Powered By Blogger

Wednesday, 10 April 2013

DARI ORDO TEMPLAR KE MESIR KUNO PEJUANG SALIB


DARI ORDO TEMPLAR KE MESIR KUNO
PEJUANG SALIB

Umumnya ahli sejarah beranggapan bahwa Freemasonry berawal mula dari Perang Salib. 
Meskipun Masonry baru terbentuk dan diakui secara res-mi di Inggris pada awal abad ke-18, sebenarnya 
organisasi tersebut mengakar jauh hingga ke Perang Salib di abad ke-12. Di pusat kisah yang umum 
dikenal ini terdapat suatu ordo tentara salib yang dinamakan Ksatria Templar atau para Templar.

Enam tahun sebelum buku ini, buku kami yang berjudul New Masonic Order (Ordo Masonik 
Baru), mengkaji sejarah para Templar dengan amat terperinci. Jadi, kali ini hanya akan diberikan 
ikhtisarnya. Sebab, begitu kita menganalisis akar dari Masonry, dan pengaruhnya pada dunia, kita 
menemukan arti dari “Freemasonry Global”.

Betapapun banyaknya yang bersikeras bahwa Perang Salib adalah ekspedisi militer yang 
dilakukan atas nama iman Kristiani, pada dasarnya keuntungan materilah yang menjadi tujuannya. Pada 
periode Eropa dilanda kemiskinan dan kesengsaraan yang berat, kemakmuran dan kekayaan bangsa 
Timur, terutama bangsa Muslim di Timur Tengah, menarik perhatian bangsa Eropa. Walaupun 
menggunakan wajah agama, dan dihiasi dengan simbol-simbol Kristiani, gagasan Perang Salib 
sebenarnya lahir dari hasrat akan keuntungan duniawi. Inilah yang menyebabkan perubahan tiba-tiba 
dari kebijakan cinta damai sebelumnya di kalangan Kristen Eropa pada periode awal sejarah mereka, 
kepada agresi militer.

Pengagas Perang Salib adalah Paus Urban II. Pada tahun 1095, ia menyelenggarakan Konsili 
Clermont, di mana doktrin Kristen sebelumnya yang cinta damai ditinggalkan. Perang suci diserukan, 
dengan tujuan untuk merebut tanah suci dari tangan bangsa Muslim. Sebagai tindak lanjut dari 
pertemuan konsili, dibentuklah pasukan Pejuang Salib yang amat besar, terdiri dari para tentara, dan 
puluhan ribu rakyat biasa.

Para ahli sejarah percaya bahwa upaya Urban II didorong oleh keinginannya untuk merintangi 
pencalonan seorang pesaingnya dalam kepausan. Sedangkan di balik sambutan penuh semangat dari 
para raja, pangeran, dan bangsawan Eropa atas seruan Paus, tujuan mereka pada dasarnya bersifat 
keduniaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Donald Queller dari Universitas Illinois, “Ksatria-ksatria 
Prancis menginginkan lebih banyak tanah. Pedagang-pedagang Italia berharap untuk mengembangkan 
perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Timur Tengah.... Sejumlah besar orang miskin bergabung dengan 
ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan sehari-hari mereka.” 1 Sepanjang jalan, 
massa yang serakah ini membantai banyak orang Muslim, dan bahkan Yahudi, dengan harapan untuk 
menemukan emas dan permata. Pejuang-pejuang salib bahkan membelah perut korban-korban mereka 
untuk menemukan emas dan batu-batu berharga yang mungkin telah mereka telan sebelum mati. Begitu 
besarnya keserakahan para pejuang salib akan harta, sehingga tanpa sesal mereka merampok kota 
Kristen Konstantinopel (Istanbul) pada Perang Salib IV, dan melucuti daun-daun emas dari lukisan-lukisan 
dinding Kristiani di Hagia Sophia.

Setelah perjalanan yang panjang dan sulit, serta begitu banyak perampasan dan pembantaian 
orang-orang Muslim, gerombolan campur aduk yang disebut Pejuang Salib ini mencapai Yerusalem di 
tahun 1099. Ketika akhirnya kota itu jatuh, setelah pengepungan selama hampir lima minggu, para 
Pejuang Salib masuk. Mereka melakukan kebuasan hingga tingkatan yang jarang disaksikan dunia. 
Semua orang Muslim dan Yahudi di kota itu mati di ujung pedang. Dalam narasi seorang ahli sejarah, 
“Mereka membunuh semua orang Saraken dan Turki yang mereka temukan… baik lelaki maupun 
wanita.”2 Salah seorang Pejuang Salib, Raymond of Aguiles, menyombongkan kekejaman ini:

Tampaklah pemandangan yang menakjubkan. Sebagian orang-orang kami (dan ini lebih murah 
hati) memenggal kepala-kepala musuh; yang lainnya memanah mereka, sehingga berjatuhan dari 
menara-menara; yang lain lagi menyiksa lebih lama dengan melemparkan mereka ke dalam api. 
Gundukan kepala, tangan, dan kaki tampak di jalan-jalan kota. Orang harus mencari jalan di antara 
mayat-mayat manusia dan kuda. Tetapi ini belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil 
Sulaiman, tempat kebaktian keagamaan biasanya dinyanyikan… di dalam Kuil dan serambi Sulaiman, 
orang-orang berkuda berkubang darah hingga ke lutut dan tali kekang mereka. 3

Selama dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan cara yang 
sangat biadab. 4 Pejuang salib kemudian menjadikan Yerusalem ibukota mereka, dan membangun 
Kerajaan Latin yang membentang dari perbatasan Palestina hingga ke Antioch (Antakia).

Selanjutnya, para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di Timur 
Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka perlu mengorganisirnya. Untuk 
itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam bentuk yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota 
ordo-ordo ini datang dari Eropa ke Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima 
latihan militer untuk memerangi orang Muslim.

Secara khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia mengalami 
transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. Namanya: Ordo Templar.

No comments:

Post a Comment