Powered By Blogger

Wednesday, 10 April 2013

ORDO TEMPLAR


ORDO TEMPLAR

Para Templar, atau lengkapnya, Tentara Miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman, 
dibentuk pada tahun 1118, dua puluh tahun setelah tentara salib merebut Yerusalem. Pendiri ordo ini 
adalah dua ksatria Prancis, Hugh de Payens dan Godfrey de St. Omer. Berawal dari sembilan anggota, 
ordo ini terus berkembang. Nama kuil Sulaiman dipakai karena mereka membangun basis di gunung 
kuil, yakni lokasi reruntuhan kuil tersebut. Di sini pula berdiri Dome of the Rock (Qubah As-Sakhrah).

Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi 
sangat makmur. Mereka mengontrol penuh para peziarah Kristen yang berdatangan dari Eropa ke 
Palestina, dan menjadi sangat kaya dari uang para peziarah tersebut. Mereka pula yang pertama kali 
menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis 
Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad 
pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis 
bunga.

Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas serangan-serangan pejuang salib dan 
pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi), 
yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan kemudian 
membebaskan Yerusalem, menghukum mati para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, 
walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun kehilangan 
Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen 
terus menyusut di Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian 
di negara-negara lain, menjadi negara dalam negara.

Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada 
segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi 
sedikit telah menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah 
doktrin mistik yang asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus 
aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.

Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel memutuskan untuk menangkap anggotaanggota 
ordo ini. Sebagiannya berhasil melarikan diri tetapi kebanyakan mereka tertangkap. Paus 
Clement V juga bergabung dalam pembersihan ini. Setelah periode panjang interogasi dan pengadilan, 
banyak anggota Templar mengakui keyakinan 'bidah' mereka, bahwa mereka menolak iman Kristiani 
dan menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya, para pemimpin Templar, yang dinamai “Imam 
Besar (Grand Master)”, mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada 
tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara, dan ordo 
tersebut tumpas dan secara resmi menghilang.

Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar sebagai 
konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. 
Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal 
dengan begitu banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya, 
Secret Societies And Subversive Movements. Menurut Webster, kecenderungan untuk melepaskan para 
Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa pengadilan tidak tepat. Pertama, selama interogasi, 
walau secara umum terjadi, tidak semua Templar disiksa:

Lagipula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang 
disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan — yang disampaikan 
dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun 
semuanya saling menyerupai — merupakan karangan semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk 
mengarang-ngarang, cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis 
diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya, 
masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan 
sentuhan personal si pembicara, dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. 

Bagaimanapun juga, sidang pengadilan para Templar berakhir dengan tumpasnya ordo tersebut. 
Tetapi, walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah. Selama penangkapan 
tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan berhasil menutupi jejak mereka. Menurut tesis 
yang berdasarkan pada berbagai dokumen sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya 
kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu 
Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, 
Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk melanjutkan 
gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan 
Inggris abad pertengahan — loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera, mereka menguasai logeloge 
ini sepenuhnya. 

Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge masonik”. Ritus Skot
merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal abad keempat belas, dari para Templar 
yang berlindung di Skotlandia. Dan, nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus 
Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad 
sebelumnya.

Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai kepercayaan dan 
upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry. Tesis ini didukung oleh banyak bukti 
sejarah, dan diterima saat ini oleh banyak ahli sejarah Barat, baik mereka anggota Freemasonry ataupun 
tidak. Dalam buku kami, Ordo Masonik Baru, bukti ini dikaji secara terperinci.

Tesis yang mengusut akar Masonry ke Ordo Templar seringkali dirujuk di dalam majalah-majalah
yang diterbitkan oleh para Mason untuk kalangannya sendiri. Para Mason sangat menerima pendapat ini. 
Salah satu majalah ini bernama Mimar Sinan (terbitan Freemason Turki), yang menggambarkan 
hubungan antara Ordo Templar dengan Freemasonry dalam kata-kata berikut ini:

Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah tekanan Gereja, membubarkan Ordo Templar dan 
memberikan hak-hak mereka kepada para Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar tidak 
berhenti. Sebagian besar Templar berlindung di berbagai loge Freemason yang beroperasi di Eropa pada 
saat itu. Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota lainnya, mendapatkan 
perlindungan di Skotlandia dengan menyamar sebagai seorang tukang batu bernama Mac Benach. Raja 
Skot, Robert the Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan mereka mengembangkan pengaruh besar 
terhadap loge-loge Mason di Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi 
keahlian dan ide-ide mereka.

Freemason masa kini menggunakan nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para Mason Skot, 
yang mewarisi pusaka para Templar, mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun kemudian dan 
membangun dasar bagi ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di sana.

Sekali lagi, Mimar Sinan memberikan banyak informasi tentang hubungan antara Templar dan 
Freemasonry. Di dalam sebuah artikel berjudul “Templar dan Freemason” dinyatakan bahwa “ritualritual 
upacara pembaiatan Ordo Templar menyerupai Freemasonry masa kini.” 9 Menurut artikel yang 
sama, sebagaimana di dalam Masonry, para anggota Ordo Templar saling memanggil “saudara”. 
Pada bagian akhir artikel tersebut, tercantum:

Ordo Templar dan organisasi Mason saling memengaruhi dengan sangat mencolok. Bahkan 
ritual-ritual dari berbagai lembaga begitu mirip sehingga bagaikan disalin dari para Templar. Dalam hal 
ini, para Mason telah mengidentifikasi diri mereka kepada para Templar begitu jauh dan dapat dikatakan 
bahwa apa yang dipandang sebagai esoterisme (kerahasiaan) asli Masonik sampai tingkatan yang 
penting merupakan warisan dari para Templar. Ringkasnya, sebagaimana kami sebutkan pada judul esei 
ini, kita dapat katakan bahwa titik berangkat dari seni megah Freemansory dan garis esoteris—awalnya 
milik para Templar dan ujung panahnya milik para Freemason.

Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa Freemasonry mengakar hingga ke Ordo Templar, dan bahwa 
para Mason telah mengadopsi filsafat ordo ini. Para Mason sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu, hal 
penting bagi pembahasan kita adalah sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang membawa mereka ke situ? 
Mengapa mereka mengalami perubahan seperti itu di Yerusalem? Apa dampak dari filsafat yang 
diadopsi para Templar ini, melalui perantaraan Masonry, kepada dunia?

No comments:

Post a Comment