Powered By Blogger

Thursday, 4 April 2013

MITOS "PENGORGANISASIAN MANDIRI OLEH MATERI"


MITOS "PENGORGANISASIAN MANDIRI OLEH MATERI"

Menyadari bahwa Hukum II Termodinamika membuat evolusi tidak mungkin terjadi, beberapa ilmuwan 
evolusionis berspekulasi untuk menjembatani jurang di antara keduanya agar evolusi menjadi mungkin. 
Seperti biasa, usaha-usaha ini pun menunjukkan bahwa teori evolusi ber-akhir dengan kebuntuan.

Seorang yang terkenal dengan usahanya untuk mengawinkan termodinamika dengan evolusi adalah 
ilmuwan Belgia bernama Ilya Prigogine. Beranjak dari Teori Kekacauan (Chaos Theory), Prigogine 
mengajukan sejumlah hipotesis di mana keteraturan terbentuk dari ketidakteraturan (chaos). Dia 
berargumen bahwa sebagian sistem terbuka dapat mengalami penurunan entropi disebabkan aliran energi 
dari luar. "Keteraturan" yang dihasilkan merupakan bukti bahwa "materi dapat mengorganisir diri sendiri". 
Sejak saat itu, konsep "pengorganisasian mandiri oleh materi" menjadi sangat populer di kalangan 
evolusionis dan materialis. Mereka bersikap seolah-olah telah menemukan asal usul materialistis bagi 
kompleksitas kehidupan dan solusi materialistis bagi masalah asal usul kehidupan.

Namun jika dicermati, argumen ini benar-benar abstrak dan hanya angan-angan. Lebih dari itu, argumen 
tersebut mengandung penipuan yang sangat naif, yang sengaja mengacaukan dua konsep berbeda, yaitu 
"pengorganisasian mandiri" (self-organization) dan "pengaturan mandiri" (self-ordering).

Ini dapat diterangkan dengan contoh berikut. Bayangkan sebuah pan-tai dengan campuran berbagai jenis 
batuan. Ada batu-batu besar, batu-batu lebih kecil, dan batu-batu sangat kecil. Jika sebuah ombak besar 
menerpa pantai, mungkin muncul "keteraturan" di antara batu-batu tersebut. Air akan menggeser batu-batu 
dengan berat sama pada posisi yang sama. Ketika ombak surut, batu-batu tersebut mungkin tersusun dari 
yang terkecil hingga yang terbesar ke arah laut.

Ini merupakan proses "pengaturan mandiri": pantai adalah sistem terbuka dan aliran energi (ombak) dapat 
menyebabkan suatu "keteraturan". Namun ingat bahwa proses yang sama tidak dapat membentuk istana 
pasir di pantai. Jika kita melihat istana pasir, kita yakin bahwa seseorang telah membuatnya. Perbedaan 
antara keduanya adalah bahwa istana pasir mengandung kompleksitas sangat unik, sedangkan batu-batu 
yang "teratur" hanya memiliki keteraturan saja. Ini seperti mesin tik yang mencetak "aaaaaaaaaaaaaaaa" 
beratus-ratus kali, karena sebuah benda (aliran energi) jatuh menimpa huruf "a" pada papan ketik. Tentu
saja pengulangan huruf "a" tersebut tidak mengandung informasi apa pun, apalagi sebuah kompleksitas. 
Dibutuhkan pikiran sadar untuk menghasilkan rangkaian kompleks huruf-huruf yang mengandung informasi.

Hal yang sama berlaku jika angin berhembus ke dalam sebuah kamar penuh debu. Sebelum angin mengalir, debu-debu mungkin tersebar di sekitar kamar. Ketika angin berhembus, debu-debu bisa jadi terkumpul di sudut ruangan. Ini adalah "pengaturan mandiri". Namun debu tidak pernah "mengorganisir diri" dan menciptakan gambar manusia pada lantai kamar tersebut.

Contoh-contoh di atas serupa benar dengan skenario "pengorganisasian mandiri" dari evolusionis. Mereka berargumen bahwa materi memiliki kecenderungan untuk mengorganisir diri, lalu memberikan contoh-contoh pengaturan mandiri dan selanjutnya mencoba mengacaukan kedua konsep tersebut. Prigogine sendiri memberikan contoh-contoh pengaturan mandiri molekul karena aliran energi. Ilmuwan Amerika, Thaxton, Bradley dan Olsen, menerangkan fakta ini dalam buku mereka, The Mistery of Life's Origin, sebagai berikut:

… Pada masing-masing kasus, gerakan acak molekul dalam cairan secara spontan digantikan oleh perilaku yang sangat teratur. Prigogine, Eigen dan lainnya menganggap bahwa pengorganisasian mandiri serupa merupakan sifat intrinsik dalam kimia organik, dan menjadi penyebab terbentuknya makromolekul kompleks yang penting bagi sistem kehidupan. Akan tetapi, analogi seperti itu tidak relevan dengan pertanyaan asal usul kehidupan. Alasan utamanya adalah kegagalan mereka dalam membedakan antara keteraturan dan kompleksitas…. Keteraturan tidak dapat menyimpan informasi yang sangat besar yang diperlukan sistem kehidupan. Bukan struktur teratur yang diperlukan, namun struktur yang sangat tidak teratur tetapi spesifik. Ini adalah kesalahan serius dalam analogi yang diajukan. Tidak ada hubungan nyata antara pengaturan spontan yang terjadi karena aliran energi ke dalam sistem, dengan kerja yang diperlukan untuk membentuk makromolekul sarat-informasi seperti DNA dan protein.

Bahkan Prigogine sendiri terpaksa menerima bahwa argumennya tidak berlaku bagi asal usul kehidupan. Dia mengatakan:

Masalah keteraturan biologis melibatkan transisi dari aktivitas molekuler ke keteraturan supermolekuler dalam sel. Hal ini belum terpecahkan sama sekali.

Lalu, mengapa evolusionis masih berusaha meyakini skenario-skenario tak ilmiah seperti "pengorganisasian materi secara mandiri"? Mengapa mereka berkeras menolak pewujudan kecerdasan dalam sistem kehidupan? Jawabannya adalah bahwa mereka memiliki keyakinan dogmatis pada materialisme, dan keyakinan bahwa materi memiliki kekuatan misterius untuk menciptakan kehidupan. Profesor Robert Shapiro, pakar kimia dan DNA dari Universitas New York menjelaskan keyakinan evolusionis dan landasan dogmatisnya sebagai berikut:

Maka diperlukan prinsip evolusi lain untuk menjembatani antara campuran-campuran kimia alami sederhana dengan replikator efektif pertama.*) Prinsip ini belum dijelaskan secara terperinci ataupun ditunjukkan, namun telah diantisipasi, dan diberi nama evolusi kimia dan pengorganisasian materi secara mandiri. Keberadaan prinsip ini diterima sebagai keyakinan dalam filsafat materialisme dialektis **), sebagaimana diterapkan pada asal usul kehidupan oleh Alexander Oparin.

Situasi ini menjelaskan bahwa evolusi adalah sebuah dogma yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan empiris. Asal usul kehidupan hanya dapat dijelaskan dengan campur tangan sebuah kekuatan supranatural. Kekuatan supranatural tersebut adalah penciptaan Allah, yang mencipta-kan seluruh jagat raya dari ketiadaan. Dari sisi termodinamika, ilmu pengetahuan membuktikan bahwa evolusi adalah mustahil, dan keberadaan kehidupan hanya dapat dijelaskan dengan Penciptaan.

No comments:

Post a Comment