Powered By Blogger

Saturday 4 May 2013

NEO-PAGANISME DAN KELAHIRAN FASISME


NEO-PAGANISME DAN KELAHIRAN FASISME

Meskipun ditekan oleh agama Kristen, paganisme Eropa tidak mati begitu saja. Paganisme mampu bertahan dengan kedok berbagai bentuk pengajaran, gerakan, dan perkumpulan rahasia, seperti kaum Freemason, dan muncul kembali dalam bentuk nyata di Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Sejumlah pemikir Eropa, yang dipengaruhi oleh karya-karya para filsuf Yunani kuno seperti Plato atau Aristoteles, mulai menghidupkan kembali konsep-konsep dari dunia pagan.

Arus neo-pagan ini kian berpengaruh, dan pada abad ke-19 mampu mengungguli agama Kristen serta mengokohkan diri di Eropa. Akan sangat bermanfaat di sini bagi kita untuk menelaah garis besar proses panjang ini, tanpa harus membahas detailnya.

Barisan depan gerakan neo-pagan adalah para pemikir yang dikenal sebagaihumanis. Di bawah pengaruh sumber-sumber Yunani kuno, mereka mencoba untuk menyebarkan filsafat pagan dari para filsuf seperti Plato dan Aristoteles. Keyakinan yang mereka sebut sebagai humanisme merupakan filsafat menyimpang yang mengingkari keberadaan Tuhan dan pertanggungjawaban manusia terhadap-Nya, dan alih-alih menganggap manusia sebagai makhluk yang agung, superior, dan independen. Pengaruh-pengaruh humanisme menjangkau aspek-aspek yang lebih luas bersama filsafat Pencerahan pada abad ke-17 dan ke-18. Para filsuf Pencerahan dipengaruhi oleh materialisme dan membela habis-habisan gagasan yang berkembang di zaman Yunani kuno ini. (Materialisme adalah filsafat dogmatis yang digagas oleh para pemikir Yunani seperti Leusipus dan Demokritus, mendalilkan bahwa hanya materi yang ada).

Kelahiran kembali paganisme terlihat jelas dalam Revolusi Prancis, yang diterima secara luas sebagai hasil-akhir politis dari filsafat Pencerahan. Kaum Jacobin, yang memimpin periode teroris berdarah dari Revolusi Prancis, dipengaruhi oleh paganisme dan memendam kebencian luar biasa terhadap kaum Kristen. Akibat propaganda intensif para Jacobin selama masa-masa terdahsyat dalam revolusi, tersebar luaslah gerakan penolakan atas agama Kristen. Bersamaan pula, berdirilah sebuah agama akal baru yang di dasarkan pada simbol - simbol pagan, alih-alih pada agama Kristen. Gelagat awalnya terlihat dalam peribadatan revolusioner dalam Festival Federasi pada 14 Juli 1790, yang kemudian makin meluas. Robespierre, pemimpin kaum Jacobin yang kejam, memperkenalkan aturan-aturan baru untukperibadatan revolusioner dan menyusun prinsip-prinsipnya dalam sebuah laporan yang berjudul Sekte Makhluk Tertinggi. Hasil terpenting dari perkembangan ini adalah perubahan katedral Notre Dame yang terkenal menj adi sebuah kuil akal budi. Ikon-ikon suci Kristen diturunkan dari dindingnya, dan di tengah-tengahnya ditegakkan sebuah patung wanita yang disebut dewi akal budi, atau dengan kata lain, sebuah berhala pagan.

Kecenderungan-kecenderungan pagan ini terlihat pada diri para revolusioner melalui berbagai simbol. Topi kemerdekaan yang dipakai oleh para garda revolusioner Revolusi Prancis dan seringkali menjadi simbol revolusi, bersumber dari
dunia pagan dan penyembahan terhadap Mitra.

Kelahiran kembali paganisme, dan awal dominasi intelektualnya di Eropa, juga memberi jalan bagi kelahiran kembali fasisme, sebuah sistem yang mengakar di dunia pagan. K enyataannya, Nazi Jerman, dengan sistemnya yang mengingatkan pada sistem yang dipraktikkan di Sparta, didasarkan pada paganisme. Untuk perkembangan ini, diperlukan sejumlah perubahan kultural yang mendasar antara Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18 dan Nazi Jerman pada awal abad ke-20. Berbagai perubahan penting ini dibawa oleh sejumlah pemikir selama abad ke-19. Yang paling penting di antara mereka adalah Charles Darwin.

No comments:

Post a Comment