KONSEP SPESIES KOHESI
Para ahli biologi evolusi memperdebatkan apakah populasi
yang masih tetap berbeda meskipun terdapat zona hibrida harus dianggap sebagai
subspesies atau spesies yang benar-benar berbeda. Banyak peneliti yang lebih
menyukai status spesies untuk populasi seperti itu berpendapat bahwa zona
hibrida yang stabil menimbulkan permasalahan bagi konsep spesies biologis. Sebaliknya,
spesies dengan zona hibrida yang stabil cocok dengan konsep spesies kohesi;
jika dua spesies dapat mempertahankan identitas taksonomiknya meskipun mereka
telah saling berhibridisasi, pasti ada gaya kohesif selain dari isolasi
reproduktif yang menyatukan suatu spesies dan mencegahnya bersatu secara
sempurna dengan spesies lain yang berkerabat dekat. Seleksi penstabilan akan
membatasi variasi fenotip sampai ke kisaran yang cukup sempit untuk dapat
mendefinisikan spesies itu sebagai spesies yang terpisah dari spesies lain.
Konsep spesies kohesi
berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotipe
tersendiri. Tergantung pada spesies, mekasinme semacam itu bisa meliputi sawar
reproduktif, seleksi penstabilan, dan tautan antara kumpulan gen yang membuat
zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik untuk
spesies tersebut. Reproduksi aseksual adalah salah satu mekanisme kohesi atau
pemersatu yang efektif, dan berlawanan dengan konsep spesies biologis dan
konsep pengenalan. Konsep kohesi dapat diterapkan pada organisme yang
bereproduksi secara aseksual. Konsep kohesi juga mengakui bahwa perkawinan
silang di antara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil,
dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya.
Sebagai contoh, jagung (Zea mays)
memiliki beberapa alel yang dapat dilacak dampai ke rumput liar yang berkerabat
dekat yang disebut dengan teosinte (Zea
mexicana). Pencangkokan alel teosinte ke jagung melalui pencangkokan
tanaman yang berhasil melakukan persilangan dengan tumbuhan jagung meningkatkan
cadangan variasi genetik yang dapat dimanfaatkan oleh pemulia tanaman jagung
yang mencoba menghasilkan varietas jagung baru melalui seleksi tiruan. Akan
tetapi, hibridisasi yang terjadi sesekali ini tidak menghilangkan begitu saja
perbatasan antara jagung dan teosinte. Konsep spesies kohesi menekankan pada
adptasi yang mempertahankan spesies tertua tetap utuh meskipun ada sedikit
aliran gen di antara mereka.
No comments:
Post a Comment