Powered By Blogger

Saturday, 13 April 2013

KAUM MASON DAN MESIR KUNO


KAUM MASON DAN MESIR KUNO

Filosofi materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi tersebut 
diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin Kabbalah. Di lain pihak, 
sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama, dan menafsirkan ulang serta 
melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang dikenal sebagai “Hermetisisme”.

Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani bagi dewa Mesir Kuno 
“Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah versi lain dari filosofi Mesir 
Kuno.

Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya di dalam Masonry 
modern:

Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat keagamaan yang mewariskan sebuah sistem 
pemikiran dan kepercayaan terhadap Hermetisisme. Masonry meyakini sesuatu yang serupa 
dengan ini. Misalnya, mereka yang telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacara-upacara 
masyarakat itu, mengungkapkan berbagai pemikiran dan perasaan spiritual mereka, serta melatih mereka 
yang ada di tingkat yang lebih rendah. Pythagoras adalah seorang pengikut Hermetis yang dilatih di 
antara mereka. Lagi-lagi, organisasi dan sistem filosofis dari aliran Alexandrian dan Neoplatonisme 
berasal usul dari Mesir Kuno serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan dengan berbagai ritus Masonik.

Isindag jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry dengan menyatakan, “Freemasonry adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”.

Banyak lagi sumber-sumber Masonik lain yang berpendapat bahwa asal usul Masonry bermula dari masyarakat rahasia dari budaya-budaya pagan kuno, semacam pada Mesir dan Yunani Kuno. Seorang Mason Turki senior, Celil Layiktez, menyatakan dalam sebuah artikel pada majalah Mimar Sinan, di bawah judul “Rahasia Masonik: Apa yang Bersifat Rahasia dan Apa yang Tidak?”:

Di dalam peradaban Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno terdapat aliran misteri (école de mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini diterima hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai upacara inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran “Osiris” yang didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda, pertarungan melawan kegelapan, kematian dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi secara ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan oleh pendeta. Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih efektif karena partisipasi aktual….

Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini membentuk perkumpulan pertama dari suatu rangkaian persaudaraan yang diprakarsai dan berkelanjutan di bawah nama Masonry. Persaudaraan semacam ini selalu menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah tindasan, dapat terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan hingga hari ini karena terus-menerus mengubah nama dan bentuk mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme kuno dan karakter khusus mereka, serta mewariskan cita-cita mereka. Untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa pemikiran mereka yang akan membahayakan kemapanan, mereka membuat hukum rahasia di antara mereka sendiri. Untuk melindungi diri dari kemarahan masyarakat, mereka berlindung di dalam Masonry Operatif yang berisi peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini dengan berbagai pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi pembentukan Masonry Spekulatif modern yang kita kenal hari ini.

Dalam kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari “orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.)

Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah satu contoh sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar sejati dari sistem yang jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita tentang para fir'aun yang memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang ingkar, yang menyetujui sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka.

Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai "sumber keahlian Masonik":

…Bangsa Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda Masonik, kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras, yang mengunjungi Heliopolis, banyak menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil Memphis tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota Thebes terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras, Plato, dan Cicero diinisiasi ke dalam Masonry di kota-kota ini.

Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar Sinan dinyatakan:

Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram, atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian, kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua, dan tiga; setelah itu tingkat besar dimulai.

Dari sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir. Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nahl, 27:12)

Pada ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:

Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?

Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?

Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersamasama dia untuk mengiringkannya."

Maka Fir'aun memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az-Zukhruf, 43: 51-54)

No comments:

Post a Comment