GEORGES CUVIER
(1769-1832)
1.
Profil
Georges
Leopold Cuvier lahir tanggal 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard yang
berbahasa Prancis di daerah Wurttemberg, tidak jauh dari Prancis. Minatnya
terhadap zoologi dan botani telah tampak sejak dini. Pendidikan dasar
ditempuhnya di Montbeliard. Dari tahun 1784 sampai 1788 dia melanjutkan
pendidikannya di Akademi Caroline di Stuttgart.
Tahun 1795, Cuvier bertemu
dengan A.H. Tessier, seorang ahli pertanian. Tessier mengakui kemampuan Cuvier
dan mengusulkan dia menjadi asisten guru besar dalam bidang anatomi
perbandingan di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris. Anatomi perbandingan
meliputi kajian bagian-bagian badan hewan dan manusia serta fungsinya,
persamaan dan perbedaannya. Sumbangan ilmiah besar yang diberikan Cuvier adalah
bahwa dia "telah memantapkan ilmu anatomi perbandingan dan paleontologi. Dia
juga memberikan sumbangan berarti untuk proses penggolongan hewan dan tumbuhan.
2.
Teori
Katastropisme/Kataklisma
Georges
Cuvier menyadari bahwa sejarah kehidupan terekam dalam strata lapisan tanah
yang mengandung fosil, ia mendokumentasikan suksesi spesies-spesies fosil di
Lembah Paris. Dia mencatat bahwa setiap stratum ditandai dengan suatu kelompok
spesies fosil yang unik, dan semakin dalam (semakin tua) stratum maka semakin
berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna (kehidupan binatang) dari
kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa kepunahan merupakan peristiwa
yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari stratum ke stratum, spesies
baru muncul dan spesies lain menghilang.
Cuvier
merupakan penentang kuat bagi para penganut evolusi pada masanya yang
dikemukakan oleh Jean Baptise Lamarck. Penentangannya terhadap teori evolusi
nampak pada sanggahannya terhadap berbagai hal yang dianggap sebagai petunjuk
evolusi berikut ini:
a. Anatomi
Perbandingan - Kelestarian Spesies
Cuvier
beranggapan bahwa ciri-ciri anatomi yang membedakan kelompok hewan, membuktikan
bahwa spesies tidak pernah berubah sejak masa kejadian. Setiap spesies begitu
sempurna terkoordinasi, baik secara fungsi maupun secara struktur, sehingga
tidak mungkin bisa bertahan menghadapi perubahan yang berarti. Maksudnya,
Cuvier percaya bahwa hewan-hewan diciptakan dalam kelompok yang berbeda dan
tetap.
b. Bukti
Fosil
Dalam
perdebatan panjang tersebut, argumentasi paling kuat yang diajukan Cuvier
adalah bahwa Lamarck tidak bisa membuktikan adanya transformasi spesies.
Sedangkan Cuvier bisa menunjukkannya dari bukti-bukti yang dibawa kembali ke
Prancis oleh tentara Napoleon. Bukti-bukti itu memperlihatkan bahwa hewan
peliharaan tidak berubah sejak zaman Mesir kuno. Dia juga menunjukkan bahwa
lenyapnya berbagai jenis hewan adalah karena hewan tersebut punah, bukan karena
berubah menjadi spesies baru.
Cuvier
dengan tepat menunjukkan bahwa dokumen fosil justru menentang evolusi, tidak
mendukungnya. Dia mengatakan bahwa "jika spesies memang berubah secara
bertahap, kita seharusnya bisa menemukan jejak perubahan itu; antara (fosil)
paleotherium dan spesies yang ada sekarang seharusnya ada bentuk antara: tapi
ini tidak pernah ada. Meskipun kini para pendukung teori evolusi menggunakan
fosil nenk mooyang kuda dan fosil Archaeopteryx
sebagai bukti fosil kebenaran teori evolusi.
c. Ketidaksepakatan
Mengenai Pemunculan Kehidupan Secara Spontan
Cuvier
dan Lamarck juga tidak sepaham mengenai bagaimana kehidupan dimulai. Lamarck
percaya adanya pemunculan spontan, yaitu bahwa kehidupan bisa berasal dari
benda tak bernyawa. Namun, Cuvier menunjukkan bahwa "kehidupan selalu
berasal dari kehidupan.” Kita melihat kehidupan dialihkan tapi tidak pernah
diciptakan. Sampai hari ini, tidak pernah ditemukan adanya kehidupan yang
berasal dari yang non-hidup. Meskipun begitu, kaum evolusionis bersikukuh bahwa
hal ini pasti pernah terjadi pada suatu saat di masa lampau.
d. Struktur
yang Serupa
Anatomi
perbandingan tidak membuktikan adanya hewan yang sedang dalam proses
transformasi menjadi spesies lain, melainkan menunjukkan bahwa berbagai jenis
hewan memiliki struktur yang serupa. Kaum evolusionis seringkali menyatakan,
ini membenarkan keyakinan mereka bahwa satu jenis hewan bisa berubah menjadi
hewan lain. Tapi masuk akal juga bahwa kesamaan ini disebabkan karena Pencipta
yang sama merancang dan menggunakan pola yang sama untuk fungsi yang sama pada
jenis hewan yang berbeda. Cuvier sendiri menolak gagasan keserupaan struktur
tulang sebagai dasar pembenaran evolusi.
e. Organ
Vestigial
Dalam
mempelajari anatomi berbagai hewan, para ilmuwan kadang menemukan organ yang
fungsinya tidak diketahui. Organ semacam ini dikenal sebagai "organ
vestigial". Kaum evolusionis mengasumsikan bahwa organ-organ ini adalah
sisa dari organ yang dulu berguna bagi nenek-moyang makhluk yang berevolusi.
Meskipun
Curier mengakui bahwa organ vestigial ada dan karena itu harus dipelajari, dia
tidak menganggap hal itu penting, karena dua alasan. Pertama, pada masa Cuvier
tidak banyak ditemukan organ yang tidak jelas fungsinya. Kedua, Cuvier
menganggap organ-organ itu sebagai "bagian penting dari Penciptaan”, dan
oleh karena itu keberadaannya pasti mempunyai alasan, sekalipun kita tetap
tidak tahu. Cuvier yakin bahwa organ yang disebut "vestigial"
bukanlah sisa-sisa evolusi yang tak ada manfaatnya, melainkan organ berguna
yang masih belum diketahui fungsinya.
Temuan
ilmiah akhir-akhir ini membenarkan keyakinan Cuvier mengenai kegunaan
organ-organ tersebut. Misalnya, ujung tulang belakang manusia (sering disebut
sebagai tulang ekor) dulu dianggap sebagai sisa (yang tidak berguna) dari ekor
monyet yang dianggap Sebagai nenek-moyang kita. Sekarang diketahui bahwa tulang
itu adalah titik kaitan penting bagi otot-otot penopang tubuh dan isi perut
kita. Contoh lain adalah amandel, yang dulu dianggap tidak berguna dan biasanya
dibuang jika mengalami peradangan. Sekarang diketahui bahwa "amandel
adalah alat penting untuk melawan penyakit. Seratus delapan puluh organ lain
yang dulu dianggap tidak berguna dan hanya sebagai sisa evolusi saja, sekarang
diketahui mempunyai fungsi penting.
Sebagai
sanggahan terhadap teori evolusi, ia mendukung faham katastrofisme (catastrophism),
dan berspekulasi bahwa setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu
masa terjadinya bencana alam, seperti banjir atau kekeringan dan kemarau hebat,
yang memusnahkan banyak spesies yang hidup di sana pada masa itu. Sesudah itu
oleh Tuhan mungkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru. Ia
mengemukakan bahwa bencana alam periodik ini umumnya hanya terbatas pada suatu
wilayah geografis lokal,dan bahwa daerah yang mengalami kerusakan atau bencana
telah dihuni kembali oleh spesies yang berpindah dari daerah lain. Jadi teori
Cuvier ini pada hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi
penciptaan yang dimaksudnya terjadi berulang-ulang.
mas, mohon dituliskan sumbernya dong, saya ingin membaca lebih jauh juga hehe. terima kasih, artikelnya sangat bermanfaat.
ReplyDeleteHanya itu, mungkin bisa googling untuk mendapatkan informasi yang lebih.
ReplyDelete