TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Sebagaimana dinyatakan di awal, teori evolusi bersandar pada klaim bahwa makhluk hidup tidak
diciptakan, tetapi muncul dan berkembang karena kebetulan dan hukum-hukum alam. Untuk menguji
teori ini secara ilmiah, perlu diperhatikan setiap tahapan dari proses yang direka ini, dan mengkaji dapat
tidaknya proses semacam itu terjadi di masa lampau dan apakah proses demikian itu mungkin.
Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis di mana materi tak hidup dapat
memunculkan organisme hidup.
Sebelum mengamati kondisi ini, kita harus mengingat hukum yang telah diakui di dalam biologi
sejak masa Pasteur: “Kehidupan berasal dari kehidupan”. Artinya, organisme hidup hanya dapat
dimunculkan dari organisme hidup lainnya. Misalnya, mamalia lahir dari induknya. Spesies-spesies
hewan lainnya menetas dari telur yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari biji. Organisme
bersel tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang biak.
Tidak pernah sekali pun terjadi sebaliknya. Sepanjang sejarah dunia, tidak seorang pun pernah
menyaksikan materi tak hidup melahirkan makhluk hidup. Tentu saja, ada sebagian dari mereka yang
hidup di Mesir dan Yunani Kuno, serta pada Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil
seperti itu: orang Mesir percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil, kepercayaan yang juga
didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles. Di Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus
lahir dari gandum di lumbung. Namun, semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari kebodohan, dan
akhirnya, dalam percobaannya yang terkenal di tahun 1860, Pasteur membuktikan bahwa bahkan
bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar, tidak muncul tanpa pendahulu, artinya, mustahil benda tak
bernyawa menghasilkan kehidupan.
Namun, teori evolusi tergantung pada kemustahilan ini karena klaimnya bahwa makhluk-makhluk
hidup lahir dan berkembang tanpa keterlibatan sebentuk pencipta, dan ini mensyaratkan bahwa pada
tahap-tahap awal skenario rekaan ini, makhluk hidup muncul dari kebetulan.
Darwin berusaha menjelaskan asal usul kehidupan, yang hanya sedikit diketahuinya, dalam
sebuah kalimat pendek, di mana ia menyatakan bahwa kehidupan pertama kali mestilah berupa
“semacam kolam kecil yang hangat”, 111 namun para evolusionis setelahnya merasa khawatir untuk
memperdalam masalah ini. Walau demikian, berbagai upaya yang dilakukan sepanjang abad kedua
puluh untuk memberikan penjelasan evolusionis tentang asal usul kehidupan hanya kian memperdalam
kebuntuan yang menjebak para evolusionis. Selain tidak mampu memberikan bukti ilmiah sedikit pun
bahwa kehidupan dapat bermula dari materi tak hidup, para evolusionis juga tidak mampu memberikan
satu pun penjelasan teoretis. Ini karena struktur organisme hidup bersel tunggal yang paling dasar pun
teramat kompleks. Secara matematis bahkan mustahil bahwa unsur pokok sel protein, DNA atau RNA
dapat muncul secara kebetulan, apalagi sel itu sendiri.
Fakta tentang mustahilnya kehidupan muncul melalui peristiwa kebetulan sendiri membuktikan
adanya rancangan, dan ini pada gilirannya membuktikan fakta penciptaan. Tentang masalah ini, ahli
astronomi dan matematika terkenal dari Inggris, Fred Hoyle, berkomentar:
Tentu saja, teori semacam itu (bahwa kehidupan disusun oleh sebentuk kecerdasan) begitu
jelas sehingga siapa pun akan bertanya-tanya mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan
sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah.
“Alasan psikologis” yang disebutkan Hoyle ini adalah watak para evolusionis, di mana mereka
berkeras menolak sejak awal, setiap hasil yang akan membuat mereka menerima keberadaan Tuhan dan
mengondisikan diri mereka dengan ini.
Pada buku lain yang berfokus pada ketidaksahihan teori evolusi, kami mengutip banyak
pengakuan para evolusionis tentang fakta ini dan mengkaji hipotesis tidak masuk akal yang diajukan
para evolusionis secara membuta semata untuk menolak keberadaan Tuhan. Namun pada titik ini, kita
akan memfokuskan perhatian kepada loge Masonik untuk memahami pandangan mereka akan hal ini.
Walau demikian jelas bahwa “kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang cerdas”, bagaimana pendapat
para Mason?
Imam Mason, Selami Isindag, dalam bukunya yang ditujukan untuk kalangan Mason berjudul
Evrim Yolu (Jalan Evolusi) menjelaskan sebagai berikut:
Karakteristik terpenting dari ajaran moralitas kita adalah tidak memisahkan diri dari prinsip-prinsip
logika dan tidak memasuki teisme (ketuhanan), makna-makna rahasia, atau dogma yang tidak
diketahui. Dengan landasan ini kita menegaskan bahwa penampakan kehidupan pertama bermula di
dalam kristal-kristal pada kondisi-kondisi yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini. Makhluk
hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi dan perlahan-lahan menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil
dari evolusi, manusia sekarang ini muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran
maupun kecerdasan.
Penting kita perhatikan hubungan sebab akibat yang diajukan dalam kutipan di atas: Isindag
menekankan bahwa karakteristik Masonry yang terpenting adalah menolak teisme, yakni kepercayaan
akan Tuhan. Dan segera setelahnya, dia mengklaim “berlandaskan ini” bahwa kehidupan muncul secara
spontan dari materi tak hidup, dan kemudian mengalami evolusi yang menghasilkan kemunculan
manusia.
Kita akan amati bahwa Isindag tidak mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung teori
evolusi. (Fakta tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata tumpul bahwa ini adalah fakta “yang
tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini”). Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk
teori evolusi adalah penolakan Masonik akan teisme.
Dengan kata lain, kaum Mason adalah evolusionis karena mereka tidak mengakui keberadaan
Tuhan. Inilah satu-satunya alasan mereka menjadi evolusionis.
Di dalam konstitusi “Konsili Agung Turki” yang diselenggarakan oleh Mason Turki tingkat ke-
33, skenario evolusionis sekali lagi disebutkan, dan penolakan kaum Mason akan penjelasan kreasionis
terungkap dalam kata-kata berikut ini:
Pada masa yang amat awal dan sesuai dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul.
Untuk menghasilkan organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat maju dan
lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah ia berasal dari tiupan nafas Tuhan
kepada lumpur tak berbentuk? Kita menolak penjelasan dari bentuk penciptaan yang abnormal;
bentuk penciptaan yang memisahkan manusia. Karena kehidupan dan silsilahnya ada, kita harus
mengikuti jalur filogenetis dan merasakan, memahami dan mengakui bahwa ada sebuah roda yang
menjelasan perilaku luar biasa ini, yakni aksi “lompatan”. Kita harus meyakini bahwa terdapat sebuah
tahapan perkembangan dengan serbuan besar aktivitas yang menyebabkan kehidupan berlanjut pada
sebuah momen tertentu dari tahapan itu ke tahapan lainnya.
Di sini sangat mungkin kita mengenali fanatisme Masonik. Ketika menyebutkan bahwa mereka
“menolak bentuk penciptaan yang mengecualikan manusia”, penulis mengulangi dogma dasar
humanisme, bahwa “manusia adalah makhluk tertinggi yang ada,” dan mengumumkan bahwa kaum
Mason menolak penjelasan selain itu. Ketika menyebutkan, “bentuk penciptaan yang tidak normal”,
yang ia maksud adalah turut campur Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup, dengan menolak
kemungkinan ini secara apriori. (Namun, yang sesungguhnya tidak normal adalah bagaimana kaum
Mason menerima, tanpa observasi maupun eksperimen, keyakinan tidak masuk akal bahwa materi tidak
hidup menjadi hidup secara kebetulan dan membentuk kehidupan di muka bumi, termasuk manusia.)
Akan tampak bahwa dalam penjelasan Masonik tidak ada lontaran berupa bukti ilmiah. Kaum Mason
tidak berkata, “Ada bukti evolusi dan karenanya kami menolak penciptaan.” Mereka semata dibutakan
oleh fantisme filosofis.
Publikasi-publikasi Masonik berkeras dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag
mengklaim bahwa, “Selain alam tidak ada kekuatan lain yang membimbing kita, dan bertanggung
jawab atas pemikiran dan tindakan kita.” Dia segera melanjutkan, “kehidupan berawal dari satu
sel dan mencapai tahapannya saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi.”
Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason:
Dari sudut pandang evolusi, manusia tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan
manusia dan evolusinya tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada binatang.
Penegasan ini menunjukkan dengan jelas mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu
penting. Tujuan mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak diciptakan dan
untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis mereka sendiri.
Jadi, dengan alasan inilah kaum Mason, hingga tingkat apa pun, memercayai teori evolusi dan
berusaha menyebarkannya ke seluruh masyarakat.
Ini menunjukkan bahwa kaum Mason, yang tak henti-hentinya menuduh mereka yang
memercayai Tuhan sebagai dogmatis, justru bersikap dogmatis.
No comments:
Post a Comment