Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

FASIS TIMUR TENGAH: SADDAM HUSSEIN


FASIS TIMUR TENGAH: SADDAM HUSSEIN

Pada saat ini, di awal abad ke-21, banyak diktator fasis dari tahun 1960-an dan 1970-an telah menghilang. Namun, fasisme dapat mendongakkan kepalanya kapan saja, di berbagai tempat dan dalam bermacam keadaan. Timur tengah pada khususnya telah menderita oleh kekejaman berbagai rezim dan organisasi fasis. Seorang diktator fasis saat ini tengah mengancam wilayah tersebut: Saddam Hussein.

Untuk memahami karakter fasis Saddam Hussein dengan lebih baik, akan sangat berguna jika kita mengkaji masa lalunya.

Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal K assem: Saddam Hussein al -Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta.

Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.

Pemerintahan Baath berlangsung kurang dari sepuluh bulan, dan digulingkan oleh kudeta lain. Tetapi partai tersebut melakukan kudeta kedua pada 17 Juli 1968. Kali ini mereka bertahan.

Pemimpin kudeta Baath kedua adalah si ahli penyiksaan Saddam Hussein. Dia menempatkan keluarga dekatnya pada posisi-posisi kunci dalam rezim, dan akhirnya memegang kekuasaan sepenuhnya dengan menghabisi pesaing-pesaingnya. Si penyiksa tanpa rasa kasihan telah menjadi diktator Irak.

Setelah berkuasa, Saddam melanjutkan perang dan konflik terus-menerus. Pada tahun 1988, dia melancarkan sebuah serangan yang mengejutkan dan tak dapat dibenarkan terhadap Iran, dan menduduki wilayah negara itu. Perang ini berlangsung selama delapan tahun dan menelan korban ratusan ribu bangsa Irak dan Iran. Dua tahun setelah perang berakhir, dia menginvasi Kuwait, yang juga tak dapat dibenarkan, sehingga berkobarlah Perang Teluk. Seperti Hitler, yang melancarkan serangan biadab selama empat tahun untuk memperluas territorial Jerman, Saddam meneror mereka yang ada di sekitarnya.

Lebih jauh lagi, dia tanpa rasa sesal menggunakan cara-cara yang paling menindas terhadap rakyatnya sendiri. Sepanjang pemerintahannya, mereka yang dipandang sebagai penentang rezimnya, dan berbagai kelompok politik dan etnis, mengalami segala macam represi. Sebuah edisi majalah Newsweek menggambarkan karakteristik fasis Saddam sebagai berikut:

Para penentangnya menyebut Saddam tiran yang haus darah Tukang Jagal dari Baghdad. Saddam Hussein memerintah Irak dengan tangan besi, didukung oleh jutaan tentara dan legiun spion, pembunuh dan penyiksa. Saddam, sebagaimana yang dikenal di seluruh Timur Tengah, benar-benar kejam dalam mengejar kejayaan diri dan negerinya. Ia tidak pernah ragu menggunakan gas beracun untuk mengalahkan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun luar negeri.

Saddam telah begitu banyak menumpahkan darah bangsa Irak. Di akhir perang Irak-Iran, satu juta dari 17 juta rakyat Irak terbunuh dan terluka. L ebih dari satu juta orang meninggalkan negeri itu karena alasan politis dan ekonomi. Organisasi hak asasi manusia Middle East Watch menyatakan bahwa banyak orang Irak yang direlokasi atau dideportasi, ditahan dan dihukum tanpa alasan yang jelas. Selain itu, penyiksaan, eksekusi tahanan politik dan pembunuhan-pembunuhan misterius tersebar luas. Berdasarkan data Amnesti Internasional, metode-metode penyiksaan, bahkan terhadap anak-anak, meliputi memanggang korban di atas api, memotong hidung, tangan dan kaki, payudara dan alat kelamin, dan menghunjami tubuh dengan paku.

Kekejian yang dilakukan Saddam di Halabja pada tahun 1988 memperlihatkan perlakuan fasisnya terhadap rakyat dari berbagai jenis etnik. Ia menggunakan gas saraf terhadap penduduk K urdi, membunuh banyak orang tak bersalah, laki - laki dan perempuan, anak-anak dan orang tua. Amnesti Internasional melaporkan bahwa 5.000 orang Kurdi terbunuh dalam sebuah serangan gas beracun di sebuah desa Halabja, dan ribuan lainnya tewas dalam serangan serupa di tempat lain di negeri itu.

Siksaan yang dialami lawan-lawan politik Saddam bahkan lebih buruk lagi. Seorang dokter yang melarikan diri dari Irak menuturkan: Saya seorang dokter di sebuah rumah sakit di Selatan. Hanya dokter yang diperbolehkan memeriksa orang-orang yang dibawa dari penjara. Sebagian besar dari mereka hanyalah bongkahan daging, dan kebanyakan telah meninggal. Tidak ada tahanan politik yang mampu hidup setelah penyiksaan. Saya melarikan diri ketika sadar bahwa saya akan ditahan.

Bahkan keluarga dan rekan terdekat Saddam sendiri menjadi korban kekejamannya. Saudara tirinya, Barzan Tikriti, kabur ke Uni Emirat Arab karena takut akan dibunuh oleh Saddam dan putranya Uday. Dua menantu Saddam, Hussein dan Saddam Kamel, melarikan diri ke Yordania karena takut padanya. Saddam kemudian menjamin bahwa hidup mereka tidak akan terancam. Namun begitu kakak-beradik itu kembali ke Baghdad, mereka dan ayah mereka langsung dibunuh. Setelah itu, tubuh ibu mereka ditemukan terpotong-potong, semua terjadi di depan mata dunia.

Pemimpin Irak juga menggunakan cara-cara yang kejam untuk mengintimidasi para penentang yang lari dari negeri itu. Misalnya, Jenderal Najib Salihi, yang lari ke Yordania pada tahun 1995, melaporkan bahwa keluarga dekatnya diperkosa dan video rekaman pemerkosaan itu dikirim kepadanya. Ia juga mengungkapkan, hal serupa dilakukan pula terhadap banyak lagi penentang rezim itu.

Dari contoh-contoh tersebut kita dapat melihat bahwa kekuasaan Saddam di Irak seluruhnya berdasarkan intimidasi, teror dan penyiksaan, sementara rakyat di bawah rezim fasisnya hidup dalam kelaparan, pengangguran, dan kemiskinan. Anak-anak kecil sekarat akibat kelaparan dan kekurangan obat-obatan, sedangkan yang lainnya menemui ajal atau kepunahan. Walaupun begitu, rakyat tidak bersuara menentang Saddam, baik karena takut atau pengaruh hipnosis massa, justru sebaliknya menyalahkan mereka, yakni musuh-musuh Saddam, untuk kemiskinan yang mereka derita.

Pada diri Saddam, kita juga dapat melihat beberapa karakteristik fasis lainnya. Di antaranya adalah bagaimana ia membandingkan dirinya dengan diktator pagan di
masa silam, sebagaimana dilakukan Nazi dan kaum fasis lainnya. Sparta yang di pilih Saddam adalah Babilonia, sebuah kerajaan pagan di Timur Tengah kuno. Dia menganggap dan menggambarkan dirinya sebagai pewaris dari Raja Babilonia Nebukadnezar, yang tiada lawan dari ufuk hingga ke langit. Di irak, diselenggarakan upacara-upacara yang melambangkan kebangkitan Kerajaan Babilonia, dengan cara yang mengingatkan kepada berbagai upacara pagan yang dilakukan Nazi. Nebukadnezar, yang menghancurkan kuil Sulaiman dan menggiring Bani Israil ke Babilonia sebagai tawanan, dikenal sejarah dengan dua karakteristik, yakni sebagai seorang panglima yang kejam dan seorang arsitek besar. Dia juga penuh rasa bangga diri yang mendekati psikopat. Dia memerintahkan agar namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan dalam konstruksi bangunan-bangunan yang didirikannya. Saddam meniru ini, ia menyuruh namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan untuk membangun istana-istana yang ia dirikan dengan penuh gaya, walau rakyatnya tengah menderita akibat kemiskinan dan kesengsaraan yang ia timpakan.

Namun, sebagian besar rakyat Irak telah dipengaruhi secara psikologis oleh fasisme Saddam, sehingga mereka tidak menganggap pembangunan istana-istana itu sebagai suatu kesalahan atau ketidakadilan atas diri mereka. Sebaliknya, mereka memandang istana-istana ini, di mana Saddam hidup dalam kemewahan yang melimpah, sebagai bentuk kehormatan nasional, dan sesuatu yang dapat dibanggakan kepada bangsa lain.

Contoh lain dari karakter fasis Saddam adalah bahwa dia terkadang memakai kedok agama untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, walaupun ia tidak memiliki keyakinan religius.

Namun, jelaslah bahwa penggunaan simbol -simbol keagamaan untuk tujuan yang tidak sepatutnya (seperti melestarikan kekuasaan Saddam dan menyebarkan kejahatan) merupakan kemunafikan yang besar. Tugas bangsa Irak, dan tentunya juga setiap orang, tatkala berhadapan dengan fasisme, adalah tidak terpedaya oleh metode-metode propagandanya, tetapi membedakan antara orang yang ikhlas dengan kaum fasis yang berpura-pura ikhlas, dan kemudian bertindak sesuai itu. Tidak sukar untuk membedakan antara keduanya, karena seorang fasis tidak pernah menjadi seorang yang benar-benar ikhlas.

Di dalam Al Quran, Allah berfirman tentang para pemimpin yang bermuka dua ini, yang dengan kekuasaan dan kehormatan yang diperoleh dengan cara keliru, menipu rakyatnya agar puas dengan diri sendiri.

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling , ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Baqarah, 2:204-206)

No comments:

Post a Comment