Powered By Blogger

Wednesday, 17 April 2013

KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS


KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS

Adapun teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga semata 
merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun, para ilmuwan 
sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen terhadap penciptaan; 
sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme yang dirancang oleh sang Pencipta untuk
melindungi spesies dari distorsi yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel 
tentang “dialektika”, dan membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya sendiri, begitu pula 
Darwin mengambil teori seleksi alam dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa 
hingga memenuhi gagasan naturalisme.

Oleh karenanya, kontribusi pribadi Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak 
berlebihan. Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof naturalisme 
sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada orang lain yang melakukannya. Pada 
kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan 
natural Inggris lainnya yang bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas 
menerbitkan Origin of the Species.

Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan panjang telah dimulai di Eropa untuk 
menghancurkan keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan filosofi naturalis dan sebuah 
model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan yang paling signifikan di balik perjuangan ini 
bukanlah pemikir yang ini atau yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak 
anggota dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.

Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh sejumlah tokoh Kristen masa itu. Paus Leo XIII, pemimpin 
Katolik dunia, mengeluarkan sebuah dekrit yang terkenal pada tahun 1884, berjudul Humanus Genus di 
mana ia menyampaikan banyak pernyataan penting tentang Masonry dan aktivitas-aktivitasnya. Ia 
menulis:

Pada periode ini para pendukung setia setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan 
berjuang dengan gelora yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan 
terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan tujuan-tujuan mereka, mereka 
sekarang sedang bangkit dengan berani melawan Tuhan sendiri.

… Karena, dari yang ditunjukkan dengan jelas oleh apa telah kami sebutkan di atas, apa yang 
merupakan tujuan utama mereka mendesakkan diri ke depan mata yakni, penggulingan total keseluruhan 
tatanan politik dan agama di dunia yang dihasilkan ajaran Kristen, dan penggantian dengan sebuah 
tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka “di mana pondasi dan hukum akan diambil dari 
naturalisme saja.”

Fakta penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada kutipan di atas adalah upaya untuk 
menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama. Apa yang coba dilakukan oleh 
Masonry dengan bantuan Darwinisme adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan 
tidak mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk untuk melakukan segala 
macam kejahatan. Apa yang dimaksud di atas dengan “sebuah tatanan baru sesuai dengan gagasan 
mereka di mana pondasi dan hukum akan diambil dari naturalisme saja” adalah sejenis model sosial.

Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan 
penting dalam penyebarannya ke tengah massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan, sekelompok 
propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut 
”bulldog” Darwin. Huxley, “dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor tunggal yang paling 
bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap Darwinisme”106 menggiring perhatian dunia 
kepada teori evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal 30 Juni 
1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce.

Dedikasi Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang 
kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society, salah satu lembaga 
ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua anggota lembaga ini, adalah Mason 
senior.107 Anggota lain Royal Society memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik sebelum 
maupun sesudah bukunya diterbitkan.108 Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin dan 
Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin, seperti halnya Hadiah Nobel, setiap 
tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya.

Pendeknya, Darwin tidak berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan 
dari kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah kaum Mason. Dalam 
bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton Pannekoek menuliskan tentang fakta 
penting ini dan menggambarkan dukungan yang diberikan kepada Darwin oleh “kaum borjuis”, yaitu 
kelas kapitalis Eropa yang kaya-raya:

Bahwa Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas 
proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa Darwinisme telah 
mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme bukan sekadar teori abstrak yang 
diadopsi oleh dunia ilmiah setelah mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, 
segera setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias dan 
penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam perjuangan kelas, dan berkat 
peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan mendapatkan pembela yang antusias dan penentang 
yang tajam.

Darwinisme bertindak sebagai sarana bagi kaum borjuis dalam pertarungannya melawan 
kelas feodal, melawan para bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah feodal…. 
Yang diinginkan oleh kaum borjuis adalah menyingkirkan kekuatan lama yang berkuasa yang 
menghadang jalan mereka…. Dengan bantuan agama, para pendeta menguasai massa ramai dan siap 
menentang tuntutan kaum borjuis….

Ilmu alam menjadi senjata melawan kepercayaan dan tradisi; sains dan hukum-hukum alam yang 
baru ditemukan diajukan; dengan senjata-senjata inilah kaum borjuis berjuang…. 

Darwinisme datang pada saat dibutuhkan; teori Darwin bahwa manusia adalah keturunan dari 
hewan yang lebih rendah menghancurkan seluruh landasan dogma Kristen. Karena itulah, segera setelah 
Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan penuh semangat.

…Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan diskusi-diskusi ilmiah diselenggarakan dengan semangat 
dan gairah pertarungan kelas. Karenanya, tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra terhadap Darwin 
berkarakter polemik sosial, walaupun pada kenyataannya membawa nama para penulis ilmiah….

Walaupun Anton Pannekoek, yang berpikir dengan kerangka analisa kelas Marxis, 
mendefinisikan kekuatan yang menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah pertarungan 
terorganisasi melawan agama sebagai “borjuis”, jika kita kaji masalahnya di bawah terangnya bukti-bukti 
historis, akan tampak bahwa ada organisasi di dalam kaum borjuis yang memanfaatkan 
Darwinisme untuk mengusung perang mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah 
Masonry.

Fakta ini jelas baik dari bukti historis maupun sumber-sumber Masonik. Salah satu sumber ini 
adalah sebuah artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang berjudul "Hambatan bagi Perkembangan 
Ilmu Pengetahuan dan Masonry", yang muncul pada Buletin Tahunan Loge Besar Mason Turki yang 
Bebas dan Disetujui pada tahun 1962. Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim klasik Masonik 
bahwa agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan monoteisme bertentangan dengan logika 
dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan penghasut sebenarnya dari perang melawan agama yang 
dilakukan di bawah kedok “sains”:

Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan ini kaum 
Mason dikenal telah berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena Masonry di 
dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh 
kebijaksanaan. Sejak berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos.

Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu bukanlah agama, sebagaimana diklaim 
kaum Mason; melainkan landasan dari kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang mereka 
dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman, 
pengulangan-pengulangan mereka tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan 
Yunani, yang telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern.

Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan asal usul kehidupan dan keyakinan 
Masonik tentangnya akan memadai bagi kita untuk menarik kesimpulan akan hal ini.

No comments:

Post a Comment