KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS
Adapun teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga semata
merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun, para ilmuwan
sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen terhadap penciptaan;
sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme yang dirancang oleh sang Pencipta untuk
melindungi spesies dari distorsi yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel
tentang “dialektika”, dan membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya sendiri, begitu pula
Darwin mengambil teori seleksi alam dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa
hingga memenuhi gagasan naturalisme.
Oleh karenanya, kontribusi pribadi Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak
berlebihan. Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof naturalisme
sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada orang lain yang melakukannya. Pada
kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan
natural Inggris lainnya yang bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas
menerbitkan Origin of the Species.
Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan panjang telah dimulai di Eropa untuk
menghancurkan keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan filosofi naturalis dan sebuah
model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan yang paling signifikan di balik perjuangan ini
bukanlah pemikir yang ini atau yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak
anggota dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.
Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh sejumlah tokoh Kristen masa itu. Paus Leo XIII, pemimpin
Katolik dunia, mengeluarkan sebuah dekrit yang terkenal pada tahun 1884, berjudul Humanus Genus di
mana ia menyampaikan banyak pernyataan penting tentang Masonry dan aktivitas-aktivitasnya. Ia
menulis:
Pada periode ini para pendukung setia setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan
berjuang dengan gelora yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan
terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan tujuan-tujuan mereka, mereka
sekarang sedang bangkit dengan berani melawan Tuhan sendiri.
… Karena, dari yang ditunjukkan dengan jelas oleh apa telah kami sebutkan di atas, apa yang
merupakan tujuan utama mereka mendesakkan diri ke depan mata yakni, penggulingan total keseluruhan
tatanan politik dan agama di dunia yang dihasilkan ajaran Kristen, dan penggantian dengan sebuah
tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka “di mana pondasi dan hukum akan diambil dari
naturalisme saja.”
Fakta penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada kutipan di atas adalah upaya untuk
menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama. Apa yang coba dilakukan oleh
Masonry dengan bantuan Darwinisme adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan
tidak mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk untuk melakukan segala
macam kejahatan. Apa yang dimaksud di atas dengan “sebuah tatanan baru sesuai dengan gagasan
mereka di mana pondasi dan hukum akan diambil dari naturalisme saja” adalah sejenis model sosial.
Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan
penting dalam penyebarannya ke tengah massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan, sekelompok
propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut
”bulldog” Darwin. Huxley, “dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor tunggal yang paling
bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap Darwinisme”106 menggiring perhatian dunia
kepada teori evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal 30 Juni
1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce.
Dedikasi Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang
kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society, salah satu lembaga
ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua anggota lembaga ini, adalah Mason
senior.107 Anggota lain Royal Society memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik sebelum
maupun sesudah bukunya diterbitkan.108 Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin dan
Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin, seperti halnya Hadiah Nobel, setiap
tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya.
Pendeknya, Darwin tidak berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan
dari kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah kaum Mason. Dalam
bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton Pannekoek menuliskan tentang fakta
penting ini dan menggambarkan dukungan yang diberikan kepada Darwin oleh “kaum borjuis”, yaitu
kelas kapitalis Eropa yang kaya-raya:
Bahwa Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas
proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa Darwinisme telah
mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme bukan sekadar teori abstrak yang
diadopsi oleh dunia ilmiah setelah mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak,
segera setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias dan
penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam perjuangan kelas, dan berkat
peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan mendapatkan pembela yang antusias dan penentang
yang tajam.
Darwinisme bertindak sebagai sarana bagi kaum borjuis dalam pertarungannya melawan
kelas feodal, melawan para bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah feodal….
Yang diinginkan oleh kaum borjuis adalah menyingkirkan kekuatan lama yang berkuasa yang
menghadang jalan mereka…. Dengan bantuan agama, para pendeta menguasai massa ramai dan siap
menentang tuntutan kaum borjuis….
Ilmu alam menjadi senjata melawan kepercayaan dan tradisi; sains dan hukum-hukum alam yang
baru ditemukan diajukan; dengan senjata-senjata inilah kaum borjuis berjuang….
Darwinisme datang pada saat dibutuhkan; teori Darwin bahwa manusia adalah keturunan dari
hewan yang lebih rendah menghancurkan seluruh landasan dogma Kristen. Karena itulah, segera setelah
Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan penuh semangat.
…Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan diskusi-diskusi ilmiah diselenggarakan dengan semangat
dan gairah pertarungan kelas. Karenanya, tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra terhadap Darwin
berkarakter polemik sosial, walaupun pada kenyataannya membawa nama para penulis ilmiah….
Walaupun Anton Pannekoek, yang berpikir dengan kerangka analisa kelas Marxis,
mendefinisikan kekuatan yang menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah pertarungan
terorganisasi melawan agama sebagai “borjuis”, jika kita kaji masalahnya di bawah terangnya bukti-bukti
historis, akan tampak bahwa ada organisasi di dalam kaum borjuis yang memanfaatkan
Darwinisme untuk mengusung perang mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah
Masonry.
Fakta ini jelas baik dari bukti historis maupun sumber-sumber Masonik. Salah satu sumber ini
adalah sebuah artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang berjudul "Hambatan bagi Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Masonry", yang muncul pada Buletin Tahunan Loge Besar Mason Turki yang
Bebas dan Disetujui pada tahun 1962. Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim klasik Masonik
bahwa agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan monoteisme bertentangan dengan logika
dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan penghasut sebenarnya dari perang melawan agama yang
dilakukan di bawah kedok “sains”:
Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan ini kaum
Mason dikenal telah berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena Masonry di
dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh
kebijaksanaan. Sejak berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos.
Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu bukanlah agama, sebagaimana diklaim
kaum Mason; melainkan landasan dari kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang mereka
dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman,
pengulangan-pengulangan mereka tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan
Yunani, yang telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern.
Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan asal usul kehidupan dan keyakinan
Masonik tentangnya akan memadai bagi kita untuk menarik kesimpulan akan hal ini.
No comments:
Post a Comment