa.”
Siti Halimah :
“(berbisik) Entah ni Fika berisik banget.”
Dwi Ayu :
“(berbisik) Aku aja bosen dengarnya.”
Adinda :
“(berbisik) Alah, gaya banget.”
Dwi Ayu : “(berbisik) Ah, biasa-biasa.”
Abdul Malik : “Hei!!! Para wanita! Jangan kalian bergosip disini. Contoh
itu si Siti Hajar, dari tadi diam aja. Tidak seperti kalian!”
Adinda : “Namanya dia anak baru Pak, maklum, dia kan belum
bisa beradaptasi dengan kelas ini.”
Abdul Malik : “(memukul meja) Hei!!! Kalian ini dari tadi asal saya ngomong
ga didengerin!!! Mau jadi apa kalian? Dokter?! Kerjanya melawan saja! Nggak
mungkin kalian jadi dokter.”
Siti Halimah : “(berbisik) Eh, tumben Bapak ini kayak
gini, jadi takut aku.”
Dwi Ayu : “(berbisik) Iya Wi, podo wae?”
Ervan : “Pada saat itu suasana kelas
yang tadinya ribut tak menentu seketika berubah menjadi hening.”
Abdul Malik : “Sudahlah! Saya malas mengajar disini.
Murid-muridnya pada nggak beres, lebih baik saya memilih mengajar di kelas lain
dari pada disini. (memukul meja kemudian membereskan buku-bukunya)”
Adinda : “Ish. Janganlah Pak. Nanti yang ngajarin kami siapa?
(tampak sedih)”
Abdul
Malik : (hanya diam sambil bergegas
pergi)
Murid-murid : “Pak… Jangan pergi…”
Ervan : “Suasana kelas pada saat itu
tampak menjadi sunyi. Murid-murid tampak sedih dan mereka hanya bisa diam dan
memohon agar Pak Guru tidak meninggalkan kelas mereka. Namun, usaha mereka
sia-sia, Pak Guru sudah terlanjur sangat marah kepada mereka karena kelakuan
mereka yang sangat kurang ajar. Dan akhirnya…”
Fadhila : “(memasuki kelas) Kemana Guru
kalian?”
Murid-murid : “Keluar Bu.”
Fadhila : “Kenapa bisa keluar?”
Murid-murid : (Hening)
Fadhila : “Loh? Kenapa kalian diam? Tadi
ribut?”
Abdul Malik : “(tiba-tiba memasuki kelas) Maaf Bu,
saya mau mengambil berkas saya ketinggalan.”
Fadhila : “Kenapa Bapak tidak masuk kelas
dan mengajar?”
Abdul Malik : “Buat apa Bu saya mengajari anak-anak
yang tidak bisa diatur. Hanya menghabiskan tenaga saya Bu. Lebih baik saya
pindah ke kelas lain saja Bu.”
Murid-murid : “(tiba-tiba bangkit dari bangku
mereka kemudian mendekati Pak Guru) Maafkan kami Pak Guru. Jangan pergi Pak.”
Abdul Malik : “Untuk apa saya di sini? Sedangkan kalian saja tidak
menghargai saya.”
Iqbal : “Maafkan kami Pak, kami tau
kami salah. Kami berjanji untuk merubah sikap kami Pak.”
Adinda : “Iya Pak, kami berjanji. Tolong
maafkan kami Pak? Cuma Bapak lah Guru yang bisa mengerti kami.”
Murid-murid : “Iya Pak.”
Fadhila : “Bagaimana Pak Guru?”
Abdul Malik : “Anak-anak, mengucapkan janji itu memang
mudah, tetapi tidak semudah menepatinya nak.”
Dwi Ayu : “Iya Pak kami tau, kami akan
berusaha mengubah sifat kami. Bapak maafkan kami kan?”
Abdul Malik : “Iya anak-anak. Bagaimana Bapak tidak
memaafkan kalian? Bapak menyayangi murid-murid Bapak.”
Murid-murid : “Terima kasih Pak Guru.”
Abdul
Malik : “Iya nak.”
Ervan : “Akhirnya Pak Guru pun
memaafkan kesalahan-kesalahan anak muridnya dan murid-murid pun bertekad untuk
mengubah sifat-sifat buruk mereka. Kelas mereka pun kini menjadi aman, damai,
dan tenang tanpa ada lagi keributan.
Ervan : Kesimpulan:
Kita sebagai seorang
murid harus menghargai jerih payah seorang Guru yang telah bersusah payah mendidik
dan mengajari kita hingga kita bisa mengetahui apa yang kita tidak tahu. Jadi,
hargai dan hormatilah Gurumu karena tanpa mereka kita hanyalah secarik kertas
putih yang tidak ada artinya.
Ervan : Sekian drama singkat dari kami. Semoga kita
dapat memetik pelajaran berharga dan dapat menemukan amanat yang terkandung
dalam drama singkat kami. Atas perhatian para Bapak/Ibu Guru serta teman-teman
sekalian, kami mengucapkan terima kasih dan mewakili kelas VIII-2 kami
mengucapkan
Murid-murid : “Selamat Hari Guru” untuk para Guru
di SMP JAKARTA 2.
Izin copas paa...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteIjin make naskah nya pak
DeleteOK...
ReplyDeleteizin copy ya pak
ReplyDeleteIya...
ReplyDeletepak izin bikin video boleh??
ReplyDeleteIya...
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteizin copas kakak :)
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteizin copas kak :)
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteizin copas kk
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteIzin compas kk
ReplyDeleteSilahkan
DeleteIzin compas kk
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteIzin copas ya bg
ReplyDeleteOK...
ReplyDeleteIzin copy pak
ReplyDeleteOk...
ReplyDeleteAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. .izin kak mau di pakai nih
ReplyDeleteWa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh.
DeleteOk.
Assalamualaikum
ReplyDeleteIzin copas ya
Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh,
DeleteOk.
Baik
ReplyDeleteIjin copy ya pak mau saya jadikan referensi untuk drama nih, terimakasih 😊
ReplyDeleteSilahkan
Deleteizin copy pak
ReplyDeleteSilahkan
DeleteIzin copy pak
ReplyDeleteIkin Ikin kak
ReplyDeleteIjin copy ya pak
ReplyDeletemas ini pake kertas ukuran apa ?
ReplyDeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteIzin copy pak
Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh, silahkan
DeleteIZIN jadikan film
ReplyDeleteSilahkan
DeleteIzin copy ka
ReplyDeleteSilahkan
DeleteÌzin 1yah pak
ReplyDeleteIya
DeleteIzin ubah bahasanya bisa kak?
ReplyDeleteIya
Deleteizin mengadaptasi ceritanya nggih pak maturnuwun
ReplyDeleteIzin pakai teksnya ya pak. Terimakaaih banyak
ReplyDeleteIzin copas ya pak, sebagai acuan
ReplyDeleteIzin copy y om
ReplyDeleteIjin copas pak
ReplyDeleteizin menggunakan dan sedikit mengubah bahasa nya
ReplyDeleteizin copy yaa pak, terimakasii
ReplyDeleteizin copy ya
ReplyDelete