ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN MITOS EVOLUSI
Gagasan materialis dan evolusionis dari organisasi Masonik semacam Rosicrucian atau Ikhwan
as-Safa yang diungkapkan secara rahasia, namun paling sering secara simbolis, menjadi lebih terbuka
begitu kekuatan sosial Gereja Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini, yang
berada di bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis dan intelektual agama Kristen,
menjadi mode lagi di tengah-tengah para pemikir Eropa abad ketujuh belas dan delapan belas.
Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan luas di masyarakat
Eropa, dan memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama dikenal sebagai Zaman Pencerahan.
Sudah barang tentu, mereka yang memilih kata ini (yakni mereka yang menganggap positif perubahan
pemikiran ini bagaikan perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka
menggambarkan periode sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai
penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi tercerahkan ketika dilakukan sekularisasi dan
dijauhkan dari agama. Sudut pandang yang bias dan palsu ini sampai hari ini masih menjadi salah satu
mekanisme propaganda utama bagi mereka yang menentang agama.
Memang benar bahwa agama Kristen abad pertengahan sebagiannya “gelap” dengan takhyul dan
kefanatikan, dan hampir semuanya telah dibersihkan pada pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman
Pencerahan pun tidak membawa banyak hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman
Pencerahan, yang terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan
darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji Revolusi Prancis; namun, Revolusi
banyak membebani Prancis dan ikut berperan atas terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke
abad kedua puluh. Analisis tentang Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal,
Edmund Burke, sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the Revolution in
France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan maupun buahnya, Revolusi
Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai dasar yang menyatukan masyarakat, seperti
agama, moralitas, dan struktur keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya,
dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang penafsir, sebagai sebuah “gerakan destruktif
kecerdasan manusia.”
Para pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut Masonry. Voltaire, Diderot, Montesquieu,
dan pemikir-pemikir antiagama lain yang mempersiapkan jalan ke Revolusi, semuanya pengikut
Masonry. Kaum Mason akrab dengan para Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian
sejarawan berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara ajaran Jacobin dan Masonry pada periode
ini. (Lihat Ordo Masonik Baru karya Harun Yahya)
Selama Revolusi Prancis, banyak kekerasan yang ditujukan terhadap agama. Banyak pastor
dikirim ke guillotine, banyak gereja dihancurkan, dan lebih jauh lagi, ada sejumlah orang yang hendak
menghapuskan agama Kristen sama sekali dan menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat
simbolik, pagan, dan menyimpang yang disebut “Agama Akal Budi”. Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya terpenggal kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka sendiri gunakan untuk menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan apakah revolusi itu baik atau tidak.
Sentimen antiagama pada Revolusi Prancis menyebar ke seluruh Eropa dan, sebagai hasilnya, abad kesembilan belas menjadi salah satu periode propaganda antiagama yang paling berani dan paling agresif.
Oleh karena itu, proses ini memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke permukaan , setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan menggunakan berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron d'Holbach mengangkat bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari mitos Yunani Kuno diperkenalkan kepada kalangan ilmiah.
No comments:
Post a Comment