Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

KEGANDRUNGAN FASIS TERHADAP KEKERASAN


KEGANDRUNGAN FASIS TERHADAP KEKERASAN


Dalam sebuah laporan berjudul "Orang Inggris di Afrika Kekurangan Dorongan Pembunuh" yang diterbitkan The New York Times pada 24 Juni 1942, James Aldridge 
menggambarkan pandangan Nazi tentang perang dan pembunuhan dalam kalimat-kalimat 
berikut:


Para komandan pasukan Jerman adalah ilmuwan-ilmuwan yang terus menerus 
bereksperimen dan meningkatkan formula pembunuhan yang matematis dan keras. 
Mereka dilatih bagaikan para ahli matematika, insinyur dan ahli kimia yang 
berhadapan dengan berbagai masalah rumit. Tidak ada nilai seni di dalamnya, tidak 
juga imajinasi. Bagi mereka, perang adalah ilmu alam semata. Tentara Jerman dilatih 
dengan psikologi pencari jejak berani mati. Ia adalah pembunuh profesional tanpa 
rasa ragu. Ia percaya bahwa ia adalah yang manusia terkuat di muka bumi.

Model "pembunuh profesional" yang di gunakan ol eh Nazi ini adalah ciri umum 
fasisme. Kaum fasis memandang penggunaan kekuatan dan kekerasan sebagai tujuan 
itu sendiri. Pengaruh Darwinisme memainkan peranan penting di sini. Takhyul 
Darwinis bahwa manusia hanyalah pengembangan dari hewan, dan bahwa hanya 
yang kuat yang mampu bertahan hidup, sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika. 
Cinta dan kasih sayang digantikan oleh rasa agresi, membalas dendam dan merebut, 
perasaan yang diperlihatkan kepada manusia sebagai kebutuhan ilmiah.



Kaum fasis menganggap konflik sebagai hukum alam, dan percaya bahwa 
perdamaian, keamanan dan ketenangan merintangi kemajuan umat manusia. Kata-kata 
Mussolini saat membuka Sekolah Propaganda dan Budaya Fasis di Milan tahun 
1921, merupakan sebuah indikasi tentang ini; ia menyebut aksi sebagai kekuatan 
yang akan membawa fasisme menuju kemenangan.



Berbagai aksi kekerasan, penghancuran, penyerangan, dan peperangan itulah 
yang menjaga semangat juang kaum fasis tetap tinggi. Semua ini benar-benar 
bertolak belakang dari perdamaian, persaudaraan, dan ketenangan.



Kebodohan kaum fasis juga memegang peran sangat penting dalam 
kecenderungan mereka akan kekerasan. Karena itulah Hitler membutuhkan tentara 
tempur, bukan para intelektual, dalam rezim rasisnya.



Berbagai aksi kekerasan Nazi dibawa ke tujuan itu melalui organisasi -organisasi 
yang dibentuk khusus. Yang paling pertama adalah SA (Sturmabteilung, atau Pasukan 
Badai) yang dibentuk tahun 1920, dan mencapai kualitas paramiliter pada tahun 1921. 
Banyak sekali penjahat jalanan yang tergabung dalam barisan SA. K elompok ini juga 
dikenal sebagai pasukan "Kemeja Coklat", dan di pimpin oleh Ernst Röhm, yang 
terkenal dengan pembawaan psikopatiknya (dan kecenderungan homoseksualnya). 
SA melakukan tindakan terorisme yang tak terhitung jumlahnya selama tahun 1920-
an untuk memperkuat Partai Nazi. Unit-unit SA melakukan berbagai serangan 
mendadak terhadap para penentang Nazi, menumpahkan darah dalam perkelahian 
jalanan, dan menyiksa para penentang yang mereka jadikan "tawanan perang". Hitler 
sangat membanggakan kekejaman SA. Dalam buku Mein Kampf, ia melukiskan sebuah
penyerangan yang "sukses" terhadap penentang Nazi:

Ketika aku memasuki ruang depan Hofbräuhaus (aula bir) pada pukul delapan 
seperempat, tidak ada keraguan lagi atas tujuan yang ada. Ruangan itu begitu padat 
dan karenanya telah ditutup ol eh polisi… Sekelompok kecil SA menantiku di ruang 
depan. Aku memerintahkan pintu-pintu menuju ruang besar ditutup dan menyuruh 
45 atau 46 orang untuk berbaris… pasukan badaiku begitulah mereka disebut sejak 
saat itu menyerang. Bagaikan serigala, mereka menyerbu musuh dalam kelompok 
delapan atau sepuluh orang berkali-kali, dan sedikit demi sedikit mulai melempar
mereka keluar dari ruangan. Setelah lima menit saja, aku hampir tak melihat satu 
orang pun yang tubuhnya tak tertutupi darah.



SA mulai kehilangan pamor saat Nazi berkuasa, dan SS (Schutzstaffel, atau 
Detasemen Pengawal) yang lebih profesional, dengan disiplin militernya, mulai naik 
daun. Kesatuan ini memakai seragam hitam. Para pemuda diseleksi berdasarkan "
kriteria ras" untuk menj adi anggota SS. Mereka harus memiliki ciri -ciri ras Aria. 
Waffen-SS adalah sayap militer dari SS. Totenkopf, atau Kepala Maut, divisi dalam 
Waffen-SS sangat terkenal dengan kekejamannya, dan ditarik untuk mengelola kamp-kamp 
konsentrasi.



Kamp-kamp serupa juga dibangun oleh Mussolini, dan 18.000 dari 35.000 orang 
yang dijebloskan ke dalam "kamp-kamp pembasmian" ini mati di bunuh. Masih 
banyak lagi kematian dan pembunuhan lainnya, serta pembunuhan yang tak 
terbongkar selama periode fasis di Italia. Mussolini mengakui kekejaman fasisme ini 
dalam salah satu pidatonya: "Fasisme bukan lagi pembebasan, melainkan tirani, 
bukan lagi pengawal bangsa, melainkan bagi kepentingan-kepenti ngan pribadi."



Contoh-contoh kekejaman seperti itu juga dapat ditemui saat Franco berkuasa 
di Spanyol. Bahkan saat perang saudara baru berawal, cara-cara bengis yang 
digunakan Franco telah menarik perhatian. Misalnya, di sebuah desa gunung di utara 
Madrid, 18 orang ditangkap karena memberikan suara kepada Front Populer. Setelah 
ditanyai, 13 orang diantaranya dibawa keluar desa dengan sebuah lori dan dibunuh di 
pinggir jalan. Saat kaum fasis memasuki kota kecil di Loro del Rio yang berpopulasi 
11.000 jiwa dekat Seville, mereka membunuh lebih dari 300 orang. Penindasan 
utamanya berbentuk kekerasan di kota-kota. Begitu meluasnya sehingga jumlah 
orang yang dibunuh bahkan tidak diketahui pasti hingga saat ini.48 Franco telah 
memerintahkan pembunuhan ribuan rakyatnya sendiri, bahkan termasuk orang-orang 
tua, wanita dan anak-anak. Ucapan seorang anggota perlawanan anti -Franco pada 
bulan Juni 1936 menggambarkan situasi ini:



Ribuan orang disiksa, wanita-wanita yang menolak menyerahkan orang-orang 
kecintaan mereka digantung terbalik, anak-anak ditembak, dan para ibu yang 
menyaksikan penyiksaan anak-anak mereka menj adi gila…



Franco menyeret Spanyol kepada perang saudara yang mengerikan. Saudara 
memerangi saudara, ayah memerangi anak. Rata-rata 500 orang mati setiap harinya. 
Aksi-aksi kekejaman, pembantaian, penyiksaan massal, dan pembunuhan 
berlangsung tanpa akhir. Perang Saudara Spanyol telah menyebabkan 600.000 orang 
mati dalam kebangkitannya.



Hitler dan Mussolini menggunakan Spanyol sebagai sebuah laboratorium, 
ladang percobaan bagi pasukan dan senjata baru.  Contoh paling mengerikan 
adalah sebuah desa yang dihadiahkan Franco pada Hitler sebagai balas jasa atas 
bantuannya. Pada 5 Mei 1937 pagi hari, penduduk desa di Guernica ditumpas habis 
oleh pesawat-pesawat terbang pembom besar buatan teknologi Nazi. Franco 
menjadikan desa kecil itu sebagai lahan uji coba pesawat-pesawat Nazi.

No comments:

Post a Comment