Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

TEKNOLOGI DI MATA DAN TELINGA


TEKNOLOGI DI MATA DAN TELINGA

Sebelum berlanjut ke topik tentang mata, mari kita jawab secara singkat pertanyaan bagaimana kita melihat. Berkas cahaya yang datang dari sebuah objek jatuh terbalik pada retina mata. Di sini, berkas sinar diubah menjadi sinyal listrik oleh sel dan mencapai sebuah bintik kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan. Sinyal-sinyal listrik ini ditangkap di pusat otak ini sebagai suatu citra setelah serangkaian proses. Dengan latar belakang teknis ini, mari kita coba berpikir.

Otak terisolasi dari cahaya. Artinya, bagian dalam otak gelap gulita, dan cahaya tidak mencapai tempat otak berada. Tempat yang disebut sebagai pusat penglihatan adalah tempat teramat gelap yang tidak pernah disentuh cahaya.; bahkan mungkin inilah tempat tergelap yang pernah Anda ketahui. Namun, Anda mengamati sebuah dunia yang terang, penuh cahaya di dalam kegelapan ini.

Begitu tajam dan nyatanya citra yang terbentuk di dalam mata, sehingga teknologi abad ke-20 pun belum mampu mencapainya. Misalnya, pandanglah buku yang Anda baca, tangan Anda yang memegangnya, kemudian angkatlah wajah Anda dan lihatlah ke sekitar. Pernahkah Anda melihat citra yang begitu tajam dan nyata seperti ini di tempat lain? Bahkan layar televisi tercanggih dari produsen televisi terbesar di dunia tidak dapat memberikan citra sedemikian tajam untuk Anda. Sedang ini adalah citra yang sangat tajam, berwarna, dan tiga dimensi. Selama lebih dari 100 tahun, ribuan insinyur telah berusaha mencapai tingkat ketajaman ini. Pabrik-pabrik, tempat-tempat besar didirikan, banyak riset telah dilakukan, perencanaan dan desain telah dibuat untuk tujuan ini. Namun sekali lagi, pandangilah sebuah layar TV dan buku di tangan Anda. Anda akan melihat perbedaan besar dalam ketajaman dan kejelasan. Apalagi, layar TV menunjukkan kepada Anda citra dua dimensi, sedangkan dengan mata, Anda melihat sebuah perspektif tiga dimensi yang memiliki kedalaman.

Selama bertahun-tahun, puluhan ribu insinyur telah mencoba untuk membuat sebuah televisi tiga dimensi, dan mencapai kualitas penglihatan mata. Ya, mereka telah berhasil membuat televisi tiga dimensi, tetapi tidak mungkin menontonnya tanpa memakai kacamata, apalagi, ini hanyalah tiga dimensi buatan. Latar belakangnya dibuat lebih kabur, latar depan tampak seperti sebuah setting kertas. Tidak pernah mungkin menghasilkan sebuah pandangan yang tajam dan nyata seperti pada mata. Baik pada kamera maupun televisi, terjadi kehilangan kualitas gambar.

Para evolusionis mengklaim bahwa mekanisme yang menghasilkan citra yang tajam dan nyata ini terbentuk secara kebetulan. Sekarang, jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa televisi di rumah Anda terbentuk sebagai hasil dari kebetulan, bahwa semua atomnya begitu saja berkumpul dan membentuk alat yang menghasilkan gambar ini, apa pendapat Anda? Bagaimana atom dapat melakukan apa yang tak sanggup dilakukan oleh ribuan orang?

Jika sebuah alat yang menghasilkan citra yang lebih primitif daripada mata tidak mungkin terbentuk secara kebetulan, maka sangat jelaslah bahwa mata dan citra yang dilihat oleh mata tidak dapat terbentuk secara kebetulan. Hal yang sama berlaku untuk telinga. Telinga luar menangkap bunyi-bunyi yang ada dengan daun telinga dan mengarahkannya ke telinga tengah, telinga tengah mengirimkan getaran suara sekaligus memperkuatnya; telinga dalam mengirimkan getaran ini ke otak dengan mengubahnya ke dalam sinyal listrik. Sebagaimana halnya mata, aktivitas mendengar berakhir di pusat pendengaran di dalam otak.

Sebagaimana pada mata, hal yang sama berlaku pula pada telinga. Yakni, otak terisolasi dari bunyi sebagaimana terisolasinya mata dari cahaya: tidak suatu bunyi pun masuk. Karenanya, tak peduli bagaimanapun ributnya di luar, di dalam otak tetap sunyi senyap. Walau bagaimanapun, suara paling tajam diterima oleh otak. Di dalam otak Anda, yang terisolasi dari suara, Anda mendengarkan simfoni orkestra, juga semua keributan di tempat yang ramai. Namun, jika tingkat suara di otak Anda diukur dengan sebuah peralatan yang saksama pada saat itu, tampaknya hanya keheningan total yang ada di sana.

Untuk perbandingan, telah dihabiskan upaya berpuluh-puluh tahun untuk mencoba menghasilkan dan memancarkan kembali bunyi yang sesuai dengan aslinya. Hasil dari berbagai upaya ini adalah alat rekam, sistem hi-fi, dan sistem untuk mendeteksi suara. Meski dengan adanya semua teknologi ini dan ribuan insinyur dan pakar yang telah bekerja keras, tidak ada suara yang dihasilkan yang dapat menyamai ketajaman dan kejernihan sebagaimana bunyi yang ditangkap telinga. Pikirkanlah sistem hi-fi berkualitas terbaik yang diproduksi oleh perusahaan terbesar dalam industri musik. Bahkan pada peralatan ini, ketika suara direkam sebagiannya hilang; atau ketika Anda menyalakan sebuah hi-fi, Anda selalu mendengar suara berdesis sebelum musik dimulai. Sebaliknya, suara yang dihasilkan teknologi tubuh manusia sangat tajam dan jelas. Telinga manusia tidak pernah menangkap bunyi dengan diikuti suara berdesis atau gangguan atmosfer seperti pada hi-fi. Telinga menerima bunyi tepat seperti apa adanya, tajam dan jelas. Seperti ini adanya sejak penciptaan manusia.

Sejauh ini, tidak ada perangkat visual atau perekam yang dihasilkan manusia yang sepeka dan seberhasil mata dan telinga dalam menangkap data pengindraan.

Namun sejauh menyangkut penglihatan dan pendengaran, fakta yang jauh lebih besar terletak di luar ini semua.

No comments:

Post a Comment