Powered By Blogger

Saturday 4 May 2013

ERNST HAECKEL: TEORITISI NAZI YANG RASIS


ERNST HAECKEL: TEORITISI NAZI YANG RASIS

Nama terakhir di ujung jalan dari Darwin hingga Nazi yang harus kita cermati adalah ahli zoologi Ernst Haeckel, Darwinis paling terkenal di Jerman dan pendukung fanatik egenetika.

Dalam sejarah ilmu pengetahuan, Haeckel dikenal karena teorinya bahwa "ontogeni mengulangi filogeni". Dengan teori evolusioner ini, Haeckel menyatakan bahwa perkembangan embri o mengul angi "sejarah evolusi". Ia mengira tahap-tahap perkembangan embrionik mengulangi tahap-tahap dewasa dari nenek moyang suatu spesies. Untuk mendukung teorinya, yang ia kembangkan di bawah pengaruh Darwin, Haeckel membuat sejumlah gambar embrio. K elak diketahui bahwa ia telah melakukan distorsi yang disengaja terhadap gambar-gambar itu, dan teorinya tak lain dari sebuah pemalsuan. Haeckel adalah seorang "tukang obat" yang menggunakan bukti-bukti yang palsu agar Darwinisme diterima secara ilmiah.

Contoh lain dari sains keliru yang dikemukakan Haeckel adalah teori egenetika. Ia mengambil teori ini dari orang-orang seperti Charles Darwin, Francis Galton dan Leonard Darwin, dan mengembangkannya lebih lanjut, dengan menganjurkan untuk berpaling kepada model bangsa Sparta di Y unani kuno: Dengan kata lain, untuk membunuhi anak-anak! Dalam bukunya Keajaiban Hidup, tanpa ragu-ragu Haeckel mengusulkan "pemusnahan bayi-bayi baru lahir yang abnormal", dan mengklaim bahwa tindakan itu "tak dapat di gol ongkan sebagai pembunuhan", karena anak-anak ini belum memiliki kesadaran.

Haeckel menghendaki semua orang sakit dan cacat yang bisa menjadi rintangan bagi evolusi masyarakat tidak hanya anak-anak untuk dilenyapkan sebagai tuntutan "hukum evolusi". Ia menentang perawatan orang-orang sakit, dengan menyatakan bahwa hal ini menghalangi bekerjanya seleksi alam. Ia mengeluh bahwa "ratusan dari ribuan orang yang tak tersembuhkan orang gila, penderita kusta, kanker dan lain-lain secara artifisial dibiarkan hidup dalam masyarakat modern kita… tanpa keuntungan sedikit pun bagi mereka sendiri atau masyarakat umum". Lebih jauh, ia menganjurkan bahwa sebuah komisi harus di bentuk untuk memutuskan nasib individu. Atas keputusan komisi ini "penyelamatan dari kejahatan" dapat dicapai dengan satu dosis racun yang cepat kerjanya dan tanpa rasa sakit."

Kebiadaban yang menjadi dasar bagi teori Haeckel ini, dipraktikkan oleh Nazi Jerman. Tak lama setelah berkuasa, kaum Nazi membuat sebuah kebijakan egenetika resmi. Orang-orang yang sakit jiwa, cacat, buta sejak lahir, dan penderita penyakit turunan, dikumpulkan dalam "pusat-pusat sterilisasi". Orang-orang ini dianggap sebagai parasit yang merusak kemurnian ras Jerman dan kemajuan evolusionernya. Beberapa lama setelah dipisahkan dari masyarakat, mereka akhirnya dibunuh atas perintah khusus dari Hitler.

Merupakan fakta yang telah dikenal luas, dinyatakan oleh banyak sejarawan yang telah mempelajari masalah ini, bahwa gagasan-gagasan Ernst Haeckel, dan ideologi Darwinis pada umumnya, adalah dasar ideologis bagi Nazisme. Dalam bukunya The Scientific Origins of National Socialism: Social Darwinism in Ernst Haeckel and the German Monist League, sejarawan Amerika Daniel Gasman mengajukan banyak bukti. Menurut Gasman, Haeckel "menjadi salah seorang idealis Jerman yang utama untuk rasisme, nasionalisme dan imperialisme." Haeckel meninggalkan warisan organisasional dan ideologis bagi Nazisme. Di satu sisi ia mengembangkan teori egenetika dan rasisme, dan di sisi lain ia membangun sebuah perkumpulan ateis "Monist League", yang memegang peranan utama dalam akibat yang ditimbulkan kaum Nazi terhadap masyarakat golongan terpelajar.

Ben Macintyre, sejarawan Cambridge dan jurnalis London Times menjelaskan pemikiran Darwinis yang diwariskan Haeckel bagi kaum Nazi:

Ahli embriologi Jerman Haeckel dan Monist League-nya mengatakan pada dunia, dan khususnya Jerman, bahwa seluruh sejarah bangsa-bangsa dapat dijelaskan melalui seleksi alam: Hitler dan teori sintingnya mengubah ilmu semu ini menjadi politik, dengan berupaya untuk menghancurkan seluruh ras atas nama kemurnian rasial dan perjuangan untuk hidup… Hitler menamakan bukunya Mein Kampf, "Perjuanganku," yang menggaungkan terjemahan Haeckel atas ungkapan Darwin "perjuangan untuk bertahan hidup".

Pengaruh Darwinis terhadap akar Nazisme dan ideologi-ideologi fasis lain akan dibahas secara lebih mendetail dalam bagian selanjutnya dari buku ini.

No comments:

Post a Comment