Powered By Blogger

Wednesday 1 May 2013

PERNYATAAN BAHWA SIMPANSE DAN MANUSIA BERKERABAT ATAU MEMILIKI HUBUNGAN GENETIKA ADALAH TIDAK BENAR


PERNYATAAN BAHWA SIMPANSE DAN MANUSIA BERKERABAT ATAU MEMILIKI HUBUNGAN GENETIKA ADALAH TIDAK BENAR

Tepat pada bagian awal film ini terdapat pernyataan bahwa simpanse adalah “Kerabat Spesies” manusia dan dikatakan bahwa para ilmuwan menyadari kemiripan-kemiripan antara kedua spesies sebelum kemiripan genetika mereka dapat dibuktikan.

Pandangan Teve National Geographic TV’s tentang monyet sebagai “Kerabat Spesies” manusia tidak lebih dari prasangka pendukung Darwin dan tidak berdasar pada penemuanpenemuan ilmiah. Sama sekali tidak ada bukti yang mendukung pernyataan bahwa manusia dan kera berevolusi dari satu nenek moyang. Menghadapi gambaran yang dihasilkan oleh catatan fosil, palaentologis evolusionis mengakui bahwa mereka telah meninggalkan harapan untuk menemukan “rantai yang hilang” antara manusia dan simpanse.

Pengakuan bahwa “kemiripan genetis” antara manusia dan kera telah dipastikan merupakan sebuah penipuan, murni dan sederhana. Kemiripan genetik adalah sebuah skenario yang dihasilkan dari penyimpangan data mengenai DNA manusia dan simpanse dengan maksud mendukung Darwinisme. Meskipun demikian, skenario ini memang busuk sampai akar-akarnya, karena mengakui bahwa DNA muncul dengan cara mutasi evolusi acak. Meskipun demikian, kenyataannya adalah efek mutasi pada organisme, tidak dapat dipungkiri, membahayakan, dan bahkan sebagian dari hasil mutasi berakibat fatal. DNA mengandung informasi berarti yang
terekam dalam suatu sistem sandi istimewa. Mutasi acak tidak mungkin dapat menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme dan merubahnya menjadi spesies baru. Seluruh eksperimen dan observasi tentang mutasi menunjukkan hal tersebut.

Lebih lanjut, kesalahan angka yang diajukan dalam propaganda kemiripan genetik ini juga telah muncul dalam penemuan-penemuan ilmiah baru dalam bulan-bulan terakhir. Penemuan oleh ahli genetika California Institute of Technology telah menunjukkan bahwa perbedaan genetik antara manusia dan simpanse tiga kali lebih besar dibandingkan yang selama ini telah dipernyataan. Telah ditunjukkan bahwa tidak ada bukti ilmiah mengenai hal yang sangat sering ditekankan dalam propaganda evolusionis. (Untuk lebih detilnya mengenai penemuan ilmiah yang telah mengehancurkan skenario evolusi manusia, lihat Darwinism Refuted (Sangkalan Terhadap Darwinisme) oleh Harun Yahya di www.harunyahya.com dibawah subtopik Refutation of Darwinism (Penyangkalan terhadap Darwinisme).)

Dokumenter Televisi National Geographic, My Favorite Monkey, menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kemiripan faal, dan hal ini dilihat sebagai bukti evolusi. Diberikan ruang bagi seorang dokter hewan untuk berkomentar mengenai seekor monyet yang dibawa kepadanya untuk pengobatan. Dokter hewan ini menyatakan bahwa beberapa obat yang digunakannya pada monyet itu sebenarnya adalah obat untuk manusia, dan mengutip hal tersebut sebagai bukti bahwa kedua spesies tersebut memiliki hubungan kekerabatan.

Meskipun demikian, kenyataan bahwa obat-obatan terbukti ampuh pada kedua spesies tidak memberikan bukti apapun bagi teori evolusi. Perbandingan semata-mata dibuat seseorang sesuai dengan persangkaan-persangkaan pengikut Darwin. Secara alami zat-zat kimia serupa memang seharusnya berguna untuk manusia dan kera. Kedua spesies hidup di biosfir yang sama dan memiliki molekul-molekul organik berdasar karbon yang sama. Kesamaan struktur ini bukan hanya dimiliki manusia dan kera, tapi juga seluruh alam. Misalnya, manusia memproduksi obat-obatan dari darah kepiting ladam (“horseshoe crab”). Namun bukan berarti manusia dan kepiting ladam memiliki hubungan kerabat.

Di sisi lain, transplantasi ginjal yang dilakukan dari simpanse ke manusia menunjukan pukulan telak bagi pernyataan mengenai kemiripan fungsi faal tubuh. Dr. Keith Reemtsma dari Tulane University melakukan lebih dari selusin transplantasi dari simpanse ke manusia pada tahun 1963, namun semua pasiennya meninggal. Hal itu disebabkan metabolisme simpanse bekerja lebih cepat, oleh alasan tersebut sehingga menyebabkan sel-sel dalam jaringan ginjal simpanse menyerap air dengan cepat dalam tubuh manusia penerima organ.

No comments:

Post a Comment