PERSEBARAN
FAUNA DI INDONESIA
Wilayah Indonesia
memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena
berbagai hal :
1. Terletak
di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest)
yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2. Terletak
di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3. Merupakan
negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan
menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4. Indonesia
terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental.
Karena berbagai
kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna.
Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1. Mamalia
(lebih dari 500 jenis)
2. Kupu-kupu
(lebih dari 100 jenis)
3. Reptil
(lebih dari 600 jenis)
4. Burung
(lebih dari 1.500 jenis)
5. Amfibi
(lebih dari 250 jenis)
Persebaran fauna di
Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan
tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu
terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan
air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian
menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.
Beberapa wilayah
perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada masa berakhirnya zaman
glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah Dangkalan Sunda dan Laut
Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul. Terbentuknya perairan baru di
daerah dangkalan tersebut menyebakan fauna yang semula dapat dengan bebas
bermigrasi pada era Pleistocene (zaman es) akhirnya terhambat oleh perubahan
kondisi geologis.
Keragaman
jenis fauna di Indonesia telah diteliti olah Alfred Rusel Wallace, seorang
evolusionis dan ahli biogeografi asal Inggris. Garis Wallace yang menyadari
perbedaan fauna yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad
ke-19. Wallace memperhatikan perbedaan pada flora dan fauna di Indonesia, dan
berhasil menarik garis pada peta sedemikian serupa sehingga memisahkan kelompok
kehidupan satu sama lain dan kemudian garis khayal tersebut diberi nama “Garis
Wallace” atau garis Wallacean. Garis tersebut merupakan sebuah sempadan
hipotetis yang memisahkan Indonesia bagian barat (wilayah geografi hewan Asia)
dan dan Indonesia bagian timur (wilayah geografi hewan Australasia). Garis ini
melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di
barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio
Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku,
tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521.
Garis
Wallace lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Max
Carl Wilhelm Weber, seorang ahli zoologi dan bigeografi asal Jerman. Garis Weber
meliputi Teluk Aru sampai Kepulauan Maluku. Menurut Webber, Sulawesi merupakan
daerah peralihan yang dihuni oleh hewan-hewan yang memiliki sifat peralihan,
misalnya babi rusa, anoa, maleo, dan tarsius spectrum. Pada tahun 1919 bersama
G.A.F. Molengraaff, Weber jugalah yang memberi nama Dangkalan Sunda bagi penyatuan
dataran Asia dengan Indonesia bagian barat; dan Dangkalan Sahul bagi penyatuan
dataran Australia dengan Indonesia bagian timur. Dengan demikian, persebaran
fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis menurut garis “Wallace-Weber”, yaitu
fauna Indonesia barat, fauna Indonesia tengah dan fauna Indonesia timur.
Fauna yang terdapat
di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah Indonesia Tengah
merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah fauna Indonesia
Timur bertipe Australis.
No comments:
Post a Comment