Powered By Blogger

Wednesday 8 May 2013

KAIDAH-KAIDAH MENDEL


KAIDAH-KAIDAH MENDEL

Manusia tertarik oleh ilmu genetika sejak awal sejarah yang terekam dan telah diketahui bahwa sejak 6000 tahun yang silam manusia telah merekam silsilah kuda. Walaupun begitu, sampai kira-kira 120 tahun yang lalu, segala usaha untuk menjelaskan hasil rekaman silsilah itu selalu gagal, sebab peneliti-peneliti itu memusatkan perhatiannya pada terlalu banyak sifat pada suatu saat dan akibatnya tidak dapat membedakan mana hutan mana pohon (tak dapat melihat persoalan). Seorang ilmuwan Austria, yang bernama Gregor Mendel (1822-1884) adalah orang yang mula-mula dapat merumuskan kaidah dasar kebakaan dan mencatat penemuannya itu dalam suatu karya ilmiah yang diterbitkan pada tahun 1866. Percobaan-percobaan Mendel seluruhnya dikerjakan pada tumbuhan, terutama Pisum sativum (satu macam ercis), tetapi kesimpulannya kini dapat diterapkan pada hampir semua bentuk makhluk hidup. Tidak seperti peneliti-peneliti terdahulu, Mendel membatasi perhatiannya pada penurunan (transmission) satu atau beberapa sifat dalam eksperimen penangkaran yang terencana, yaitu suatu eksperimen yang tumbuhan induknya memperlihatkan satu atau lebih sifat yang sama tetapi dengan ekspresi yang kontras ditangkarsilangkan (cross-bred) atau disilangkan, dan catatan yang teliti dari hasil silangannya selama beberapa generasi disimpan dengan baik. Keberhasilan Mendel terutama disebabkan oleh cara pendekatan terhadap masalah yang dilakukan secara logis. Hasil-hasil pengamatannya, ia lakukan bukan hanya diterangkan melalui metode pendekatan, tetapi juga melalui saran-sarannya tentang unsur khusus yang berkaitan dengan apa yang kini disebut gen. Ia telah mencapai kemajuan yang luar biasa ke arah pemahaman yang nyata tentang kebakaan. Kehebatan sumbangan Mendel bukan terletak pada pengamatannya, tetapi pada cara mengambil kesimpulan. Analisisnya yang teoritis tentang kebakaan itu berada jauh ke depan dari masanya dan ia sangat kecewa bahwa semasa hidupnya hasii karyanya dilupakan orang. Baru pada tahun 1900, hasil-hasil Mendel dibaca oleh para ahli sehingga diketahui betapa pentingnya karya Mendel, sehingga Mendel menjadi terkenal di seluruh dunia dalam beberapa bulan saja. Sejak penemuan kembali karya Mendel itu, genetika menjadi salah satu cabang utama biologi, yang mempengaruhi setiap aspek biologi, dari mulai proses-proses biokimia dalam sel dan perilaku virus di satu pihak sampai perilaku populasi dan jalannya evolusi di lain pihak. Konsep tentang gen sebagai suatu faktor kebakaan tak disangsikan lagi merupakan salah satu dasar biologi modern, yang pentingnya sebanding dengan konsep sel dan konsep evolusi. Dari caranya Mendel menangani program penangkaran jelaslah bahwa ia menyadari adanya dua persyaratan praktis bagi keberhasilan perencanaan suaru percobaan yang kritis tentang kebakaan dari setiap organisme yang bereproduksi secara kawin. Pertama, persilangan harus dilakukan antar tetua yang memiliki sifat yang sama tetapi memperlihatkan penampilan yang kontras. Jika umpamanya kita ingin mempelajari sesuatu tentang kebakaan sifat pendeknya batang pada tumbuhan tertentu, kita harus menyilangkan suatu individu yang memiliki batang yang ukurannya normal dengan individu yang batangnya pendek, sedangkan semua sifat lainnya kira kesampingkan. Persyaratan kedua ialah bahwa masing-masing tetuanya harus berasal dari galur penangkaran murni (yaitu suatu galur individu yang berbiak sejati bagi sifat-sifat yang sedang diamati), sebab jika persyaratan ini tidak terpenuhi, perbedaan apa pun yang tampak pada keturunannya tak dapat dianggap berasal dari perbedaan turun-temurun antara tetuanya.'Galur murni' yang demikian hanya dapat diperoleh dengan pasti pada organisme yang mengadakan perkawinan sindiri secara terarur (yang dalam hal tumbuhan berbunga berarti bahwa setiap bunga secara teratur diserbuk oleh serbuk sarinya sendiri).

No comments:

Post a Comment