Powered By Blogger

Thursday 2 May 2013

TINGKAH LAKU YANG BERTUJUAN MEMPERTAHANKAN POSISI SOSIAL BUKAN BUKTI EVOLUSI


TINGKAH LAKU YANG BERTUJUAN MEMPERTAHANKAN POSISI SOSIAL BUKAN BUKTI EVOLUSI

Menggunakan beberapa sisi tingkah laku simpanse sebagai model, Discovery Channel mencoba untuk menunjukkan hubungan mereka dengan manusia. Dokumenter ini menjelaskan bagaimana seekor simpanse mencoba berteman dengan simpanse lain dengan mempengaruhinya, bagaimana ia menyerang hewan lain yang mengganggu komunitasnya, sehingga menyampaikan pesan bahwa “musuh temanku adalah musuhku”. Namun, contoh ini merupakan perbandingan berdasarkan prasangka belaka; kesamaan antara kita dengan simpanse adalah, kita memahami arti komunikasi dan ini dapat membahayakan posisi sosial kita.

Kenyataan bahwa manusia dan simpanse menunjukkan persamaan tingkah laku tidak dapat diajukan sebagai bukti hubungan evolusi antara keduanya. Pertunjukan kekuatan seperti ini dapat juga dilihat pada hewan lain. Gajah misalnya, tidak membolehkan gajah lain memasuki daerah yang menjadi wilayah kawanannya. Dan, gajah yang memenangkan pertarungan untuk menjadi pemimpin kawanan diakui sebagain pemimpin baru oleh anggota masyarakat lainnya. Dengan kata lain, sebagaimana halnya simpanse, banyak makhluk hidup lainnya yang dapat mengirim pesan ke anggota kawanan lain untuk mempertahankan posisi sosial mereka. Namun, kenyataan bahwa gajah seperti manusia, menganggap penting posisi sosial mereka, tentu saja tidak berarti keduanya memiliki hubungan evolusi.

Discovery Channel juga terlibat dengan propaganda Darwinis dengan menyatakan dalam narasi yang menyertai gambaran sekelompok simpanse, bahwa manusia berpisah dari simpanse sekitar 6 juta tahun yang lalu dan berevolusi sebagai cabang primata tersendiri. Namun, kenyataannya, sebagaimana halnya spesies lain di alam, manusia dan simpanse adalah makhluk yang benar-benar berbeda. Pernyataan bahwa mereka berpisah satu sama lain 6 juta tahun yang lalu melalui proses evolusi tidak memiliki dasar ilmiah, dan hanya merupakan asumsi Darwinis. Bukti ilmiah telah mengungkapkan bahwa pentingnya fosil yang diajukan sebagai bukti skenario ini telah diselewengkan. Fosil-fosil ini bukanlah spesies peralihan, namun peninggalan ras manusia yang telah punah atau spesies kera. (Untuk runtuhnya skenario evolusi manusia, lihat Harun Yahya, The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 2003.)

No comments:

Post a Comment