Powered By Blogger

Tuesday 28 May 2013

TEORI EVOLUSI HUGO DE VRIES

TEORI EVOLUSI HUGO DE VRIES

Bagi kalangan akademisi yang bergelut di bidang botani dan genetika tentu mengenal Hugo de Vries. Dia adalah seorang ahli botani dan genetika yang lahir pada tanggal 16 Februari 1848, di Haarlem, Belanda. Haarlem adalah sebuah daerah di Belanda yang kaya dengan tumbuhan hidup. Dari kota tersebut Hugo de Vries mulai mengenal dunia tumbuhan. Hugo de Vries menempuh pendidikan pertama kali di sebuah sekolah Baptis swasta di Haarlem. Saat beranjak dewasa, Hugo de Vries menempuh pendidikan di De Vries gimnasium (atau SMU) Den Haag, kemudian meneruskan ke Universitas Leiden pada tahun 1866. Di sini, ia membaca dua karya yang sangat merangsang minat dalam botani: Darwin Origin of Species (1859) dan Julius Sachs 'Textbook of Botany (1868).

Dari kedua buku tersebut Hugo de Vries menilai bahwa Darwin tidak dapat mengidentifikasi apa yang menyebabkan evolusi, dan perubahan dalam organisme. De Vries kemudian bertekad untuk mengembangkan teori sendiri. Salah satu penemuan fenomenal dari Hugo de Vries membahas teori karakteristik keturunan yang merupakan unit independen. Hugo de Vries beranggapan bahwa mereka tidak bisa "dicampur" seperti dua cairan. Ia menegaskan bahwa setiap karakteristik diekspresikan secara fisik, dan ia disebut bahwa representasi fisik suatu pangene.
          
Teori yang dikemukakan oleh Hugo de Vries tersebut sangat mirip dengan teori modern keturunan, yaitu pangenes tumbuh dan membelah menjadi dua pangenes baru; satu set pangenes diteruskan ke keturunan; pangene dapat aktif atau laten; beberapa karakteristik dapat diwakili oleh lebih dari satu pangene. Pada akhirnya penemuan dari Hugo de Vries ini didokumentasikan oleh Gregor Mendel, seorang biarawan Austria. Langkah Gregor Mendel tersebut menciptakan kehebohan di kalangan ilmuwan, dan banyak berbondong-bondong untuk menyelidiki. Namun de Vries merasa ada yang belum lengkap. Terutama mengenai pembahasan hukum segregasi yang dikemukakan Mendel dari teori awalnya.

Dalam hukum tersebut, Mendel menjelaskan bagaimana ciri-ciri yang ada didistribusikan untuk menciptakan variasi, tetapi bukan bagaimana spesies baru berasal. Kemudian De Vries melengkapi dalam teorinya bahwa evolusi terjadi dalam lompatan mendadak karena mutasi, tidak secara bertahap bertahap seperti yang disarankan oleh Darwin. Dia percaya suatu spesies mutan diproduksi pada kurun waktu yang relatif singkat evolusi sepanjang hidup, dan hanya berguna atau "progresif" karakteristik berkontribusi pada evolusi dari spesies. Teori ini dijelaskan oleh Hugo de Vries dalam bukunya Die Mutationstheorie (Teori Mutasi), selesai tahun 1903. Dari penemuan inilah kemudian pembahasan dan pengkajian mengenai botani dan genetika menjadi berkembang pesat. Teori yang ditemukan oleh Hugo de Vries menjadi dasar teori utama bagi peneliti di bidang botani dan genetika di seluruh dunia.

Menurut Hugo, evolusi itu berlangsung karena munculnya suatu seri perubahan dalam plasma benih (perubahan-perubahan) genetik yang di sebut mutasi. Perubahan-perubahan itu mungkin sangat besar atau sangat kecil, tetapi perubahan-perubahan itu tidak ekivalen (setara dengan variasi individual). Sejak tahun 1875 para ahli botani mempelajari proses-proses dalam plasma sel benih dan hubungannya dengan reproduksi. Dari hasil penelitian diperoleh asal-usul dari variasi yang diwariskan dan sitogenik atau proses-proses genetik yang semuanya penting dalam pengertian proses evolusi. Pokok-pokok mutasi itu dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Kromosom-kromosom dalam inti sel mengandung gen-gen ultramikroskopis dan tersusun Linier. Gen-gen itu bertanggung jawab tentang perkembangan karakteristik dalam tiap individu.
  2. Meosis memisahkan anggota pasangan kromosom yang homolog dan membagi dua jumlah total untuk tiap gamet.
  3. Fertilisasi persatuan secara ranom 2 gamet, berasal dari kelamin yang berbeda, menyatukan kromosom-kromosom yang terpisah secara pilihan yang berasal dari orang tuanya, menghasilkan individu-individu yang berbeda kombinasi gennya.
  4. Ini merupakan perubahan dalam plasma sel benih atau ada mutasi dalam gen-gen dan ada penataan kembali kromosom. Kedua proses itu menghasilkan perubahan pemilihan karakteristik yang diteruskan pada generasi berikutnya.
Mutasi ini dapat dengan jelas terlihat pada lalat buah, dan jelas berlangsung dalam alam. Ini berarti selalu terjadi mutasi, muncul individu-individu baru, sehingga populasi spesies itu akan menjadi heterozigot tinggi (Sihombing, dkk :2007).

No comments:

Post a Comment