Powered By Blogger

Wednesday, 10 April 2013

KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME


KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME

Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan 
sebagai cahaya bagi manusia:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan 
cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh 
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta 
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi 
saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)

Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan perintah yang 
berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan 
manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi 
manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat 
yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia).

Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah merupakan 
sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah 
ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam 
semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu 
Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya. 

Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeda di dalam Kabbalah, 
yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya 
tentang Tuhan sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang 
asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, 
mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:

Pengalaman kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan 
menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah persaksian 
bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk 
tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, 
yang tak berhingga — singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk 
ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai 
Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan 
spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. 
Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah 
serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya 
berhasil.

Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya 
yang halus dari keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan 
Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terangterangan 
untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…

Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini:

Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan.

Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri.

Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.

Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler.

Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme dan humanisme sekuler — menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang.

Sungguh menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah membawa doktrin Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke masa kini.

No comments:

Post a Comment