Powered By Blogger

Monday, 1 April 2013

ARCHCOPTERYX DAN FOSIL-FOSIL BURUNG PURBA LAINNYA


ARCHCOPTERYX DAN FOSIL-FOSIL BURUNG PURBA LAINNYA

Selama beberapa dekade evolusionis menyatakan Archcopteryx sebagai bukti terbesar skenario evolusi
burung, namun beberapa fosil yang baru ditemukan menggugurkan skenario tersebut.





Lianhai Hou dan Zhonghe Zhou, dua ahli paleontologi dari Institut Paleontologi Vertebrata Cina, pada tahun 1995 menemukan fosil burung baru yang mereka namai Confuciusornis. Usia fosil burung ini hampir sama dengan Archcopteryx (sekitar 140 juta tahun), tetapi tidak bergigi. Selain itu, paruh dan bulunya memiliki ciri yang sama dengan burung masa kini. Selain memiliki struktur rangka yang sama dengan burung modern, sayap burung ini juga memiliki cakar seperti Archcopteryx. Pada spesies burung ini dijumpai struktur khusus yang disebut "pygostyle" yang menopang bulubulu ekor. Singkatnya, burung ini tampak sangat menyerupai
burung modern, walau hidup semasa dengan Archcopteryx yang dianggap sebagai nenek moyang tertua dari semua burung dan disebut semi-reptil. Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang menyatakan bahwa Archcopteryx adalah nenek moyang primitif dari semua burung.

Satu fosil lagi yang ditemukan di Cina pada bulan November 1996, telah menimbulkan kebingungan yang lebih besar. Keberadaan burung berusia 130 juta tahun bernama Liaoningornis ini diumumkan dalam majalah Science oleh Hou, Martin dan Alan Feduccia. Liaoningornis memiliki tulang dada tempat menempel otot-otot untuk terbang, seperti burung modern. Dalam hal lain, burung ini juga tidak berbeda dengan burung modern. Yang berbeda hanya giginya. Keadaan ini menunjukkan bahwa burung bergigi tidak memiliki struktur
primitif sama sekali seperti anggapan evolusionis. Hal ini dinyatakan dalam sebuah artikel Discover "Dari mana burung berasal? Bukan dari dinosaurus, menurut fosil ini ".

Fosil lain yang membantah pernyataan evolusionis tentang Archcopteryx adalah Eoalulavis. Struktur sayap Eoalulavis, yang diperkirakan berusia 30 juta tahun lebih muda dari Archcopteryx, juga ditemukan pada burung modern yang terbang dengan lambat. Ini membuktikan bahwa 120 juta tahun lalu, terdapat burung-burung yang dalam banyak aspek tidak berbeda dengan burung modern.


Kenyataan ini sekali lagi memastikan bahwa Archcopteryx atau burung-burung purba lain yang mirip dengannya bukan bentuk-bentuk transisi. Fosil-fosil tersebut tidak menunjukkan bahwa pesies-spesies burung berevolusi dari satu ke yang lain. Bahkan sebaliknya, catatan fosil membuktikan bahwa burung modern dan sejumlah burung-burung purba seperti Archcopteryx ternyata pernah hidup bersama pada satu zaman. Akan tetapi, beberapa spesies burung ini seperti Archcopteryx dan Confuciusornis telah punah dan hanya sebagian dari spesies-spesies yang pernah ada mampu bertahan hingga sekarang.

Ringkasnya, beberapa ciri khas Archcopteryx tidak menunjukkan bahwa makhluk ini adalah bentuk transisi! Stephan Jay Gould dan Niles Eldredge, dua ahli paleontologi Harvard dan evolusionis terkenal, mengakui bahwa Archcopteryx adalah makhluk hidup yang memiliki "paduan" dari beragam ciri, akan tetapi tidak dapat dianggap sebagai bentuk transisi!



No comments:

Post a Comment