Powered By Blogger

Monday 6 May 2013

TEORI NAZI TENTANG RAS


TEORI NAZI TENTANG RAS

Dalam buku The Mass Psychology of Fascism, Wilhelm Reich menjelaskan teori Nazi tentang ras:

Teori ras berawal dari perkiraan bahwa perkawinan eksklusif dari setiap binatang dengan spesi esnya sendiri adalah ― hukum besi di alam. Hanya kondisi luar biasa, seperti pengandangan, yang mampu menyebabkan pelanggaran hukum ini dan membawa kepada percampuran rasial. Ketika ini terjadi, bagaimanapun, alam membalas dan menggunakan segala cara untuk melawan pelanggaran itu, baik dengan membuat keturunannya steril atau dengan membatasi kesuburan keturunan selanjutnya. Di dalam setiap perkawinan campur antara dua makhluk hidup daritingkat yang berbeda, keturunan kalau perlu akan menampilkan bentuk antara. Tetapi alam bertujuan untuk pembiakan kehidupan yang lebih tinggi; oleh karena itu penurunan derajat bertentangan dengan keinginan alam. Seleksi alam juga berlangsung di dalam perjuangan sehari -hari untuk bertahan hidup, di mana si lemah, misalnya, yang rendah secara ras, musnah. Ini konsisten dengan keinginan alam, karena setiap perbaikan dan pembiakan yang lebih tinggi akan menyebabkan si lemah, yang berada dalam mayoritas, akan menyesaki si kuat, yang merupakan minoritas.

Sebagaimana kita lihat, premis biologis yang membangun dasar bagi teori Nazi tentang ras adalah Darwinisme murni. Gagasan tak masuk akal seperti bahwa al am bertujuan untuk mendorong spesi es unggul berevolusi, bahwa ia menggunakan seleksi untuk mencapai tujuan ini, dan bahwa kaum lemah mau tak mau harus disingkirkan, semuanya merupakan khas Darwinian.

Pandangan-pandangan evolusionis ini, yang tidak memiliki landasan ilmiah, dan hanya merupakan pengolahan ulang dari absurditas pagan tentang menganggap kesadaran berasal dari alam, akhirnya mencapai titik puncaknya dalam kebiadaban Nazi. Teori evolusi dipraktikkan dalam masyarakat manusia, kembali dengan cara yang sesuai dengan Darwinisme. Wilhelm Reich melanjutkan:

Sosialis Nasional melanjutkan upayanya mempergunakan apa yang dianggap hukum alam ini kepada manusia. Garis pemikiran mereka adalah sebagai berikut: Pengalaman historis mengaj arkan bahwa pencampuran darah orang Aria dengan orang-orang rendahan selalu menghasilkan degenarasi pada para pendiri peradaban. Tingkat ras unggul menjadi menurun, diikuti dengan kemunduran fisik dan mental; hal ini menandai dimulainya kemerosotan yang terus-menerus. Benua Amerika Utara akan tetap kuat, ujar Hitler, selama dia (penduduk asal Jerman) tidak menjadi korban pencemaran darah, dengan kata lain, selama mereka tidak kawin campur dengan orang-orang non-Jerman.

Kala Hitler mengungkapkan Jika tidak ada orang-orang Jerman Nordik, maka yang tersisa hanyalah tarian kera, dia mel andaskan pemikiran pada gagasan-gagasan Darwinis bahwa manusia telah berevolusi dari kera, sehingganya sebagian manusia masih memiliki status kera.

Logika ini adalah sebuah konsekuensi dari cara pandang bahwa manusia adalah suatu spesies hewan, dan bahwa terdapat ras-ras unggul dan rendahan di dalamnya. Inilah tesis yang diungkapkan Darwin dalam The Descent of Man and The Origin of Species. Semua tindakan kaum Nazi adalah untuk mempraktikkan teori Darwin.

Kebenaran mengenai masalah ini adalah bahwa keunggulan manusia tidak ditentukan oleh ras. Dari ras apa pun juga, mereka tetap manusia. Setiap manusia diciptakan dan ditempatkan oleh Allah. Demikian Al Quran mengungkapkan kebenaran ini:

“Hai manusia, sesungguhnya K ami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuraat, 49: 13)

Ayat di atas begitu jelasnya. Dari kriteria apa pun manusia dinilai di dunia ini, dalam pandangan Tuhan, keunggulan manusia ditentukan oleh kedekatannya kepada Tuhan, dan rasa takut terhadap-Nya.

Seseorang atau sekelompok orang yang menganggap suatu ras lebih unggul, atau mencoba untuk menunjukkan seperti itu, adalah menipu diri sendiri. Setiap orang akan menghadap Tuhan pada Hari Perhitungan, dan akan dipanggil untuk menanggung perbuatannya sendirian. Semua atribut yang ia anggap sebagai anugerah keunggulan di dunia, sama sekali tidak akan bermanfaat baginya saat itu. Berlawanan dengan perkiraan, mereka yang menetapkan kriteria di luar yang ditetapkan Tuhan, yang mengklaim bahwa mereka unggul dan menindas kaum lain, dan mencoba untuk memperoleh kekuatan dengan menghancurkan yang lemah, pasti akan mendapat balasan atas segala perbuatan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam ayat suci Al Quran, keniscayaan ini diperlihatkan dalam ayat berikut:

“…karena kesombongan di muka bumi dan karena rencana yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan sunnah kepada orang-orang yang terdahulu ka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha K uasa. “ (QS. F aathir, 35: 43-44)

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. 42: 42)

No comments:

Post a Comment