Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

POLITIK PENDUDUKAN FASISME


POLITIK PENDUDUKAN FASISME

Ciri khas lain yang tanpanya Fasisme tidak akan mampu bertahan adalah politik ekspansi dengan cara menduduki negara lain. Dasar politik invasi ini adalah rasisme, dan konsep perjuangan untuk bertahan hidup di antara ras-ras, sebuah warisan dari Darwinisme. Negara-negara fasis percaya bahwa untuk berkembang sebagai sebuah bangsa, mereka harus menguasai bangsa-bangsa lain yang lebih lemah, dan tumbuh dengan mengisap mereka.

Menurut cara berpikir fasis, manusia hanya bisa maju dengan melibatkan diri di dalam peperangan. Oleh karena itu, “militerisme” adalah karakteristik fasisme yang paling menentukan. Untuk mendorong semangat perang ini, partai - partai fasis berusaha untuk mengesankan rakyat dengan pakaian-pakaian seragam dan upacara-upacara yang megah. Dalam ucapan Mussolini, Fasisme… tidak percaya pada kemungkinan ataupun kegunaan perdamaian abadi. Hanya perang yang membangkitkan seluruh energi manusia hingga ke tingkat tertinggi dan memberi martabat bagi orang yang punya keberanian untuk mencapainya.

Mussolini mengungkapkan penentangan terhadap perdamaian dalam pidatonya yang lain, Aku tidak percaya pada perdamaian, dan aku memandang perdamaian menghilangkan semangat dan merupakan sebuah sangkalan terhadap seluruh kebaikan manusia.

Mussolini menimbulkan penderitaan yang sangat besar, baik pada rakyatnya sendiri maupun pada negara-negara yang dia duduki, atas nama ideologi. Dia menginvasi Ethiopia (Abesinia) tahun 1935, dan 15.000 muslim tak berdosa dibunuh demi mewuj udkan mimpi membangun kembali Kekaisaran Romawi. Ia sama sekali tidak merasa menyesal telah memerintahkan penembakan terhadap orang-orang sipil yang melawan pendudukan. Dia juga bertanggung jawab atas kekejaman yang mengerikan berupa penggunaan gas beracun terhadap rakyat sipil.

Catatan paling memilukan dari politik pendudukan fasisme, tentu saja, adalah Nazi Jerman. Nazi mengklaim bahwa bangsa Jerman, yakni ras yang berkuasa, membutuhkan ruang untuk hidup di luar batas negara Jerman, dan atas alasan itu memicu Perang Dunia II. Hanya dalam waktu singkat, Angkatan Darat Jerman telah menduduki Polandia, Belgia, negara-negara Baltik, Prancis, semenanjung Balkan dan Afrika Utara, menyerbu Rusia hingga ke Moskow, dan dari sana menuju Laut Kaspia.Pembunuhan ini, yang pada akhirnya memuncak menjadi sebuah petaka bagi rakyat Jerman dan negara-negara pendudukan, menyebabkan tewasnya 55 juta jiwa, dan merupakan warisan fasisme paling berdarah di abad ke-20.

No comments:

Post a Comment