Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

AKAR DARWINISME DALAM PERMUSUHAN TERHADAP WANITA


AKAR DARWINISME DALAM PERMUSUHAN TERHADAP WANITA

Sebagaimana dalam berbagai masalah lainnya, akar prasangka kaum fasis terhadap wanita ini adalah Darwinisme. Kaum fasis tidak hanya merasa cocok dengan gagasan Darwinisme tentang ketidaksetaraan ras, tetapi mereka juga mengadopsi pendapat bahwa lelaki lebih unggul daripada wanita.

Dalam The Descent of Man, Darwin menulis tentang wanita yang sebagian daya intuisi, kecerdasan, dan mungkin daya menirunya merupakan karakteristik dari ras yang lebih rendah, dan karenanya juga merupakan milik tingkat peradaban lebih rendah di masa lampau. Menurut Darwin, evolusi berarti suatu perjuangan individu dari suatu jenis kelamin, biasanya jantan, untuk memiliki individu dari jenis kelamin lainnya.

Dalam buku Descent, Darwin juga menyatakan, Tubuh dan pikiran laki-laki lebih kuat daripada wanita, dan dalam keadaan biadab ia menjaga wanita dalam kondisi perbudakan yang lebih hina dibandingkan yang dilakukan jantan dari hewan lainnya; oleh karena itu, wajar jika ia memperoleh daya seleksi. Evolusi berada di tangan kaum lelaki, dan kaum wanita pada dasarnya bersikap pasif. Akibatnya, wanita berevolusi lebih sedikit dan lebih primitif dibanding laki - laki, dan karenanya wanita lebih didominasi oleh naluri dan emosi, yang merupakan kelemahan terbesarmereka.

Darwin mempertahankan pendapat-pendapatnya tentang keunggulan laki-laki dan peranan pentingnya bagi evolusi sepanjang hidupnya. Inilah yang dikatakannya tentang hal ini dengan merujuk pula kepada teori -teori Francis Galton:

Perbedaan utama dalam hal kemampuan intelektual antara kedua jenis kelamin terlihat dari keberhasilan kaum pria mencapai kedudukan yang lebih tinggi, dalam apa pun yang dilakukannya, dibandingkan wanita baik pencapaian yang membutuhkan pemikiran mendalam, akal budi, atau imajinasi, ataupun hanya penggunaan panca indra dan tangan. Jika dibuat dua daftar tentang tokoh laki – laki dan perempuan yang paling unggul dalam bidang puisi, seni lukis, seni pahat, musik (termasuk kemampuan membuat komposisi dan penampilan), sejarah, sains, dan filsafat, dengan setengah lusin nama untuk setiap subjek, maka kedua daftar tersebut tidak akan layak dibandingkan. Kita juga dapat menyimpulkan, berdasarkan hukum deviasi dari jumlah rata-rata yang dijelaskan dengan gamblang oleh Mr. Galton dalam bukunya Hereditary Genius (K ecerdasan Turun-temurun), bahwa jika laki-laki dapat diputuskan unggul daripada perempuan dalam berbagai bidang, maka rata-rata daya mental laki-laki pastilah di atas daya mental perempuan.

Pendapat-pendapat Darwin juga dapat ditemukan dalam pandangan pribadinya mengenai perempuan. Ia menggambarkan peran perempuan dalam perkawinan sebagai pendamping tetap, (teman di usia tua) yang akan merasa tertarik hanya pada satu hal, objek untuk dicintai dan bermain dengannya lebih baik daripada seekor anjing, bagaimanapun juga yakni rumah, dan seseorang untuk merawat rumah tangga… Nyatalah bahwa Darwin memandang perempuan dan institusi keluarga dari sudut pandang materialistik. Tidak ada rasa cinta, penghargaan, loyalitas, kasih sayang, ataupun belas kasih dalam pendapatnya itu.

Carl Vogt, seorang evolusionis dan materialis yang hidup sejaman dengan Darwin dan merupakan seorang sarjana Jenewa pada pertengahan abad ke-19, juga memiliki pendapat-pendapat yang meremehkan kaum perempuan. Kita dapat yakin bahwa di mana pun kita merasakan pendekatan terhadap jenis binatang, perempuan lebih dekat dengannya daripada laki-laki, tulisnya. Oleh sebab itu, kita akan menemukan lebih banyak kemiripan (menyerupai kera) jika kita mengambil wanita sebagai patokan.

Banyak evolusionis, mengikuti Darwin, terus berpendapat bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, baik secara biologis maupun intelektual. Sebagian evolusionis bahkan menggolongkan laki-laki dan perempuan sebagai dua spesies yang berbeda secara psikologis: laki-laki adalah homo frontalis, sedangkan perempuan adalah homo parietalis. Seorang evolusionis, Elaine Morgan, menekankan bahwa Darwin telah memotivasi kaum laki-laki untuk meneliti penyebab mengapa perempuan benar-benar inferior dan lebih rendah.

Paul Broca (1824-1880), seorang fisikawan dan antroplog evolusionis, yang secara khusus tertarik pada perbedaan-perbedaan kecerdasan dan ukuran otak antara laki-laki dan perempuan, menganggap bahwa kurangnya kecerdasan perempuan disebabkan oleh ukuran otak yang lebih kecil daripada laki - laki.

Pengikut Darwin lainnya, psikolog sosial evolusionis Gustave Le Bon, menulis:

Pada ras-ras yang paling cerdas… banyak sekali perempuan yang mempunyai ukuran otak yang lebih mirip dengan otak gorila daripada otak kaum lelaki yang paling maju. Inferioritas ini demikian jelasnya hingga tak ada seorang pun yang menentang hal ini; sama sekali tidak penting untuk di diskusikan… Perempuan… mewakili bentuk-bentuk paling rendah dalam evolusi manusia dan… lebih mirip anak kecil dan orang biadab daripada seorang manusia dewasa yang beradab. Mereka unggul dalam sikap plin-plan, ketidakkonsistenan, tiadanya pikiran dan logika, dan ketidakmampuan menggunakan akal. Tak diragukan bahwa terdapat beberapa perempuan yang terkemuka… namun mereka sangat langka bagaikan kelahiran yang ganjil, seperti misalnya seekor gorila berkepala dua; karenanya, kita boleh mengabaikan mereka sepenuhnya.

Oleh karena itu, dasar-dasar pelecehan dan penghinaan fasisme terhadap kaum perempuan adalah teori Darwinisme. Perampasan hak-hak sosial perempuan yang dilakukan Mussolini, dan kebijakan Hitler untuk membangun peternakan-peternakan pengembangbi akan demi menghasilkan ras unggul serta mengharuskan para gadis remaja untuk tidur dengan tentara-tentara SS, adalah pencerminan tingkah laku fasis terhadap perempuan. Baik Darwinis maupun fasis, keduanya adalah musuh bagi kaum perempuan. Para Darwinis dan fasis memandang perempuan sebagai spesies rendah dan terbelakang, menghinakan mereka, juga menggunakan cara-cara yang diskriminatif dan menindas terhadap mereka.

Cara pandang fasis ini benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai etika Al Quran. Dalam Al Quran, Allah telah memerintahkan bahwa perempuan harus dihargai, dihormati, dan dilindungi. Allah juga telah memperlihatkan sosok-sosok perempuan teladan dengan akhlak mulia, seperti Maryam dan istri Fir‘aun. Di mata Allah, keunggulan tidak ditentukan oleh ras, jenis kelamin atau kedudukan, melainkan oleh kedekatan dengan Allah dan kekuatan iman. Dalam banyak ayat Al Quran, Allah menyatakan bahwa semua orang beriman akan mendapat pahala tanpa diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya : "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain “ (QS. Ali Imran, 3: 195)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. “ (QS. An-Nisaa, 4: 124)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “ (QS. An-Nahl, 16: 97)

Akan tetapi, sebagaimana agama diabaikan, kebenaran ini pun diabaikan, dan digantikan dengan takhyul semacam fasisme dan Darwinisme, yang membenarkan semua bentuk diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atau ras.

No comments:

Post a Comment